Topswara.com -- Kata radikal sudah banyak sekali menghantui masyarakat. Radikal sudah jadi makanan sehari-hari para ulama kita yang selalu mendakwahkan hal benar. Terutama isi-isi dari kitab Al-Qur'an. Padahal seperti yang kita tau, Islam adalah agama yang haq.
Tujuan kita umat Muslim tidak lain adalah mematuhi perintah Allah SWT serta menjauhi larangan-Nya. Perintah dan larangan Allah sudah jelas ada di dalam Al-Qur'an, dan kita wajib mematuhi itu sebagai umat Muslim.
Baru-baru ini isu radikal semakin menjadi-jadi di tujukan kepada para ulama. Tak tanggung-tanggung nama para ulama pun di list satu persatu. Pemerintah terus memprovokasi publik agar waspada terhadap kelompok dan tokoh radikal.
Padahal yang mereka tunjuk adalah kelompok dan tokoh yang kritis terhadap kezaliman dan membagikan solusi untuk perubahan negeri yang sedang kacau balau ini. Tidak ada niat lain dari mereka kecuali untuk kebaikan umat dan negeri.
Presiden Jokowi Widodo mengingatkan TNI dan polri jangan sampai di susupi penceramah radikal dalam kegiatan beragama. Menurut Jokowi, jangan sampai dengan mengatasnamakan dekmokrasi lantas mengundang penceramah radikal.
Ulama berperan mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu kepada umat agar mereka berilmu dalam beramal. Sebab keimanan, ucapan, dan perbuatan apabila dilakukan tanpa disertai dengan ilmu maka semuanya malah bisa menjadi pedang yang menghunus, baik terhadap orang lain maupun diri sendiri.
Kita sebagai umat Muslim harus menjaga ulama. Terutama para ulama yang memiliki niat dan tekat untuk perubahan serta kebaikan umat untuk dunia dan akhirat.
Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa memuliakan orang 'alim, berarti ia telah memuliakan aku. Barangsiapa memuliakan aku, berarti memuliakan Allah. Barang siapa memuliakan Allah, maka tempat kembalinya adalah surga.”
Nabi SAW juga bersabda: “Tidurnya orang 'alim adalah lebih utama dari pada ibadahnya orang bodoh. Ini adalah dalil bahwasanya ulama harus di jaga, tetapi sekarang malah sebaliknya, ulama berusaha di singkirkan.
Bisa kita bayangkan, jika para ulama tidak ada, apa yang akan terjadi? Dalam sebuah dalil, ada ancaman untuk orang orang yang menjauhi ulama. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Akan hadir suatu masa atas umatku, mereka menjauh dari para ulama dan fuqaha, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka dengan tiga cobaan, yaitu:
Pertama, Allah akan menghilangkan berkah dari rezekinya.
Kedua, Allah akan mengirim kepada mereka penguasa yang zalim.
Ketiga, mereka akan meninggalkan dunia tanpa membawa iman kepada Allah Ta'ala."
Al-Habib Abu Bakar Masyhur dalam satu nasihatnya mengatakan sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Ulama itu adalah lampu-lampu di bumi, sebagai pengganti para nabi, mereka adalah pewarisku dan pewaris para Nabi."
Keberadaan ulama sangat berarti bagi kemaslahatan hidup manusia. Sebagai pewaris para Nabi, mereka bertanggung jawab kepada Allah SWT dan mengemban tugas amar ma'ruf nahi munkar.
Dalam Surah Al-Fathir ayat 28 Allah berfirman: "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (indonews.com, 21/10/2022)
Presiden Rusia Vladimir Putin, kita semua tahu beliau berlatar belakang nonmuslim. Satu kelebihan beliau yaitu sangat melindungi dan memikirkan umat Muslim. Beliau juga sangat sering mengutip ayat-ayat Al-Qur'an dalam setiap pidato-pidatonya, untuk dijadikan patokan hidup serta menyelesaikan sebuah masalah.
Pada saat memperingati hari persatuan nasional Rusia (4/11), pidato Putin di sampaikan melalui Video e- conference kepada perwakilan dari berbagai agama di rusia, dalam pidato tersebut beliau membaca surat Asy-Syura ayat 23 dengan terjemahan Al-Qur'an bahasa Rusia, ayat ini menjelaskan tentang perbuatan baik seseorang akan di ganjar dengan balasan baik. Bahkan masih banyak lagi.
Sekelas presiden Putin tidak ragu untuk menyampaikan isi Al-Qur'an demi kebaikan dan panutan. Sedangkan kita di Indonesia, ulama yang menyampaikan kebenaran, kritis dalam memerangi kezaliman di katakan radikal dan sampai-sampai tidak diperbolehkan lagi untuk berdakwah.
Ada apa dengan negeri ini?
Jangan-jangan tudingan pemerintah terhadap pihak yang di cap radikal ini dianggap akan menganggu stabilitas kursi?
Wallahu a'lam bishawwab
Oleh: Rima Nirwana
(Sahabat Topswara)
0 Komentar