Topswara.com-- Founder Majelis Qonitaat, Sleman, DIY, Ustazah Puspita Satyawati menyampaikan, penting bagi ayah bunda memiliki satu frekuensi dalam proses pembentukan kepribadian anak.
"Satu frekuensi atau kesamaan langkah ayah bunda merupakan hal penting dalam proses pembentukan kepribadian anak, terlebih terkait hal mendasar atau prinsip," ulasnya dalam Kajian Amida (Akhwat dan Ummi Muda), "Satu Frekuensi Mendidik Anak," di Teras Dakwah, Yogyakarta, Jumat (25/2/2022).
Mentor Sekolah Online Muslimah Bahagia ini melanjutkan, jika terjadi perbedaan pemahaman dan tindakan orang tua terkait hal prinsip, harus diselesaikan dengan mengembalikannya pada aturan Allah.
"Jika perbedaan terkait masalah cabang atau mubah, harus didiskusikan baik-baik. Tidak mengedepankan ego agar anak tak jadi korban," imbuhnya.
Puspita mengingatkan bahwa proses pendidikan anak merupakan proyek bersama ayah bunda. Menurutnya, meski memiliki tugas berbeda, namun mereka berperan sama pentingnya.
Lebih lanjut, ia membeberkan beberapa langkah menyatukan frekuensi ayah bunda agar meminimalkan perbedaan dan menghasilkan keharmonisan dalam mengasuh anak.
"Pertama, hukum Allah dijadikan pijakan utama. Keluarga Muslim wajib menjadikan Islam sebagai panduan aktivitas keseharian dan solusi bagi masalah kehidupan. Islam menjadi patokan jelas dan tegas dalam menilai segala sesuatu," tuturnya.
Adapun langkah kedua, menurut ibu beranak tiga ini adalah konsisten. Meski katanya, menjaga konsistensi itu tak mudah, banyak godaan, di situlah perjuangan ayah bunda diuji.
Langkah ketiga, yang tak kalah penting, Puspita menyebut, adanya keteladanan orang tua. Karena keluarga adalah tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana ia mendapat pengaruh pada masa penting dalam pendidikan, akan membekas, dan tak mudah hilang.
"Kebiasaan orang tua yang disaksikan anak, direkam dan ditiru. Di sinilah pentingnya keteladanan. Terlebih jika ayah bunda satu frekuensi dalam mencontohkan hal baik. Ini akan mempermudah tercapainya tujuan pendidikan," cetusnya.
Yang keempat, ialah komunikasi dan kerjasama yang baik antara ayah bunda. Menurutnya, sering kali terjadi konflik pada tim ayah bunda dalam proses pengasuhan, salah satunya karena pola asuh orang tua mereka dulu.
"Perlu langkah-langkah agar perbedaan tidak merugikan anak. Butuh komunikasi yang baik, kerjasama juga diupayakan agar anak tidak bingung. Jika didasari kepentingan anak, akan lebih mudah menyamakan perbedaan. Perlu kerendahan hati untuk mempercayai pandangan pasangan yang diputuskan bersama. Penting menunjukkan kekompakan orang tua," urainya.
Langkah kelima, Puspita mengingatkan tentang kesamaan visi misi pernikahan. Ia menekankan pentingnya penyatuan visi misi sebelum menikah.
"Visi adalah kemampuan melihat inti persoalan. Atau tujuan, gambaran masa depan yang ingin diraih. Visi pernikahan Muslim selaras dengan visi hidupnya yaitu beribadah kepada Allah. Kesamaan visi misi ini akan berpengaruh pada pola pengasuhan anak," paparnya.
Di akhir, Puspita menyimpulkan bahwa perbedaan pola asuh ayah bunda kadang tak bisa dihindari. Namun ia berpesan ini bukan penghalang terjadinya proses pendidikan yang baik.
"Kuncinya, orang tua menjadikan syariat Islam sebagai pijakan mendidik anak dan konsisten menerapkannya," pungkasnya. [] Alfia Purwanti
0 Komentar