Topswara.com -- Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina kini telah menarik begitu banyak perhatian jutaan pasang mata dunia. Sebab, konflik yang menimpa kedua negara tersebut kian hari makin panas.
Masalah di antara keduanya sudah terjadi sejak lama dan juga hal ini terjadi karena beberapa faktor, sehingga tak ayal, konflik yang terjadi pun mendapat banyak respons dari berbagai pihak di seluruh penjuru dunia.
Tepat pada Kamis 24 Februari 2022, Rusia Remi menyerang Ukraina. Aksi Rusia tersebut langsung menyasar beberapa kota besar yang ada di Ukraina seperti Kyiv, Odessa, Kharkiv dan juga Mariupol. Sejumlah negara mengkritik keras tindakan yang dilakukan oleh Rusia tersebut, termasuk juga Indonesia. (tirto.id, 26/02/2022).
Pemerintah Indonesia menyampaikan sikapnya terhadap konflik yang terjadi di antara kedua negara tersebut. Negeri ini turut prihatin atas eskalasi konflik bersenjata yang terjadi di wilayah Ukraina yang sangat membahayakan keselamatan rakyat di sana serta berdampak bagi perdamaian.
Selain itu, negeri ini menegaskan bahwa ditaatinya hukum internasional dan Piagam PBB menyoal integritas teritorial wilayah suatu negara serta memberikan kecaman atas tindakan yang merupakan pelanggaran wilayah teritorial dan kedaulatan suatu negara.
Tak hanya itu, Indonesian juga menegaskan bahwa agar semua pihak selalu mengedepankan perundingan dan diplomasi untuk menghentikan konflik yang terjadi dan mengutamakan penyelesaian secara damai. (beritasatu.com, 24/02/2022).
Jika diperhatikan dari sini, krisis yang dihadapi oleh Ukraina dan juga Rusia, malah disikapi dunia Islam khususnya Indonesia dengan memperlihatkan sikap netral dan mendorong penyelesaian dengan jalan damai.
Padahal, sikap yang seharusnya ditunjukkan oleh para pengusaha negeri Muslim harus mengacu kepada ajaran Islam. Meski Ukraina dan Rusia sama-sama bukan negara Muslim melainkan negara kafir, dan perang ini sama sekali tidak ada kaitannya langsung dengan umat Muslim sehingga haram bagi umat muslim terlibat di dalamnya atau bahkan mendukung salah satunya.
Tetapi, perang-perang semacam ini dan konspirasi di baliknya malah pada akhirnya akan menjerumuskan dunia, termasuk juga umat Muslim, pada sebuah kehancuran.
Sudah seyogyanya dalam menanggapi krisis yang ada di Ukraina harus merujuk pada Islam untuk menyikapinya. Para pemimpin negeri muslim pun harus ikut mengambil sikap.
Yaitu, dengan cara membongkar apa sebenarnya kepentingan dibalik ekonomi-politik negara besar (Rusia dan AS) dalam konflik ini, sekaligus juga, menjelaskan ke tengah-tengah umat betapa rusaknya ideologi yang diemban oleh kedua negara tersebut. Serta menjelaskan bagaimana pula dampak yang akan ditimbulkan bagi rakyatnya khususnya bagi kaum Muslim.
Hal ini tentu berbeda sangat jauh jika dibandingkan dengan sistem Islam. Sebab dalam Islam, tugas seorang pemimpin dalam negara adalah meninggikan kewibawaan Islam dengan cara menjadikan aturan Islam sebagai satu-satunya asas dalam mengatur seluruh urusan masyarakat.
Penguasa berfungsi sebagai pengurus dan juga pelindung bagi seluruh rakyatnya. Sehingga, rasa aman pun akan didapatkan oleh seluruh rakyatnya.
Selain itu, negara dalam sistem Islam akan sangat hati-hati dalam menempatkan diri dalam menghadapi krisis yang serupa. Yaitu, penguasa tidak boleh bersikap netral dalam menanggapi hal semacam ini, namun harus memihak kepada yang benar dan tidak boleh ada intervensi terhadap kedaulatan negara lain, serta harus membongkar modus dibalik diplomasi dan persekutuan militer (NATO).
Untuk itu, tak ada jalan yang lain lagi kecuali kembali kepada Islam. Sebab, jika ideologi kapitalisme-demokrasi terus dipertahankan maka, hal-hal semacam ini tak akan pernah usai dan konflik baru akan terus bermunculan.
Wallahualam bissawab.
Oleh: Sari Ramdani
Aktivis Muslimah
0 Komentar