Topswara.com -- Direktur Institut Literasi Khilafah dan Indonesia (ILKI) Septian AW menceritakan sejarah runtuhnya khilafah yang pada saat itu menjadi perbincangan hangat di Nusantara.
“Keruntuhan khilafah ini menjadi trending viral di wilayah Indonesia (saat itu Hindia-Belanda). Banyak sekali pemberitaan dan liputan tentang peristiwa 3 Maret 1924,” ungkapnya dalam Kelas Rajab Online: Keruntuhan Khilafah dalam Sejarah Indonesia, melalui platform Zoom, Kamis (3/3/2022).
Saking ramainya isu tersebut, ia mengisahkan betapa cepatnya kabar runtuhnya khilafah bisa sampai ke Hindia-Belanda dari Turki dalam waktu kurang dari 24 jam.
“Bayangkan saja, tanggal 3 Maret 1924 peristiwanya sudah terjadi, tanggal 4 Maret sudah diberitakan. Waktu Indonesia kan lebih cepat dari Turki, berarti kan beritanya kurang dari 24 jam?” ujarnya.
Akibat ramainya kabar tersebut, Septian menceritakan bagaimana Sarekat Islam sampai membahas khilafah dalam rapat kongres internalnya.
“Kepedulian Sarekat Islam dalam masalah khilafah semakin tergambar dalam kongres internal mereka yang diadakan pada Agustus 1924. Dalam kongres tersebut, SI menegaskan akan membantu dengan segala kemampuan untuk mengirim utusan Hindia-Belanda ke Kongres Kairo,” ungkapnya.
Secara umum, kalangan Islamis merespon peristiwa runtuhnya khilafah dengan menerbitkan surat-surat kabar yang menunjukkan sisi emosional sedih dan simpatik. Ia memberikan contoh seperti surat kabar Neraca dan Bendera Islam.
“Kalau di kalangan Islamis dan ulama, surat-surat kabar yang terbit adalah yang menunjukkan sisi emosional sedih dan simpatik. Misalnya dalam surat kabar Neraca dan Bendera Islam,” jelasnya.
Sebaliknya, ia juga menceritakan kalangan komunis merespon peristiwa runtuhnya khilafah dengan surat-surat kabar yang mengkritik tokoh-tokoh Islam yang mengurus masalah Turki. Ia memberikan contoh seperti surat kabar Medan Muslimin yang dikelola oleh Haji Misbach.
“Kemudian ada juga dari kalangan komunis surat kabar punya Haji Misbach, Medan Muslimin lebih kepada sinis. Mereka mengkritik tokoh-tokoh Islam yang mengurus masalah Turki,” imbuhnya.
“Mereka dengan sinis menyebutkan sudah tidak ada lagi masa depan dan harapan dalam masalah keturkian. Di samping mereka juga mempromosikan sosialisme-komunisme,” pungkasnya.[] Nurichsan
0 Komentar