Oleh: Hima Dewi, S.Si. M.Si.
Aktivis Muslimah
Topswara.com -- Dikutip dari CNN Indonesia (28/3/2022), Sekretariat Jenderal (Setjen) DPR menetapkan alokasi anggaran lebih dari Rp59 miliar untuk mengganti gorden rumah dinas anggota dewan dan pengaspalan baru di kompleks parlemen Senayan, Jakarta. Dari total jumlah tersebut, Rp48,7 miliar dialokasikan untuk penggantian gorden rumah dinas anggota dewan di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan. Sisanya yakni sebesar Rp11 miliar untuk aspal baru di kompleks parlemen.
Dua proyek yang ditetapkan tersebut telah tercatat di situs LPSE DPR. Sampai saat ini proyek yang bersumber dari APBN itu masih dalam proses evaluasi administrasi. Hal yang termasuk dalam evaluasi adalah masalah kualifikasi, teknis, dan harga. Proyek penggantian gorden tersebut memiliki waktu hingga 11 April mendatang sampai tahap penandatanganan.
Besarnya anggaranyang dipatok sebesaar Rp 48,7 miliar ini, dijelaskan oleh Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar (28/3/2022) dialokasikan untuk 505 unit rumah. Dengan rata-rata gorden satu unit rumah sebesar Rp80-90 juta. Dalam satu unit rumah ditargetkan ada 11 ruangan yang harus diganti gordennya. Bagian rumah di lantai satu yang ditargetkan untuk diganti gordennya adalah jendela ruang tamu, dua pintu jendela ruang keluarga, tiga jendela ruang kerja, empat ruang tidur utama, lima jendela dapur, enam jendela tangga.
Sementara di lantai dua untuk dua jendela ruang tidur anak, jendela ruang keluarga dan jendela ruang tidur asisten rumah tangga. Indra menjelaskan bahwa anggaran Rp80 juta itu merupakan hasil penjumlahan dari pagu anggaran tahun 2022 yakni sebesar 48.745.624.000, harga perkiraan dari konsultan perencana atau konsultan estimate 46.194.954.000, sedangkan harga perkiraan sendiri beserta dengan PPN 11 persen sebesar Rp 45.767.446.332 (Liputan6.com).
Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Lucius Karus (29/3/2022) mengatakan bahwa sejumlah dana yang dianggarkan untuk penggantian gorden sangat fantastis. Ia mempertanyakan spesifikasi bahan gorden yang akan digunakan dalam proyek tersebut (Kompas.com). Selain itu, dilansir dari Kompas.com (30/3/2022), peneliti Indonesian Corruption Watch (ICW), Wana Alamsyah juga menyatakan bahwa besarnya alokasi anggaran untuk penggantian gorden di rumah jabatan anggota DPR RI tidak menerapkan prinsip efektifitas dan efisiensi dalam proses pengadaan barang dan jasa.
Keputusan DPR untuk mengganti gorden dengan harga yang fantastis dianggap sangat menghambur-hamburkan harta. Apalagi dana yang digelontorkan bersumber dari dana APBN yang tak lain adalah uang rakyat. Dalam hal ini, para wakil rakyat hanya mengedepankan prestige yang menunjukkan kedudukan dan status sosialnya sebagai anggota parlemen.
Padahal wakail rakyat sudah seharusnya melayani rakyat, bukan justru malah membebani rakyat dengan menggunakan anggaran diluar kepentingan rakyat. Saat ini kondisi rakyat sangat memprihatinkan dalam himpitan kenaikan harga kebutuhan pokok, belum lagi masalah pajak dan hal serupa lainnya.
Sikap bermewah-mewahan ini sangat bertolak belakang dengan para pemimpin di jaman kekhhalifahan. Dalam sistem kapitalisme yang saat ini digunakan, tahta atau status sosial yang diperoleh atas kedudukannya di masyarakat, menjadi jalan untuk memenuhi semua hasrat duniawinya. Bukan rasahia lagi, bahwa dengan kedudukan seseorang maka apapun dapat diperolehnya dengan mudah. Saat sistem islam ditegakkan, maka setiap individu tak lagi memandang harta sebagai sumber kebahagiaannya. Rida allah yang menjadi tujuan utama dan kebahagiaan kaum Muslim. Sistem Islam lah yang mampu menjaga manusia untuk hidup bernegara dan bermasyarakat secara bijak dan penuh aturan.
Pada saat khalifah Abu Bakar As-shiddiq menjabat sebagai khalifah. Beliau dikenal sebagai pribadi yang sangat berhati-hati terhadap harta. Bahkan, dikisahkan pada hari kedua menjabat sebagai khalifah, Abu Bakar masih berdagang untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Saat mendapatkan gaji dari baitul mall, Abu Bakar sangat berhati-hati dengan banyaknya gaji yang diterima. Beliau sangat tidak ingin gajinya lebih saat umatnya dalam kemiskinan.
Tidak berbeda dengan Abu Bakar As-shiddiq, Khalifah Umar Bin Khatab pun juga bukan seorang khalifah yang menonjolkan status sosialnya melalui kemewahan. Dalam suatu kisah, khalifah Umar bin Khatab memanggul sendiri kantong gandum yang kemudian diberikan kepada seorang ibu yang kelaparan Bersama anak-anaknya. Saking sederhannya penampilan Umar saat itu, Ibu tersebut tidak mengenali bahwa yang memanggul gandum tersebut adalah sesosok khalifah yang terhormat.
Kesederhanaan para khalifah dalam berpenampilan, berperilaku, dan berhati-hati dalam membelanjakan harta sangat kontras dengan para pemimpin yang ada saat ini. Sudah sepatutnya bahwa para pemimpin di jaman kekhalifahan menjadi contoh bagi para pemimpin yang saat ini mendapatkan amanah oleh rakyat. Keimanan para khalifah dalam islam yang teguh, menjadikan mereka sangat mengharap keridhaan Allah dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin umat.
Sebab hanya rida Allah lah yang menjadi tujuan utama manusia, bukan harta atau tahta semata. Apabila Allah tidak rida terhadap apa yang dilakukan manusia dalam hidupnya di dunia, maka setiap insan manusia harus bersiap untuk meberikan hujjah terbaiknya saat pertanggung jawaban di akhirat kelak. Wallahu’alam bi showwab.
0 Komentar