Topswara.com -- Sebagaimana dikatakan dalam hadis Bukhari Muslim, “Sesungguhnya setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah, melainkan orang tuanyalah yang menjadikannya Nasrani, Yahudi dan Majusi.”
Dari hadis tersebut maka wajib para orang tua mempertahankan dan menjaga seorang anak yang terlahir sebagai Muslim/Muslimah, agar jangan sampai melenceng dari fitrahnya yakni Islam.
Tentunya, akidah dan syariah merupakan hal terpenting dalam Islam. Maka dari itu orang tua harus selalu berusaha keras agar akidah anaknya terus terjaga dan senantiasa tunduk kepada Sang Khaliq/Pencipta manusia. Untuk mewujudkannya dibutuhkan pola pengasuhan dan pola pendidikan yang sistematis agar dapat membentuk syakhsiyah Islamiyah anak.
Selain di rumah tentunya anak-anak akan berinteraksi pula dengan lingkungan sekolah, dan lingkungan tetangga sekitarnya yang saling berkaitan ketika anak hadir di dunia ini. Apalagi di era modern seperti sekarang ini televisi, internet, dan keluarga yang tinggal serumah akan sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak baik itu positif maupun secara negatif.
Begitu juga, lingkungan tetangga yang plural akan sangat memengaruhi pergaulan anak. Demikian halnya di sekolah, karena sekolah-sekolah sekuler jauh dari tujuan mencetak generasi yang shalih dan shalihah. Ini akan membawa dampak negatif yang bisa saja menyimpangkan dari fitrahnya. Perlu kita cermati pula di lingkungan sekolah yang islami sekali pun akan ada pengaruh buruk, namun tidak serumit di sekolah sekuler.
Jadi, apa yang harus dilakukan ibu menghadapi fenomena seperti ini? Kenapa dikhususkan ibu, karena peran ibu sangatlah penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak dan yang paling sensitif akan segala bentuk ancaman. Begitu juga ayah punya peranan dan tanggung jawab yang sama meskipun tak se-intens ibu karena kewajibannya dalam mencari nafkah maupun dalam hal berdakwah.
Setidaknya ada tujuh langkah yang perlu diupayakan agar mampu mewujudkan dan membentuk satu ikatan yang kuat antara ibu terhadap anaknya. Pertama, jadilah seorang ibu yang unggul dalam berbagai situasi. Artinya seorang ibu harus mampu memberikan edukasi dan pengendalian terhadap perkembangan zaman saat ini yang berasal dari dalam maupun dari luar lingkungannya, seperti pengaruh televisi, tetangga, saudara, teman sekolahnya, pengaruh game dan lain sebagainya.
Kedua, buat jadwal bersama setiap harinya agar terjalin kebersamaan antara ibu dan anak. Jika ibu ada keperluan lain, seperti mencuci, memasak ataupun kegiatan lainnya anak bisa ikut serta atau mengerjakan jadwal hariannya secara mandiri hingga dapat merangsang kecerdasannya.
Ketiga, tanamkan selalu kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam hal ketaatan. Biasakan anak bertutur kata dan berperilaku yang ahsan, hingga saat anak berada di luar rumah mampu membentengi dirinya dari pengaruh buruk teman-temannya yang tidak baik.
Keempat, ikut sertakan anak dalam setiap kegiatan dakwah agar anak meneladani ibunya dan mampu menjadi pendakwah cilik yang kritis dan saling nasihat menasihati apabila ada teman-temannya yang melenceng dari kebiasaannya, seperti berbicara kotor (kasar), anak memberi nasihat temannya dengan mengatakan bahwa Allah tidak menyukai hal tersebut dan teman-teman akan menjauhi kita kalau berbicara kotor. Dengan demikian anak tidak meniru tapi sebaliknya dia mampu mempengaruhi temannya.
Kelima, ibu harus memberikan ekstra perhatian dan kasih saying dimiliki terhadap anak, baik itu dalam ketaatan ataukah saat anak mengalami kesulitan dalam menjalankan pembelajaran.
Keenam, jalinlah komunikasi yang kuat dengan penuh kebahagiaan, kesenangan, dan ketenteraman batin anak, misalnya saat anak meraih prestasi ataukah saat menghadapi masalah dengan teman-temannya.
Terakhir dan yang paling utama yakni berdoa untuk kemudahan mendidik anak-anak, ketajaman lisan ibu dalam memberikan pelajaran dan menasihati anak, serta berdoa agar dijauhkan dari segala pengaruh buruk yang menimpa anak.[]
Oleh: Sari Liswantini
Aktivis Muslimah Depok
0 Komentar