Topswara.com -- Manusia bukanlah malaikat yang selalu benar. Bukan pula setan yang selalu salah. Tapi sama-sama makhluk ciptaan Allah SWT yang terkadang bisa benar ataupun salah, karena hidupnya manusia tidaklah sempurna.
Namun, di balik ketidaksempurnaan itu, tentu saja manusia diberikan kelebihan dari makhluk Allah lainnya, yakni akal yang digunakan untuk berpikir sekaligus diberikan aturan dalam menjalani hidup ini dari Sang Maha Pencipta manusia, Allah SWT.
Tentunya, aturan yang diberikan Allah SWT itu sebagai pegangan atau pedoman manusia agar berjalan di muka bumi ini sesuai dengan perintah dan larangan-Nya. Setiap langkahnya selalu menuju jalan yang diridhai-Nya.
Tutur katanya selalu dijaga dari ucapan yang tidak berfaedah. Jangan sampai beramal tapi tak mendapatkan manfaat yang ada mendatangkan madharat bahkan bisa berdosa. Oleh karenanya, manusia harus senantiasa menjaga dirinya jangan sampai terjerumus ke dalam perbuatan dosa.
Salah satu perkara yang mungkin dianggap remeh atau ringan dan secara tidak langsung manusia tidak menyadari telah berbuat dosa, padahal ia telah melakukan sebuah dosa. Perkara tersebut adalah buruk sangka atau suuzan.
Suuzan merupakan salah satu penyakit hati yang harus dihindari, karena dapat membunuh iman kita. Buruk sangka kebanyakan hanya berasal dari dugaan yang belum tentu benar adanya, sampai-sampai bisa membuat renggangnya hubungan pertemanan atau persaudaraan.
Jika seorang Muslim dalam hidupnya senantiasa dihinggapi penyakit ini tentunya ada yang salah dalam dirinya. Terlebih jika tidak bisa membuktikan yang disangkakan itu benar atau tidak, karena hanya dilihat dari penampakan luar saja tanpa melihat secara mendalam.
Karena belum tentu yang disangkakannya itu benar adanya. Allah SWT sendiri tidak menyukai hambanya itu mempunyai sifat tercela seperti. Bahkan orang yang selalu dilingkupi sifat buruk sangka itu sangat jauh dari kata takwa.
Oleh karenanya sebisa mungkin hindarilah sifat buruk sangka. Bisa jadi kita salah sangka dan itu bahaya tentunya. Apalagi salah sangka kepada saudara Muslim sendiri. Rasulullah SAW pun dalam sejumlah riwayat mengingatkan bahayanya buruk sangka.
Salah satunya dalam hadis berikut: “Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara” (HR Bukhari No 6064, Muslim No 2563).
Bahkan, berburuk sangka itu bisa berujung dosa, maka jauhilah! Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah al-Hujurat ayat 12 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.”
Ngeri juga ya sifat buruk sangka itu. Oleh karenanya setiap Muslim harus berusaha menghindar dari buruk sangka, karena bisa menjadikan manusia tersebut hina di hadapan Allah SWT. Jika kita selalu berburuk sangka dan mencari-cari kesalahan orang lain serta mengumbarnya, dan tidak mengklarifikasi dulu kebenarannya, lama kelamaan akan mudah memandang orang dengan pandangan yang negatif, selalu saja curiga terhadap orang lain.
Ingatlah, jika kita selalu mencari-cari kesalahan orang lain serta mengumbarnya, maka Allah akan mempermalukan, merendahkan dan akan membongkar kesalahan kita di hadapan orang lain. Naudzubillahi mindzalik.
Oleh karenanya, mumpung masih hidup, masih bisa bertobat dan memohon ampun kepada Allah SWT, marilah kita sama-sama melawan kebiasaan berburuk sangka (suuzan) menjadi kebiasaan berbaik sangka (husnuzan). Mulailah dari diri sendiri untuk tidak selalu ingin tahu kesalahan atau kekurangan orang lain.
Jika melihat orang lain sepertinya telah berbuat salah, misal, ketika bertemu di jalan seseorang diajak senyum tapi tidak dibalas, atau seseorang tidak mengucapkan salam atau manggut ketika melihat kita, ingat jangan langsung menyimpulkan orang tersebut salah.
Berprasangka baiklah, jika mau klarifikasi dulu sebelum menyimpulkan, atau tegurlah dengan sopan jika mau, nasihatilah jika bisa. Bisa jadi orang tersebut benar-benar tidak melihat kita karena saking seriusnya berjalan, atau lagi ada masalah lainnya. Bisa jadi yang kita sangkakan belum tentu sesuai dengan faktanya.
Jika pun orang tersebut memang berbuat salah dan sudah terlihat jelas di depan mata, cobalah belajar menutupi kesalahan orang lain seraya menasihatinya dengan sopan. Jangan sampai mengumbarnya.
Jika kita sudah terbiasa dengan cara tersebut, itu akan melatih diri untuk senantiasa berhusnuzan atau berprasangka baik terhadap siapa pun, terutama sesama Muslim. Dan hati kita pun senantiasa menjadi bersih dari sifat dengki dan penyakit hati lainnya. Karena orang berhusnuzan akan sibuk memperbaiki dirinya dan mendorongnya untuk terus berinstrospeksi atau wawas diri.[]
Oleh: Siti Aisyah, S.Sos.,
Koordinator Kepenulisan Komunitas Muslimah Menulis Depok
0 Komentar