Topswara.com -- Saya Luthfan Abdul Aziz dan kini saya tinggal di Depok ingin berbagi dan menceritakan pengalaman saya ketika pertama kali menjadi guru pada jenjang Sekolah Dasar.
Tepat tanggal 14 Juli 2020 lalu, saya resmi bekerja menjadi seorang guru. Tidak terasa perjalanan hidup ini sudah saya alami selama dua tahun terakhir
Saya bekerja di salah satu sekolah swasta. SDIT Raflesia adalah nama tempat sekolah pertama saya mengajar dengan enam kompetensi yang menjadi program unggulan SDIT Raflesia. Adab dan Tauhid. Berpikir kritis. Komunikasi. Kerjasama. Kreatif dan Inovasi. Percaya diri dan problem solving.
Pertama datang ke sekolah dengan berbagai macam pertanyaan dan rasa khawatir. Sebagai orang yang pertama kali terjun ke dunia pendidikan dan hanya berharap bahwa tempat yang menjadi pijakan saya akan bisa mengerti dan menerima saya dengan baik.
Awalnya saya berpikir bahwa mengajar anak usia sekolah dasar adalah suatu hal yang mudah, hanya perlu memberi mereka materi, dan mereka akan mengerjakannya. Tetapi semua perkiraan saya salah.
Saat berjalan keliling sekitar sekolah, saya juga mendapat pengalaman baru dari cerita-cerita warga sekitar. Ada banyak situasi dan keadaan baru di lingkungan tersebut yang jauh berbeda dengan lingkungan tempat saya tinggal maupun belajar. Hanya dalam satu hari, saya bisa mendapat banyak pelajaran.
Saya merasa sangat beruntung bisa mendapat kesempatan untuk menjadi bagian dari SDIT Raflesia di tambah rekan kerja yang support saya dalam belajar dan berkembang tentunya mengajar anak-anak yang dominan usia 6 sampai 9 tahun. Semakin hari, saya semakin mengenal mereka dengan baik.
Sebagian dari impian saya mengabdikan diri sebagai orang yang bermanfaat bagi sekitar
ingin memberi pengaruh baik kepada anak-anak dan masyarakat. Saya ingin memanfaatkan setiap pertemuan dengan baik agar mereka terus bertumbuh dan belajar suatu pelajaran yang baru.
Saya ingin keberadaan saya di SDIT Raflesia bisa membawa dampak baik bagi anak-anak dan sekolah. Pada era modern saat ini guru harus dapat beradaptasi dengan siswa yang sudah terpengaruh dengan pesatnya kemajuan teknologi yang ada.
Maka dari itu guru yang berkualitas diperlukan, agar ia tidak ikut terbawa dengan kemajuan teknologi yang ada. Melainkan guru tersebut bisa memanfaatkan kemajuan teknologi untuk lebih mengembangkan cara mengajarnya.
Guru berkualitas akan membawa pengaruh sangat besar dalam pelaksanaan pendidikan. Pendidikan yang bermutu tercipta dari pesan seorang guru yang berkualitas.
Ketika saya mengajar, mereka sangat antusias dan semangat dalam belajar dan keadaan kelas menjadi sangat ramai. Sebagai dengan usia muda tentunya memang harus bekerja secara tulus dari hati sebab guru berhadapan langsung dengan anak manusia yang berakal budi.
Setiap hari saya mengajarkan budi pekerti, sopan santun, dan ilmu pengetahuan kepada para siswa. Pelaksanaannya memang tidak selalu mudah dan membutuhkan kesabaran.
Saya harus bisa mengambil keputusan bagaimana membuat mereka tertib kembali dan bisa mengikuti pelajaran dengan efektif. Hal lain yang saya dapatkan adalah kemampuan untuk mengajar. Murid-murid itu sumber kegembiraan, sumber tenaga batin.
Ketika memerhatikan setiap siswa yang duduk rapi dalam kelompok-kelompok kecil. Wajah-wajah yang memancarkan semangat itu turut menumbuhkan semangat dalam diri saya. Wajah-wajah itu jugalah yang telah menjadi bagian dari keseharian selama hampir dua tahun terakhir.
Jika ditanya pelajaran apa yang didapatkan ketika melakukan praktik mengajar jawabannya adalah pengalaman. Banyak orang yang mengatakan pengalaman adalah salah satu guru terbaik. Maka menurut saya menjadi seorang guru adalah “salah satu pengalaman terbaik".
Saya berterimakasih kepada SDIT Raflesia yang sudah memberikan kesempatan untuk sama sama belajar dan terus berproses menciptakan pendidikan yang bermutu,dan menumbuhkan nilai nilai kebaikan.
Saya baru mengerti memang benar seorang guru merupakan orang tua kedua untuk muridnya. Oleh karena itu tugas kita bagaimana membuat mereka nyaman untuk belajar.
Perencanaan kegiatan belajar pun kita dituntut untuk pandai berkomunikasi. Menjadi sosok yang bisa mengayomi, seseorang yang bisa membahagiakan bagi muridnya serta menyebarkan kegembiraan dalam proses pembelajaran.
Selama berproses tentu banyak hal yang saya alami baik kemampuan mengupgrade skill dan beradaptasi di lingkungan sekolah. Adaptasi atau proses penyesuaian diri pada setiap individu atau manusia berbeda-beda. Ada yang proses adaptasinya cepat, ada pula yang relative lama. Tidak menjadi masalah, pada intinya kita hanya harus tetap melakukan penyesuaian diri.
Ketika kita berpindah dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain. Bagi Saya, tidak usah langsung berpersepsi bahwa lingkungan baru akan sulit untuk beradaptasi. Semua berawal dari pikiran. Ketika kita berpikir bahwa suatu hal itu sulit, memulainya pun akan terasa berat.
Persiapkan Diri dan Mental
Menghargai setiap perbedaan, termasuk budaya dan kebiasaan ditempat yang baru. Jangan ragu untuk bertanya dan meminta bantuan. Jika mendapatkan kesulitan atau masalah, bertanyalah. Interaksi akan membangun hubungan interpersonal yang baik.
Jadilah diri sendiri dan apa adanya.
Jangan merubah kepribadian hanya karena ingin diterima di suatu lingkungan.
Oleh: Luthfan Abdul Aziz
(Sahabat Topswara)
0 Komentar