Topswara.com -- Lagi-lagi kita selalu mendapat kado terindah di akhir dan di awal tahun. Beberapa sembako tiba-tiba naik drastis di akhir tahun hingga hari ini, di antaranya adalah minyak goreng, cabai dan telur ayam.
Jelas bahwa para Ibu-ibu rumah tangga mulai dari yang miskin dan yang kaya, merasa tercekik dengan kenaikan harga beberapa jenis sembako yang selama ini menjadi bahan pokok sehari-hari di dapur mereka.
Dilansir oleh liputan6.com (29/12/3021) bahwa ada tiga bahan pokok sehari-hari yang akan terus naik secara drastis di akhir tahun 2021 sampai pada Januari awal 2022 di bagian Jakarta. Adapun bahan-bahan pokok tersebut adalah telur ayam, cabai dan minyak goreng.
Alhasil, seorang Peneliti Core Indonesia yang bernama Dwi Andreas mengungkapkan bahwa harga telur ayam yang harganya tembus Rp 30.000 per kilogram, cabai yang tembus di Rp 100.000 per kilogram dan harga minyak goreng yang tembus Rp 18.000 per kilogram adalah harga yang telah melampaui batas harga psikologis.
Selain itu, CNN Indonesia juga telah melansir berita tentang kenaikan bahan pokok yang terjadi di Sumatera Selatan, tepatnya di pasar tradisional Palembang. Walaupun sudah berlalu suasana liburan tahun baru, namun ternyata bahan-bahan pokok yang sangat penting bagi para ibu rumah tangga masih mengalami kenaikan drastis.
Misalnya saja, minyak goreng yang sebelumnya Rp 14.000 per kilogram kini naik menjadi Rp 18.500 per kilogram, daging ayam ras dari harga Rp 30.000 per kilogram menjadi Rp 36.000, dan harga telur ayam dari Rp 19.000 per kilogram menjadi Rp 23.000 per kilogram.
Kenaikan harga bahan pokok sehari-hari yang secara drastis jelas menimbulkan kekhawatiran di tengah-tengah masyarakat. Bukan hanya para konsumen (pembeli), namun kekhawatiran itu juga muncul di tengah-tengah para pedagang.
Sebab adanya kenaikan secara drastis, ini akan mempengaruhi minat para pembeli (konsumen) di kalangan Ibu rumah tangga yang memiliki ekonomi menengah ke bawah. Selain itu mereka akan merasa tercekik dengan harga yang begitu drastis.
Oleh karena itu, akan terjadi pula penurunan minat pembeli yang akhirnya akan mengurangi jumlah distribusi ke pasar-pasar dikarenakan mahalnya harga bahan-bahan pokok tersebut. Namun, ada juga para konsumen (pembeli) harus memaksakan diri mereka untuk tetap membeli bahan-bahan tersebut.
Seperti minyak goreng dan cabai yang telah menjadi bahan pokok utama yang harus ada di dapur. Walaupun dalam keadaan ekonomi mereka krisis di karena kan masa pandemi yang tidak kunjung usai.
Sehingga banyak para Ibu yang melontarkan kata-kata dramatis di sosial media milik mereka, ada yang mengatakan walaupun minyak goreng seharga sultan dia tetap harus menguras goceknya untuk membeli minyak goreng, dan banyak lagi kata-kata dramatis lainnya.
Sungguh sangat memilukan di masa pandemi yang melahirkan banyak pengangguran dengan dalih PPKM besar-besaran demi mencegah penyebaran pandemi. Namun yang terjadi justru harga sembako malah naik melambung tinggi seolah hendak mencekik rakyat sementara pandemi tidak kunjung usai.
Kenaikan Harga Sembako dalam Pandangan Islam
Islam adalah satu-satunya agama yang di ridai Allah SWT. Tidaklah Allah menciptakan dunia ini kemudian membiarkan begitu saja, melainkan Allah juga menciptakan peraturan untuk menemani manusia dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Allah ciptakan manusia beserta aturannya. Salah satunya adalah aturan dalam menangani perekonomian umat.
Islam sangat memperhatikan faktor-faktor yang menjadikan bahan-bahan sembako itu menjadi naik. Adapun beberapa faktor yang membuat sembako menjadi naik dikarenakan kurang ketersediaan bahan pangan atau adanya penimbunan bahan-bahan sembako demi mendapat keuntungan yang tinggi.
Dalam sistem Islam, ketika harga mulai naik drastis karena faktor pertama yang menyebabkan kelangkaan barang, maka khalifah akan meminta rakyatnya tetap bersabar sembari mencari solusi untuk memenuhi kelangkaan barang tersebut.
Namun, khalifah tidak akan mengambil barang dari luar negara melainkan akan mencarinya di dalam negeri. Jika seluruh daerah yang ada dalam naungan Islam ternyata juga mengalami hal yang sama, maka khalifah akan berusaha mengadakan bahan-bahan tersebut demi memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Tetapi, apabila kenaikan harga dipicu oleh pelanggaran syariat seperti penimbunan barang, maka khalifah atau pemimpin harus mengatasinya agar hal tersebut tidak terjadi yang nantinya malah membuat rakyat kesulitan.
Sebab tanggung jawab seorang pemimpin adalah memberi kesejarahan pada rakyatnya. Selain memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya, seorang pemimpin juga punya tanggung jawab besar di hadapan Allah untuk mempertanggung jawab kan kepemimpinannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadis riwayat Muslim:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِىِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَنَّهُ قَالَ « أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِىَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ »(رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
Artinya: Dari Ibnu Umar RA dari Nabi SAW sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: "Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggung jawabnya. Seorang pembantu rumah tangga adalah bertugas memelihara barang milik majikannya dan akan ditanya atas pertanggung jawabannya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya," (HR. Muslim).
Oleh karena itu, sebagai pemimpin haruslah betul-betul mengayomi rakyatnya sehingga hidup mereka terjamin dan benar-benar sejahtera. Sebagaimana para pemimpin-pemimpin terdahulu yang disebut dengan Khalifah.
Para khalifah mengelola perekonomian dengan menggunakan sistem Islam yang memang aturan itu langsung dari sang pembuat aturan yang maha benar, dan mereka para khalifah menjalankan kepemimpinannya dengan rasa takut kepada Allah. Sehingga kesejahteraan rakyat adalah prioritas utama bagi para pemimpin (khalifah) di masa-masa kejayaan daulah Islam. Wallahu a’lam bissawab
Oleh: Rismawati, S. Pd.
(Pemerhati Sosial dan Member AMK)
0 Komentar