Topswara.com -- Hiduplah seorang shahabiyah dari kalangan Anshar bernama Rumaisha binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram Radhiyallahu ‘anha. Ia biasa dipanggil Rumailah, Rumaitsah, Ghumaisah, atau Rumaisha yang mendapat nama kuniyyah Ummu Sulaim.
Seorang perempuan mulia yang memiliki berbagai keutamaan dan memiliki garis keturunan yang suci dari kabilah Bani Adi bin Najjar. Beliau termasuk orang yang lebih dahulu masuk Islam dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap Islam dan dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ia adalah wanita yang cerdik, setia dan sayang pada suami, serta mendahulukan segala yang baik, dan pintar bergaul. Ia menghimpun ilmu, pemahaman, keberanian, kemurahan hati, kebersihan, keikhlasan bagi Allah SWT dan Rasul-Nya.
Ummu Sulaim adalah ibu dari seorang sahabat yang namanya juga tidak asing di kalangan para ulama dan sahabat, ialah Anas bin Malik. Hasil pernikahannya dengan Malik bin Nadhar saat masih jahiliyyah. Namun, ketika wanita cerdas ini mendengar tentang risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, ia memutuskan untuk memeluk Islam dan mengajak anaknya Anas bin Malik untuk bersyahadat juga.
Ummu Sulaim dikenal sebagai sosok yang pemurah. Selain itu, ia juga dicatat telah meriwayatkan hadis Rasulullah SAW sebanyak 14 hadis. Kisah pernikahannya bersama Abu Talhah al-Anshari sangat mengagumkan. Sebab Ummu Sulaim telah dikenal sebagai wanita yang memiliki mahar yang mulia, yaitu keislaman Abu Talhah. Salah seorang tabi’in menuturkan, “kami tidak pernah mendengar mas kawin yang lebih mulia daripada mas kawinnya Ummu Sulaim, yaitu Islam”.
Seorang Muslimah khususnya di zaman modern yang sekuler ini, selayaknya mengetahui keutamaan Ummu Sulaim dan bercermin kepada keberanian serta keteguhan keyakinannya. Belajar darinya, cara mencintai Allah dan Rasul-Nya juga baktinya kepada suami. Bahkan saat suaminya yang pertama masih kafir, ia tidak melawannya, namun tetap teguh pada keimanannya hingga maut sendiri yang memisahkannya dengan Malik bin Nadhar. Lalu Allah mempertemukannya dengan Abu Talhah al-Anshari yang ia hormati selama menjadi istrinya.
Kekuatan imannya telah membuat Ummu Sulaim menjadi seorang ibu yang melahirkan generasi-generasi shaleh seperti Anas bin Malik. Ia diketahui adalah sosok ibu yang baik kepada anak-anaknya. Ia tidak melalaikan kewajibannya sebagai ibu dan pengelola rumah tangga. Namun ia juga tidak lalai akan kewajibannya sebagai bagian dari umat atau masyarakat.
Tentu sebagai seorang manusia dan hamba yang dicintai Allah SWT, kehidupannya juga mengalami ujian dan kesulitan. Namun, setiap ujian dan kesulitan itu mengahmpirinya, ia selalu menghadapinya dengan keimanan dan kemantapan hati serta kesabaran yang tinggi dengan tidak berguncang sedikitpun. Ummu Sulaim juga memiliki tutur kata yang baik, halus, dan tajam tetapi makruf sehingga menjadikan siapapun mendengar, akan betah dan tertarik untuk bicara dengannya.
Lebih dari itu, ia bukanlah seseorang yang hanya memikirkan keluarganya. Namun ia sadari penuh memiliki tanggung jawab atas umat ini karena ia adalah bagain dari umat Islam. Semua mengingat keberaniannya saat Abu Talhah melamarnya dengan mengajukan Islam kepadanya. Imam Qurthubi pun menjelaskan, bahwa saat perang Hunain, Ummu Sulaim berada di antara orang-orang yang bertahan bersama Rasulullah SAW. Saat perang Uhud, ia telah menunjukkan perannya yang sangat besar. Memberi minum orang-orang haus dan mengobati luka-luka para mujahid bersama Aisyah ra. Begitu juga ketika perang Khaibar.
Perannya sebagai seorang ibu, isteri dan juga bagian dari umat berjalan secara harmonis. Tidak mengutamakan yang satu lalu mengabaikan yang lainnya. Sebab, pada dasarnya, perempuan manapun dan di masa kapanpun mampu melaksanakan perang-perannya sebagai hamba Allah, bagian dari keluarga, serta bagian dari masyarakat sekaligus secara harmonis dan sinergis. Kuncinya adalah, mengikuti semua aturan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Wallahu a'lam bishawab
Oleh: M. Siregar
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar