Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ramai Spirit Doll, Tanda Iman Makin "Los Dol"


Topswara.com -- "It's a baby!" Teriakan seorang publik figur kepada rekannya saat "anaknya" disebut boneka. Spirit doll alias boneka arwah saat ini memang sedang ramai diperbincangkan, tidak main-main kalangan pesohor papan atas banyak yang mengadopsinya. Sebuah boneka yang yang disebut spirit doll ini katanya mampu memberikan aura positif pada pemiliknya. 

Kabar ulasan tentang boneka ini cukup berseliweran di dunia maya. Banyak yang mempercayai, pun tak sedikit yang menyayangkan. Bagi mereka yang mengimani, menganggap spirit doll selalu memberi bisikan-bisikan. Ia mengingatkan untuk selalu sabar, menahan emosi, dan lebih dekat dengan Tuhannya. Sebagai umat Muslim yang taat, bagaimana seharusnya kita menyikapinya? 

Fakta Spirit Doll

Menurut Queen (pengasuh spirit doll), spirit doll adalah sebuah boneka yang sengaja dibentuk seperti anak manusia. Dalam tubuh boneka itu dimasukkan arwah anak yang telah meninggal. Para adopter menganggap mereka adalah anak seperti manusia biasa. Bahkan katanya spirit doll itu bisa meninggal (Jurnalsoereang, 31/12/21).

Kisah yang sama juga disampaikan Furi Harun, si kolektor spirit doll. Ia menambahkan jika boneka arwah itu memang dimasuki arwah. Antara adopter dan si boneka memang tidak ada perjanjian untuk pesugihan. Tapi mereka perlu diperlakukan seperti bayi atau anak manusia. 

Hanya saja, pada kenyataannya para adopter menanggap mendapatkan rezeki, ketenangan dan kesabaran setelah mengadopsi si spirit doll. Bahkan banyak di antara adopter yang mengalami mimpi bertemu dengan anak adopsiannya (spirit doll). 

Boneka dalam Islam

Islam memberikan pandangan yang khas tentang boneka. Dalam Kitab Syakhsiyah Islamiyah karya Syeikh Taqiyudin An Nabani, boneka digolongkan sebagai benda tiga dimensi yang menyerupai makhluk hidup. Sebuah hadis disampaikan Rasul kepada Ali, 
"Janganlah kamu meninggalkan sebuah patung kecuali kamu menghancurkan,..." (HR. Muslim). 

Hadis di atas menyampaikan bahwa Islam tidak membenarkan adanya patung yang menyerupai makhluk hidup. Kecuali jika patung itu berbentuk pohon, maka hal itu boleh. Kebolehan ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, 
"Jika kamu harus menggambar, maka gambarlah pohon dan apa yang tidak memiliki jiwa." Hadis pengecualian diriwayatkan oleh Aisyah ra., "Aku dahulu pernah bermain dengan 'anak-anak' di depan Nabi saw." (HR. Bukhari). 

Maksud dari hadis ini bermain mainan berbentuk seperti anak-anak. Jadi, jika berbentuk boneka dan itu untuk mainan anak-anak, hukumnya boleh. Dari penjelasan di atas, kita dapat simpulkan bahwa orang dewasa (sudah baligh) tidak diperkenankan main boneka seperti anak-anak. 

Mengikuti Tren Tak Selamanya Keren

Banyak orang berpendapat, jika kita sudah mengikuti tren, pasti akan keren. Padahal, anggapan itu keliru. Tidak semua tren itu baik. Benar dan salahnya sebuah tren tergantung dari bagaimana syariat memandang. Mengikuti tren berarti berhubungan dengan amal (aktivitas). 

Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala aktivitasnya. Jadi kalau kita ingin  ikut-ikutan yang sedang viral, perlu berfikir lebih dalam. Sudah benar atau belum. Kalau mengadopsi spirit doll hanya sebatas ikut-ikutan, tentu juga tak dibenarkan. Sebagaimana kita pahami sebelumnya, boneka hanya untuk anak-anak.

Menganggap Perantara

Kalau sekadar ikut saja tidak boleh, apalagi menjadikan spirit doll sebagai perantara. Banyak adopter yang memberikan testimoni menjadi tenang, lebih ingat ibadah, bahkan ada yang memberikan bisikan. Hal semacam itu sama saja dengan menyandarkan diri pada boneka arwah. Padahal dalam Kitab disampaikan, 

"Dan orang-orang yang mengambil wali (pelindung) selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat kufur.” (T.QS. Az Zumar: 3).

Makna dari ayat di atas terlihat sangat tegas. Allah SWT melarang seorang Muslim menyandarkan nasib atau memakai perantara untuk dekat dengan Allah SWT atau menjadi penyebab sesuatu yang dialami. Perbuatan demikian dikatakan dusta dan kufur. Bahkan bisa disebut mendekati kekafiran. Orang-orang yang melakukan ini perlu dipertanyakan tingkat keimanannya. 

Rusaknya Pemahaman Umat

Banyaknya peristiwa seperti ini di kalangan kaum Muslim, membuka mata kita. Saat ini akidah umat sedang rusak bahkan hingga "los doll". Semua itu disebabkan oleh meluasnya pemikiran sekularisme, liberalisme, pluralisme dll. Seluruh paham tadi menyebabkan umat Islam jauh dari agamanya, sehingga mereka tak paham aturan. Lebih parah lagi mereka menganggap kepercayaan agama lain sama dengan Islam dan dengan senang hati menerimanya.

Di saat umat jauh dari Islam, serangan akidah datang bertubi-tubi. Jadi tidak heran kalau umat Islam banyak yang percaya dengan hal seperti ini. Ibarat keyakinan, mereka lebih percaya boneka dari pada Allah SWT.

Mengembalikan Akidah Umat

Jalan satu-satunya yang bisa dilakukan adalah mengembalikan akidah umat. Meyakinkan pada mereka bahwa berdoa dan beribadah kepada Allah SWT. Tidak butuh perantara. Mereka hanya butuh berdoa langsung, insya Allah akan dikabulkan. "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS. Ghafir: 60).

Sebagai individu mungkin kita dapat melakukannya pada orang yang kita kenal. Tapi bagaimana dengan masyarakat yang lain? Diperlukan upaya yang lebih untuk memperbaikinya. Hanya negara yang dapat melakukan. Karena negara memiliki kuasa atas rakyatnya. 

Dengan memberikan pendidikan Islam yang tepat, menjaga pemahaman umat dari tsaqofah asing, hingga menetapkan kebijakan sesuai syariat akan menyelamatkan akidah umat dari pendangkalan. 

Wallahu a'lam bishawwab


Oleh: Henyk Widaryanti
(Sahabat Topswara)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar