Topswara.com -- Pendidikan Indonesia yang digadang dapat memajukan kehidupan bangsa dan negara ini nyatanya telah hilang arah. Visi misi pendidikan yang dirancang dalam beberapa tahun ke depan memberikan arah pada generasi muda berada dalam zona bahaya.
Sebab visi misi yang hadir membuat generasi muda hilang karakter kepribadian bangsanya. Hancurnya generasi bangsa dampak diterapkannya sistem yang salah yang berujung pada hilangnya nilai-nilai spiritual dalam banyak aspek kehidupan.
Kini, visi pendidikan yang diselaraskan dengan arus moderasi dalam bidang agama yang saat ini sedang digencarkan, disinyalir akan memberikan dampak jangka panjang terhadap generasi bangsa. Melalui moderasi dalam segala aspek termasuk pembuatan kurikulum, bakal mempengaruhi kualitas output generasi muda. Nampak bahwa kurikulum mata pelajaran agama (Islam) memberikan sinyal keras bahwa dari lingkup sekolah tak mampu memberikan ruang untuk mempraktikkan nilai-nilai keagamaan.
Moderasi Menyasar Pendidikan
Dalam moderasi beragama yang kian masif diaruskan, dinilai terdapat sebuah proyek besar yang sedang digencarkan oleh mereka yang melihat potensi generasi muda yang sangat besar. Moderasi beragama adalah gagasan kafir Barat untuk menghadang Islam kaffah. Di mana ini menjadi penyebab terjadinya perang pemikiran/ghazwul fikri. Spirit moderasi beragama yang digunakan adalah pluralisme dan sinkretisme. Hal ini tentu akan menimbulkan dampak luar biasa tehadap generasi muda bahkan umat saat ini.
Umat Islam akan jauh dari hakikat Islam kaffah, mengalami krisis identitas, islamofobia, Islam tidak dianggap sebagi solusi kehidupan, dan yang paling parah semua agama dianggap sama. Pun akan menjauhkan umat dari memperjuangkan Islam kaffah dan menghalangi persatuan dan kebangkitan umat.
Selain itu, moderasi kurikulum di madrasah bisa mematikan potensi bahasa Arab sebab bahasa Arab merupakan salah satu tsaqofah terpenting dalam Islam.
Al-Qur'an yang diturunkan dalam bahasa Arab, begitu juga sumber-sumber hukum lain seperti hadis dan ijmak sahabat, menuntut umat untuk memahami bahasa ini saat hendak melakukan penafsiran dan penggalian hukum. Tanpa bahasa Arab, penafsiran Al-Qur'an dan penggalian hukum bisa jadi akan menghasilkan kesimpulan yang menyimpang dari apa yang dikehendaki Sang Pembuat Hukum.
Lebih parahnya lagi, moderasi agama yang merambah kurikulum madrasah rupanya menyasar juga bahasa Arab. “Penyempurnaan kurikulum” ini tertuang dalam Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.
Inilah karakter moderasi beragama, mematikan kemampuan untuk memahami aturan agama, sehingga umat lebih mudah dipalingkan kepada aturan manusia. Tak heran jika generasi muda menjadi sasaran empuk..
Ketika generasi muda dididik dan dibina sesuai Islam mengatur maka lonceng kematian bagi hancurnya kapitalisme. Hal ini menyebabkan mereka membuat cara demi memadamkan cahaya Islam agar tidak bangkit kembali.
Memadamkan Cahaya Islam
Sejenak mari kita ingat kembali peristiwa peristiwa 911 sebagai salah satu agenda AS untuk memuluskan kepentingannya dalam menghantam Islam. Terbukti dalam agenda-agenda berikutnya, AS selalu mengkaitkannya dengan War on Terorism (WOT).
Setelah sukses menancapkan stigma radikal dan teroris, AS dengan meminjam tangan kaum Muslimin sendiri mulai menebarkan program moderasi, salah satu program agar kaum muslimin menjadi lebih moderat. Moderat adalah lawan dari radikal.
Jika radikal disematkan pada mereka yang berupaya menerapkan Islam secara kafah, maka moderat ini diberikan pada mereka yang mau menerima nilai-nilai dan hidup berdampingan dengan Barat.
Dalam praktiknya, moderasi beragama ini terasa lebih ditujukan pada Islam. Umat Islam diminta bersikap toleran, dengan toleransi kebablasan sehingga cenderung pada pluralisme dan sinkretisme.
Moderasi beragama membuat kaum Muslimin tetap beragama Islam namun mengadopsi cara berpikir Barat. Jadi secara tidak langsung program ini justru menjauhkan kaum muslimin dari Islam, memposisikannya hanya sebagai ibadah ritual, meletakkannya sekadar di ranah privat, dan memutilasi ajaran-ajaran dasarnya sehingga mandul dalam pengaturan kehidupan secara kaffah.
Jelaslah program moderasi beragama ini adalah bagian dari upaya melawan penerapan Islam secara sempurna. Banyaknya tren generasi yang berlomba-lomba untuk hijrah menjadi salah satu ancaman tersendiri. Sebab ketika generasi muda yang berhasil dididik dengan cara Islam tak akan mampu dibendung gelora semangat yang membara untuk menuju gerakan perubahan.
Andai saja sistem pendidikan negara ini berbasis pada pendidikan Islam tentu akan mampu menyelematkan negara ini dari para penguasa korporasi yang telah mengmbil segala kekayaan SDA dan menghapus segala kezaliman. Geliat untuk bangkitnya kembali cahaya Islam yang terbukti mampu menguasai 2/3 dunia selama 14 abad lamanya tentu tak diragukan lagi dahsyatnya kekuatan umat saat bersatu.
Potensi Besar Generasi Muda
Sejarah Islam telah mencatat bagaimana peradaban Islam kala diterapkan mampu menghasilkan para pemuda yang memiliki jiwa kstaria yang semangat mudanya untuk membela Islam.
Muhammad Al Fatih sang pemuda yang mampu menaklukkan kota Konstantinopel. Sosok pemuda ini mampu mewujudkan bisayarah Rasulullah SAW yang disampaikan oleh Abdullah bin Amru kepada para sahabat.
"Ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah SAW untuk menulis, tiba-tiba beliau SAW ditanya tentang kota manakah yang akan ditaklukkan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma? Rasulullah SAW menjawab, "Kota Heraklius ditaklukkan terlebih dahulu (maksudnya Konstantinopel)." (HR. Ahmad)
Sosok Muhammad Al Fatih sang pemuda penakluk kota tersebut sejatinya hanya satu dari sekian banyaknya aset pemuda yang dididik dengan cara Islam. Para musuh Islam tentu tak menginginkan dan membiarkan hal ini terjadi begitu saja, harus ada cara yang mampu memadamkan dan melemahkan potensi generasi muda.
Terbukti pula saat ini generasi muda dijauhkan dari aturan-aturan Islam. Generasi muda yang bukan diarahkan untuk menjadi aset umat Islam justru semakin dihancurkan sebab potensi yang melandasi harus dipadamkan.
Sampai kapan generasi muda akan terus dalam genggaman para penguasa kapitalis yang terus menerus merusaknya? Wahai pemuda harapan bangsat dan aset tonggak estafet kepemimpinan Islam di masa yang akan datang, sadarlah dan bangkitlah pemikiran kalian untuk melawan segala kemunkaran di negara ini!
Mari bahu-membahu bersama untuk menyelamatkan kalian sebagai generasi muda yang pada pundak kalian beban kepemimpinan itu ada. Harapan besar kami pada kalian generasi muda yang akan memimpin umat ini.
Semua dapat diwujudkan mana kala sistem yang ada saat ini diganti dengan sistem Islam sehingga mampu menyelamatkan generasi muda dari pengaruh para musuh Islam yang akan memadamkan cahaya Islam.
Oleh: Wiji Lestari
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar