Topswara.com -- Menghantam sanubari dan menyeka air mata. Kisah tragis ibu yang melakukan percobaan pembunuhan pada ketiga anaknya menyebabkan anak kedua meninggal, anak pertama, dan ketiga luka parah dan dilarikan ke rumah sakit. Kejadian nahas Ahad (20/3/2022) kemarin, viral dan mengiris hati siapa yang mendengarnya.
Sosok ibu yang diduga stres, depresi, dan menyimpan bongkahan kesedihan telah mendorongnya untuk bersikap sadis dan tidak manusiawi. Bagaimana tidak? Anak yang seharusnya mendapatkan lautan cinta dan kasih sayang, justru mendapatkan sayatan-sayatan luka. Lantas, atas dasar apa? Anak yang masih berusia 10 tahun, 7 tahun, dan 5 tahun harus mendapatkan siksaan yang telah merenggut nyawa dan menyakitinya. Kejadian di Brebes tersebut telah mengundang tanya dan menyedot perhatian publik.
Kejadian di atas, sejujurnya telah memperlihatkan respons yang keliru seorang ibu kepada anaknya. Namanya hidup, tidak mungkin absen dari masalah. Terkadang masalah yang datang bukan hanya satu, dua, atau tiga kali. Tetapi, langsung berlapis-lapis dan bertubi-tubi.
Maka, apabila kita kembalikan kepada Sang Maha Pencipta Allah ta'ala sebenarnya segala permasalahan hidup sudah ada rumusnya, sudah ada jawabannya. Tergantung kita mau menyelesaikan masalah itu dengan tuntunan yang Allah ta'ala syariat-kan atau kita memperturutkan hawa nafsu kita? Semua adalah pilihan.
Malangnya lagi, ketika masalah datang bak hujan badai yang menerpa, di kala itulah setan jahanam menggoda manusia dengan bisikan-bisikan yang menjerumuskan ke maksiat dan dosa besar. Begitulah tugas setan. Karenanya, respons terbaik harus senantiasa kita hadirkan agar kita selamat dari bisikin setan terkutuk dan buasnya syahwat yang ada dalam diri.
Coba perhatikan, ketika kebutuhan keluarga makin banyak, anak-anak butuh ini dan itu, di saat yang uang makin menipis, utang makin menumpuk, dan sebagainya. Bagaimana respons terbaik kita?
Untuk mereka yang hidupnya dikejar deadline dan tugas baik di sekolah, kuliah, tempat kerja, ketika tugas dan tuntutan semakin banyak, lalu kondisi badan sedang sakit, kalau tidak dikerjakan tugasnya akan mengancam hasil akhir dan sebagainya. Bagaimana respons kita?
Atau ketika apa yang sudah kita rencanakan dan upayakan ternyata tidak berjalan sebagaimana mestinya dan tidak menghasilkan sebagaimana harapan kita. Bagaimana respons kita?
Sejatinya, masalah itu terjadi ketika apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyataan yang kita harapkan. Kita inginnya A, tetapi yang datang B. Kita harapkan adalah C, tetapi hasilnya adalah D. Lebih ekstrem lagi, kita inginnya A, tetapi yang sedang di hadapan kita cos P – sin R = r – r = 0.
Betapa peliknya hidup ini ternyata, jika kita salah merespons masalah, bukannya kedamaian dan ketenangan yang datang, tetapi big problem yang lebih dahsyat lagi ledakannya. Bukankah begitu?
Oleh sebab itu, jika kita ada masalah, respons terbaik kita adalah mengembalikan segala masalah kepada Allah SWT. Yakni, dengan tetap sabar, menerima keputusan Allah SWT dengan tulus dan kerelaan. Kita perlu mengingat, keputusan/qada dari Allah SWT adalah yang terbaik buat kita. Itulah yang dipilihkan Allah SWT untuk kita.
Jangan sampai merespons masalah dengan keputusasaan, kemarahan, dendam, dengki, hasad, dan sebagainya. Sungguh itu hanya semakin meneguhkan posisi kesombongan dan keangkuhan hati kita. Justru respons terbaik kita adalah rela. Rela yang berujung kepada keridhaan atas qada dan syariat yang Allah SWT tetapkan kepada kita.
Nah, sahabat, sebentar lagi Ramadhan, ayo ikutan Kelas Privat Membelah Hikmah edisi Ramadhan. Semoga kelas ini membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan tegas ketika menghadapi masalah. Tetap semangat, Allahu Akbar!
Makalah disampaikan dalam Bincang Santai Bersama Alumni Membelah Hikmah. Rabu, 23 Maret 2022 di tiga grup WhatsApp.
Oleh: Ika Mawarningtyas
Pemimpin Redaksi TintaSiyasi.com
0 Komentar