Topswara.com -- Seorang kuli bangunan yang yakin akan mendapat gaji pasti bekerjanya akan dengan tulus ikhlas. Dia akan menuruti apa yang diinginkan oleh bosnya. Berangkat sesuai dengan jamnya dan pulang juga sesuai dengan jadwalnya. Dia tidak merasa bersedih jika dalam pekerjaannya sangat membuat dia keletihan. Dia yakin nanti akan mendapat upah sesuai yang dia diharapkan.
Begitu pula pedagang. Dia semangat menata dagangannya padahal belum tentu laku. Berangkat ke pasar pagi pagi dan pulang menjelang maghrib. Dia tetap semangat karena dia masih punya harapan. Barangkali barang dagangannya laku. Mengejar sesuatu yang belum tentu laku saja mereka semangat. Padahal belum tentu sesuai prediksi.
Tindakan manusia sangat dipengaruhi oleh persepsinya. Jika dia yakin akan sesuatu dia pasti akan semangat mengerjakan. Ketika dia yakin akan mendapat imbalan pastinya akan dikerjakan.
Nah kalau sekarang dia yakin bahwa Allah itu bos besarnya yang akan melihat tingkah laku dirinya maka dia pasti bersemangat dalam ibadahnya. Apalagi Allah itu benar benar bos dari segala bos. Kalau dalam Al-Qur'an dijelakan bahwa Allah itu raja manusia, Tuhan manusia. Raja dari segala raja. Untuk itu sudah selayaknya kita itu tenang.
Bos kita itu adalah raja yang sesungguhnya. Kekuasaannya meliputi langit dan bumi. Dia tidak memerlukan bantuan apapun dan dari siapapun. Kita tinggal meminta saja jika perlu sesuatu karena kita memiliki boss besar. Di mana bos besar kita sangat senang jika dimintai tolong oleh hambanya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 120
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا فِيهِنَّ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Maidah: 120)
Begitu pula firman Allah di surat yang lain.
Allah ﷻ berfirman,
تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ المُلْكُ
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan…” (QS. Al-Mulk: 1)
Untuk itu secara akidah atau keyakinan kaum Muslim bahwa Allah itu maha perkasa maha segala-galanya. Allah tidak memerlukan bantuan dari siapapun. Allah itu tidak membutuhkan pembelaan dari siapapun. Allah itu raja dari segala raja. Dalam ranah akidah Allah itu maha perkasa tak perlu dibela.
Kaum Muslim seharusnya tenang dan percaya diri dalam hidupnya karena dia memiliki sandaran yang kokoh, teman curhat yang aman tanpa takut dibocorkan dan mendapat solusi dari setiap permasalahan yang menimpa dirinya.
Dia tidak akan meragukan kehebatan tuhannya. Tempat dia menumpahkan segala keluh kesahnya. Allahlah yang menjamin rizki dari setiap hambanya.
Seorang Muslim akan selalu optimis dalam menjalani hidupnya karena yakin Tuhan itu tidak tidur kalau istilah bahasa Jawa gusti Allah mboten sare.
Sudah seharusnya kaum Muslim itu bangga pada Tuhannya. Mensucikannya dari segala bentuk fitnah murahan dari sang penista agama yang terus bermunculan di jagad soaial media.
Jika mereka orang orang munafik menghina Allah maka secara hukum Islamnya kaum Muslim wajib membela. Karena ini perintah Allah. Bukan berarti Allah itu lemah. Akan tetapi di situ Allah akan memberikan kemuliaan kepada kita.
Sebagaimana seorang guru menyuruh muridnya untuk mengerjakan tugas. Bukan berarti gurunya tidak bisa mengerjakan tugas akan tetapi muridnya itu sadar bahwa tugas yang diberikan itu bukan berarti gurunya tidak bisa akan tetapi tugas itu untuk menguji kemampuannya. Apakah sudah tercapai target pembelajarannya ataukah belum.
Dalam ayat yang lain Allah menyatakan dalam surat Al-Baqarah: 245
مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
"Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan."
Kalimat meminjami di sini bukan berarti Allah miskin akan tetapi konteksnya adalah Allah sedang menguji manusia. Apakah manusia mau taat sama Allah ataukah tidak. Karena tanpa bantuan manusia Allah itu sudah kaya raya. Allahlah Pemilik alam semesta.
Jadi Allah perlu dibela di sini konteksnya adalah agama Allah yang wajib dibela. Karena ini adalah bagian dari syariat Islam sebagaimana hukum Islam lainnya.
Sistem yang ada saat ini memang berpeluang untuk menghasilkan pribadi pribadi yang kerdil dari nilai nilai agama. Karena kebebasan yang dijamin undang undang menjadikan orang orang bebas menghina agama.
Sudah saatnya kita mengembalikan kepada sistem yang berasal dari Tuhan semesta alam yakni syariah kaffah ala minhaji nubuwwah.
Wallahu a'lam bishawab
Oleh: Arik Rahmawati
(Sahabat Topswara)
0 Komentar