Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ekonomi Kapitalisme Menyebabkan Ketidakstabilan Harga


Topswara.com -- Akhir tahun barang-barang komoditas harganya naik. Dikutip Tribunnews.com (10/12/2021) harga minyak dan cabai melambung tinggi. Mendekati Natal dan tahun baru 2022, sejumlah bahan pokok di Kabupaten Tana Tidung alami kenaikan harga. Ketua komisi dua DPRD Tana Tidung, Jamhor menyoroti, ada beberapa bahan pokok yang alami kenaikan yakni, minyak goreng dan cabai. 

Untuk itu ia meminta, agar Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Tana Tidung rutin memantau harga di lapangan. Sehingga pemerintah Kabupaten Tana Tidung dapat mengantisipasi harga  yang alami lonjakan ini.

“Karena Natal dan tahun baru ini memang, masyarakat kita lagi butuh bahan bahan pokok," katanya.
 
Meski begitu, dia mengapresiasi Disperindagkop Tana Tidung yang beberapa hari ini telah melaksanakan kegiatan pasar murah. “Semoga kegiatan ini bisa rutin  dilakukan, karena tidak semua masyarakat kita mampu membeli apalagi dengan harga harga sembako yang saat ini naik," ucapnya. Dia akui, yang saat ini dikeluhkan oleh masyarakat Tana Tidung adalah, kenaikan harga minyak goreng dan cabai rawit. 

Sementara itu, terkait adanya indikasi Pengepul yang coba mempermainkan harga pasar dia berharap desa Disperindagkop bisa mengawasi semuanya saat ini ya ada ada saja pengapus pengapus yang akal yang nakal, yang menjual sembako dengan harga tinggi, dua ujarnya walaupun tidak semua Pengepul. Tapi mohon untuk Disperindagkop bisa mengawasi harapnya.

Mengapa pemerintah tidak mampu mengantisipasi padahal kondisi ini berulang? Karena tidak adanya kesungguhan menyejahterakan rakyat dan menghilangkan kesulitan mereka. Sudah menjadi tradisi pada setiap perayaan hari-hari keagamaan harga bahan pokok kebutuhan dasar masyarakat naik ini sudah terjadi dari tahun ke tahun. 

Mengapa ini bisa terjadi karena sistem ekonomi yang diterapkan di negara kita adalah sistem ekonomi kapitalis, seperti bahan kebutuhan pokok harganya naik turun, terjadi pada minyak dan cabai.

Karena ekonomi yang sehat adalah ekonomi yang berdasarkan pada sektor riil, jadi indikasinya adalah jumlah uang dan produksi barang dan jasa mengalir secara sehat, dan  tidak ada yang namanya penggelembungan. Berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang cenderung yang berbasis pada non riil. Jadi sangat tentang terjadi fruktiasi dan krisis ekonomi.

Hal itu wajar karena memang uang tidak beredar sebagaimana mestinya. Uang hanya beredar pada bisnis non riil yang tidak tampak kasat mata. Bahkan, sangat erat kaitannya dengan spekulasi. 

Wajar sistem ini sangat rawan terhadap krisis bahkan berteman dekat dengan seolah menjadi siklus yang tak bisa dihindari, siklus krisis ekonomi ini terus berulang dari tahun ke tahun, menunjukkan sistem ekonomi sejatinya adalah sistem yang rusak yang amat rawan karena berbasis ekonomi non riil.

Solusinya hanya pada sistem Islam dengan tumpuan sektor riil. Bagaimana ekonomi Islam bisa menggerakkan sektor ekonomi negara akan melarang setiap transaksi non-riil yang berbasis riba dan, spekulasi. Negara akan mendorong penciptaan ekonomi yang sehat dengan menggerakkan sektor riil. 

Negara misalnya mau membuka industri baik dalam bentuk barang dan jasa yang jelas tidak bertentangan dengan hukum syariat penyebab ini harga naik tidak stabil, dikarenakan keadaan ekonomi kita menjadikan tidak stabil dalam sektor pertanian dan industri lainnya ini tergantung dari, distribusinya dan kebijakan yang diambil dalam masalah pemenuhan kebutuhan pokok itu. 

Harus ditunjang dari produksi dalam negeri itu, sehingga bisa memperdayakan masyarakat, sehingga ekonomi akan terus berputar, memang di sini benar-benar laju ekonomi yang ada di masyarakat itu terus berputar tidak ada namanya juga penumpukan uang pada segelintir orang termasuk para Spekulan. 

Pasalnya negara akan berlaku tegas terhadap praktik praktik curang dalam ekonomi yang akan merugikan masyarakat negara pun akan memastikan bahwa uang harus terdistribusi negara harus memastikan bahwa uang beredar di masyarakat.


Oleh: Kania Kurniaty
Aktivis Asshabul Abrar Kayumanis Bogor
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar