Topswara.com -- Penggiat Parenting Islami, Ustaz Bendri Jaisyurrahman menyebut anak akhir zaman harus memiliki pendirian yang kokoh.
"Anak akhir zaman harus memiliki pendirian yang kokoh," tuturnya di YouTube Renungan Fajar yang bertajuk Menjadi Orang tua Akhir Zaman ke-2, Sabtu (8/12/2021).
Ustaz Bendri, sapaan akrabnya, mengatakan, betapa di akhir zaman ujian semakin berat, karena puncak akhir zaman yang dilalui adalah hadirnya Dajjal, dan Dajjal penebar hoax menipu manusia.
"Jika kita perhatikan, sudah dicicil dari sekarang sebagai latihan atau tadribat, bagaimana kaum Muslim bisa membedakan mana yang sejatinya hoax atau menipu, dan mana yang sejatinya mengajak pada Islam, yakni mengajak pada kebenaran," ucapnya.
Menurutnya, yang dibutuhkan oleh orang tua, khususnya anak-anak akhir zaman adalah jangan sampai mereka menjadi sosok yang mudah terbuai dan tidak memiliki keteguhan pendirian pada akhir zaman.
"Maka, untuk bisa mendidik anak-anak di akhir zaman, bekal pertama adalah tauhid yang menjadi pokok awal pondasi, bahkan inilah yang akan membuat anak-anak menjadi kokoh laksana pohon, sebagaimana yang digambarkan dalam ayat Al-Qur'an," jelasnya.
Kemudian ia menukil ayat Al-Qur'an surah Ibrahim 24:
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرْعُهَا فِى السَّمَاۤءِۙ
Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit.
"Dari ayat tersebut digambarkan bagaimana orang yang mempunyai pendirian yang kokoh, seperti pohon yang mengakar," ujarnya.
Ia menjelaskan, kata radikal artinya mengakar, maknanya mengakar dengan kokoh, yakni tidak mudah digoyang saking kokohnya akar menghujam tanah. Itulah pohon yang mengakar. Berbeda dengan pohon yang tidak mengakar, terangkat, dijatuhkan, tumbang.
"Anak-anak di akhir zaman akan ada pada posisi, apakah mudah tergoda atau mengakar," jelasnya.
Ia memaparkan, ciri anak-anak yang mudah mengakar bisa dikenali dengan berani mengatakan 'Tidak' sesuai prinsip tauhid tersebut.
"Itulah esensi dari tauhid. Tauhid itu sendiri kan memulai dengan kalimat la illaha ilallah, tidak ada Tuhan selain Allah. Maka, di situ ada penegasan bahwa di akhir zaman ini harus berani berkata 'Tidak'. Berani berkata 'Tidak' selama ini mungkin suatu hal yang dianggap lemah," katanya.
Ia menyimpulkan, dari kata 'Tidak' muncullah campaign-campaign, dari masyarakat yang memotivasi untuk ngomong 'Tidak'.
"Say no to drug, say no to corruption, say no to bullying, dan lain-lainnya. Maka ini sebuah isyarat bahwa ngomong enggak di akhir zaman, bukan perkara yang mudah," simpulnya.
Ia mengatakan bahwa sekarang banyak orang mencari aman. Contohnya ketika ditanya spirit doll itu apa? Seharusnya mereka jelas menjawab haram, akan tapi masih ada yang mencari jalan aman.
"Selama memberi manfaat dan mengafirmasi, maka, spirit doll diperbolehkan, sehingga memberikan isyarat ngomong enggak dan tegas pada perkara yang haram itu sulit dan butuh keberanian. Makanya, konsekuensi dari keimanan itu, kelak harus berani ngomong enggak," pungkasnya. []Nurmilati
0 Komentar