Topswara.com -- Siapa yang tidak kenal dengan makanan olahan tempe dan tahu goreng? Makanan yang banyak digemari oleh orang Indonesia. Selain murah juga nikmat. Selain menjadi bahan cemilan, bagi kebanyakan warga Indonesia tahu dan tempe menjadi lauk makan, karena mengandung protein nabati, ditambah tingginya harga lauk seperti telur, ayam, daging, sehingga tempe dan tahu menjadi alternative pilihan warga.
Sayangnya kedelai yang menjadi bahan baku pengolahan tahu atau tempe, harganya melambung tinggi. Menjadikan pengrajin tahu atau tempe serba salah, ketika harganya mau dinaikkan, pelanggan bisa kabur, dan ketika tetap pada harga yang sama, mereka tidak mendapat keuntungan.
Kebutuhan kedelai dalam negeri kita cukup tinggi mencapai 1.000 hingga 1.500 ton pertahun. Sedangkan petani kita hanya mampu menghasilkan sekitar 600 ton saja pertahun, sehingga mau tidak mau, Kementerian Perdagangan harus impor untuk menutup kekurangan produksi tersebut,’’ ’Negara-negara yang selama ini memasok kedelai ke Indonesia, seperti Brasil dan negara Amerika latin lainnya sedang mengalami anomali cuaca sehingga gagal panen. Kondisi itu diperparah oleh terjadinya inflasi di Amerika Serikat yang menyebabkan harga kedelai melonjak,’’
Ditambah lagi ketertarikan petani untuk menanam kedelai sangat rendah, karena harga jual hampir sama dengan komiditas padi. Padahal, untuk lahan dengan luas yang sama, akan lebih banyak menghasilkan jika ditanami padi daripada kedelai. Ditambah juga luas lahan tanam kedelai terus berkurang akibat alih fungsi lahan (mediaindonesia.com, 9/3/2022)
Selain itu petani pun menghadapi harga kedelai lokal yang mereka anggap rendah saat panen, ini karena biaya untuk menanam kedelai yang tinggi pun membuat keuntungan petani semakin tipis. Akhirnya petani memilih menanam yang lain.
Sementara itu menurut Kepala Riset Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta, produktivitas kedelai lokal yang rendah juga dipengaruhi oleh iklim di Indonesia.
Kedelai adalah tanaman yang sebenarnya merupakan tanaman sub-tropis. Tanaman ini mendapatkan suhu harian dan musiman yang lebih beragam dari daerah tropis, sehingga pertumbuhan di daerah tropis yang hanya memiliki dua musim seperti Indonesia menjadi tidak maksimal. Iklim adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas.
Usaha produksi kedelai di Indonesia juga harus menyesuaikan dengan pola dan rotasi tanam. Hal ini karena petani belum menilai kedelai sebagai tanaman utama. Kedelai masih diposisikan sebagai tanaman penyelang atau selingan setelah tanaman utama padi, jagung, tebu, tembakau, bawang merah atau tanaman lainnya.
Selain itu, kedelai adalah jenis tanaman yang membutuhkan kelembapan tanah yang cukup dan suhu yang relatif tinggi untuk pertumbuhan yang optimal. Sementara itu di Indonesia, curah hujan yang tinggi pada musim hujan sering berakibat tanah menjadi jenuh atau penuh air. Selain itu drainase atau pembuangan air yang buruk juga menyebabkan tanah juga menjadi kurang ideal untuk pertumbuhan kedelai. Permasalahan lahan yang terbatas juga perlu diperhatikan.
Peningkatan produktivitas kedelai sangat penting karena Indonesia adalah negara dengan konsumsi kedelai terbesar di dunia setelah Cina. (theconvertation.com, 13/1/2021)
Islam sebagai agama yang sempurna punya solusi untuk semua permasalahan hidup, termasuk tingginya harga suatu produk. Karena kita masih bergantung dengan impor kedelai, menjadikan ketergantungan negara kita terhadap negara lain. Negara Islam memiliki kemandirian yang kuat. Tidak boleh tergantung dengan negara lain, apalagi negara kafir penjajah.
Maka kewajiban negara dalam Islam untuk mengurusi kebutuhan rakyatnya. Apalagi kedelai adalah kebutuhan yang memang banyak dibutuhkan oleh masyarakat dalam negeri. Artinya negara wajib menyediakan kebutuhan yang banyak dibutuhkan warganya ataupun kebutuhan pokok, seperti kedelai.
Negara menempuh beberapa langkah untuk menyelesaikan permasalahan ini yaitu; pertama, meningkatkan produksi panen kedelai di dalam negeri dengan menjamin bibit, pupuk, memberikan lahan bagi petani dan juga menyediakan teknologi untuk meningkatkan hasil panen.
Misalnya, menyediakan pompa air yang bisa mengairi sawah saat musim kemarau tiba dan juga bisa membuang air ketika kelebihan batas karena musim hujan, menyediakan bibit unggul, pupuk yang bisa menyuburkan tanah setiap tahunnya. Intinya adalah mengembangkan teknik agar panen melimpah, sehingga tidak ada yang namannya gagal panen.
Kedua, menjamin distribusi bahan makanan ke masyarakat. Ketika harga kedelai tinggi karena biaya penanam yang mahal, maka negara akan membeli dari para petani dengan harga yang mahal agar petani tidak rugi, dan dijual kembali ke masyarakat dengan harga murah. Negara juga memberlakukan bea cukai, untuk segala barang impor, agar harga barang luar negeri tidak lebih murah daripada dalam negeri.
Ketiga, negara tidak boleh ikut perjanjian perdangan internasional ataupun pasar bebas. Karena itu akan mematikan produksi dalam negeri, karena kalah saing dengan negara maju.
Itu semua bisa terwujud jika ada negara Islam yang akan mengurusi urusan rakyatnya dengan tulus tanpa pamrih. Semua bisa kita dapatkan jika ada Daulah Islam yang akan menerapkan aturan Islam secara keseluruhan dalam sendi kehidupan.
Oleh: Meita Ciptawati
Sahabat Topswara
0 Komentar