Topswara.com -- Praktisi pendidikan dan konsultan keluarga, Siti Rofida, S.Pd. mengatakan, seorang pengajar harus membangkitkan harapan secara terus-menerus.
“Seorang pengajar harus membangkitkan harapan secara terus-menerus,” katanya dalam rubrik Cahaya Muslimah, dengan tajuk Adab Mengajar dalam Islam, Senin, 10/1/2022 di YouTube Sultan Channel.
Ia menjelaskan, ada kalanya seorang pengajar/pendidik menemukan murid yang susah sekali memahami pelajaran yang diberikan. Dalam keadaan seperti ini tidak boleh seorang pengajar mematahkan harapan murid untuk bisa memahami pelajaran tersebut. Misalnya, dengan mengatakan ‘Kamu memang enggak bakalan pintar kayaknya’. Perkataan tersebut tidak layak diucapkan seorang pengajar/pendidik terhadap murid.
“Sementara seorang pendidik itu, Allah SWT sendiri mengingatkan supaya kita tidak putus asa.
لَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ
Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah melainkan orang-orang kafir (TQS Yusuf : 87).
Jadi, kalau sekiranya kita sulit belajar, anak didik kita sulit belajar, tetap tugas kita adalah mencarikan jalan supaya dia paham,” ujarnya.
Siti Rofida memberikan contoh, Imam Syafi’i mengulang menjelaskan pelajaran sampai 40 kali kepada salah satu muridnya yang sulit memahami pelajaran. Begitu besarnya harapan kepada muridnya untuk bisa paham, sampai-sampai Imam Syafi’i mengatakan, 'Andai ilmu bisa disuapkan, maka saya akan suapi kamu, agar kamu bisa paham.'
Tentu saja hal tersebut tidak mungkin terjadi. Maka Imam Syafi’i menasihatkan muridnya untuk mendekat kepada Allah SWT.
“Terbukti, setelah murid tersebut mendekat kepada Allah SWT, maka Allah SWT memberikan futuh (kunci atau pembuka) kepadanya, sehingga bisa memahami pelajaran yang disampaikan,” pungkasnya.[] Binti Muzayyanah
0 Komentar