Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ganti Rezim, Tambal Sulam Sistem Demokrasi



Topswara.com -- 11 April 2022 menjadi sejarah bagi pergerakan mahasiswa tanah air. Pasalnya, di hari itu mahasiswa menggelar aksi demonstrasi besar-besaran di depan gedung parlemen DPR RI. Setelah sebelumnya, Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menyeru agar para mahasiswa dan BEM semua universitas untuk ikut tumpah ruah ke jalan mengikuti aksi mahasiswa nasional pada 11 April 2022. Alhasil, aksi tersebut serentak digelar diberbagai kota di Indonesia, seperti Makassar, Padang, Kendari, Samarinda, Bandung, Palembang sampai Ambon.

Dalam aksinya, BEM SI menuntut agar Presiden Jokowi menolak rencana penundaan pemilu 2024, perpanjangan masa jabatan tiga periode, menunda dan mengkaji kembali Undang-undang pemindahan Ibu Kota Negara (UU IKN), mengusut tuntas mafia minyak goreng dan menurunkan harga bahan-bahan pokok, (CNNIndonesia, 12/4/2022).

Aksi demontrasi tersebut pun mendapat apresiasi tinggi dari pemerintah. Pemerintah mau mendengar aspirasi yang disampaikan terbuka dan baik oleh mahasiswa. Sebagaimana yang telah disampaikan Menteri Koordinator bidang Hukum, Politik dan Keamanan Mahfud MD dalam sebuah tayangan video (12/4).

Mahfud mengucapkan terima kasih kepada aparat keamanan serta bersyukur aksi demo yang dilakukan mahasiswa berjalan aman, lancar dan tidak ada insiden yang berarti.
Ia menyebut aksi demo tersebut merupakan bagian dari penyaluran hak politik dalam negara Demokrasi. Meski Badan Eksekutif Mahasiswa mengancam jika tuntutan yang mereka ajukan dalam demontrasi 11 April di depan gedung DPR RI tidak juga ditepati para pemimpin DPR, maka mereka akan kembali turun ke jalan, (Tempo.co, 12/4/2022).

Sesungguhnya merupakan kabar gembira dan perlu diapresiasi ketika para mahasiswa kembali berunjuk rasa. Ini berarti mereka telah terbangun setelah sekian lama tertidur. Akhirnya mereka terdengar lantang menyuarakan aspirasi setelah melihat berbagai kezaliman pemerintah terhadap rakyatnya. Mereka mengkritisi naiknya harga beberapa bahan pokok yang diprediksi telah mencekik rakyat.

Mereka tidak terima dengan wacana penundaan pemilu 2024, yang otomatis akan memperpanjangan masa jabatan Presiden Jokowi yang akan menjadi tiga periode. Hal yang pasti terjadinya pelanggaran dan pengkhianatan terhadap konstitusi negara.

Untuk itu, mahasiswa meminta pemilu 2024 tetap dilaksanakan dan berharap rezim yang berkuasa saat ini bisa digantikan. Begitu pun dengan UU IKN yang kontroversi di masyarakat tidak luput dari tuntutan mereka. Sebab ternyata, pasal-pasalnya bermasalah, anggaran proyek pembangunannya sangat fantastis hingga menghamburkan APBN. Kemudian akan timbul juga dampak bagi aspek lingkungan, sosial ekologi, hukum serta bencana.

Walhasil kebijakan-kebijakan penguasa yang kontra terhadap kondisi rakyat mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap rezim saat ini mulai terkikis. Sebab penguasa cenderung mengutamakan kepentingan para kapitalis daripada kepentingan rakyat kecil. Sehingga, kepentingan rakyat selalu dikorbankan.

Dari aksi demo mahasiswa setidaknya telah mewakili jeritan masyarakat yang saat ini diperlakukan tidak adil oleh penguasanya. Berbagai tuntutan mahasiswa yang diajukan pada presiden menandakan bahwa mereka menginginkan dan menuntut perubahan dalam tatanan sistem demokrasi saat ini.

Sayangnya mereka hanya menginginkan perubahan dalam skala kepemimpinan dan kebijakan saja. Ini berarti menginginkan perbaikan pada sistem demokrasi yang sedang berjalan saat ini. Sedangkan negeri ini memiliki permasalahan multidimensi yang berakar dari masalah sistemik.

Artinya, tidak cukup solusi yang ditawarkan hanya mengganti rezim atau mengubah kebijakan saja. Sebab solusi yang lahir dari fakta merupakan solusi pragmatis. Menyelesaikan masalah hanya di permukaannya saja. Sedangkan yang menjadi pencetus masalah tidaklah terputus. Solusi tersebut tidaklah menyentuh akar masalah. Sehingga, suatu saat nanti masalah-masalah itu akan terus berulang kembali.

Contohnya negara ini sudah beberapa kali berganti rezim dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Namun nyatanya kondisi bangsa ini tidak kunjung membaik. Parahnya justru kondisi negeri hari ini kian memburuk. Karena selama masih menerapkan sistem demokrasi, pemerintahan akan selalu tunduk dan disetir oleh kekuatan modal para tirani gurita oligarki.

Mengganti rezim sendiri merupakan solusi tambal sulam yang mesti segera ditinggalkan. Sebab, tidak menutup kemungkinan akan timbul persoalan baru. Maka, untuk menyelesaikan seluruh permasalah mulitidimensi dibutuhkan penyelesaian yang sistemik yaitu mengganti sistem yang menjadi akar masalah. Melepaskan aturan yang memunculkan segudang persoalan bangsa. Yakni, mengganti sistem kapitalisme demokrasi yang negara terapkan, dengan sistem Islam. Sebab sistem kapitalisme demokrasilah yang menjadi biang kerok atas segala permasalahan negara.

Buktinya rezim dan UU dalam sistem demokrasi kapitalis bergaya kapitalisme dan neoliberalisme telah nyata menjadi penyebab rakyat di anak tirikan. Sedangkan kepentingan segelintir elit pengusaha sangat diprioritaskan. Demokrasi kapitalis sejatinya sistem yang berasal dari manusia yang hakikatnya memiliki keterbatasan dan kelemahan.

Sistem ini pula berasaskan pada sekularisme yakni tidak melibatkan agama dalam kehidupan. Artinya, dalam ibadah mahdhah manusia menyembah Allah SWT namun, dalam urusan lain manusia membuat aturannya sendiri yang secara fitrah memiliki hawa nafsu. Alhasil, terjadi berbagai kerusakan akibat penerapan sistem ini. Sebab sistem pemerintahan negeri ini menggunakan sistem yang lahir dari akal manusia.

Maka, solusi jitu guna mengatasi persoalan bangsa ini adalah dengan mengganti sistem negara hari ini dengan sistem petunjuk Ilahi. Sistem terbaik sepanjang masa yang melahirkan peradaban gemilang. Yakni, sistem pemerintahan yang berdasarkan Al-Qur'an dan sunah yang disebut dengan sistem pemerintahan Islam (khilafah).

Mengapa Islam? Karena Islam berasal dari pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan yaitu Allah SWT. Pencipta yang maha mengetahui segala sesuatu persoalan yang dihadapi manusia. Maka, Islam hadir sebagai solusi tunggal bagi manusia agar dapat memecahkan problematika kehidupannya.

Generasi dalam Islam sebagaimana mahasiswa merupakan bibit-bibit pejuang. Mereka memiliki potensi martil perubahan dan kontrol sosial atas pemerintahan. Mereka merupakan kaum intelektual yang mesti memiliki pemikiran kritis dan sifat pemberani.

Mahasiswa sejatinya agen perubahan yang dituntut turut berkontribusi demi perubahan bangsa ke arah lebih baik. Apabila terdapat kebijakan penguasa yang bertentangan dengan hukum syariat dan menzalimi rakyat, maka mahasiswa wajib mengkritisi kebijakan pemerintah serta berani bergerak menerobos kekeliruan penguasa dengan mengarahkan ke arah yang benar.

Namun, sebelum memiliki pemikiran yang kritis para mahasiswa harus terlebih dahulu memahami politik yang sahih yaitu politik yang pernah dipraktikan Rasulullah SAW. Generasi harus tahu perjuangan Rasulullah dalam kehidupan bernegara. Bahwasanya, Rasulullah merubah sistem jahiliyah pada masa itu kepada sistem Islam.

Karena dalam Islam, negara berfungsi sebagai pelayan umat. Wajib bagi negara mengurusi umat dengan baik dan benar sesuai tuntunan syariah. Seorang pemimpin dalam Islam akan senantiasa menghadirkan keimanan dan kehati-hatian kala ia menjalankan kewajibannya meriayah umat. Sebab ia menyadari betul bahwa setiap langkah negara selalu diawasi oleh Allah Ta'ala. Maka, ketika Islam menjadi aturan yang diterapkan negara akan tercipta Islam rahmatan lil 'alamin. Masyarakat akan hidup sejahtera, jauh dari kondisi sengsara.

Mahasiswa saat ini harus menyadari bahwa revitalisasi yang mereka lakukan tak ubahnya seperti lepas dari mulut harimau, masuk ke mulut buaya. Pembaruan yang dilakukan akan berakhir sia-sia. Sebab pembaruan yang dilakukan saat ini hanya mengganti wajah rezim saja namun, tetap dengan sistem yang sama. Itu artinya sama saja dengan melanggengkan sistem buatan manusia yang menjadi akar masalah bangsa ini. Akibatnya, sampai kapan pun rentetan permasalahan negeri ini tidak akan ada habisnya.

Mestinya mahasiswa tidak membiarkan bangsa ini jatuh ke lubang yang sama untuk kesekian kalinya. Mahasiswa harus berkaca dari peristiwa yang pernah dilalui bangsa ini. Bangsa pernah berganti-ganti model kepemimpinan dalam sistem pemerintahan yang itu-itu saja tapi tidak mengubah keadaan secara signifikan. Mahasiswa harus melakukan revitalisasi secara fundamental sesuai tuntunan Sang Pencipta. Ialah dengan mengemban ideologi Islam serta menerapkannya sebagai sistem pemerintahan negara. Terlebih bulan suci Ramadhan merupakan momentum yang paling tepat untuk berjuang merubah kondisi masyarakat dan bangsa ini ke arah yang lebih baik.

Wallahu a'lam bishawwab


Oleh: Rosanah

(Aktivis Dakwah)

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar