Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Varian Omicron: Bukti Rezim Gagal Kendalikan Virus


Topswara.com -- Babak baru virus pandemi Covid-19 dimulai. Ibarat sebuah sinetron yang berepisode kini pandemi virus Covid-19 muncul varian baru. Organisasi Kesehatan dunia WHO Menyebut Varian Omicron mampu mengubah arah pandemi. Kehadiran Omicron sebagai salah satu varian terbaru Covid-19 di sejumlah negara membuat para ilmuan kesehatan saling berlomba untuk mendeteksi bagaimana cara kerja varian baru ini pada tubuh manusia. Bahkan sebagian menyebut Omicron tak terlalu berbahaya, hanya menimbulkan gejala yang lebih ringan dibandingkan varian sebelumnya.

Dikutip dari CNBC Indonesia (12/12/2021). WHO memperingatkan bahwa varian Omicron virus menyebar sangat cepat. Tingkat penyebaran seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan dan dilaporkan ke WHO pada 24 November. Varian ini memiliki sejumlah besar mutasi yang membuat lonceng alarm berbunyi sejak ditemukan. 

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan bahwa saat ini Omicron sudah terdeteksi di 57 negara. Varian baru ini juga dianggapnya mampu menyebar lebih cepat dibandingkan varian-varian sebelumnya. “Fitur tertentu dari Omicron, termasuk penyebaran global dan sejumlah besar mutasi, menunjukkan bahwa itu bisa berdampak besar pada perjalanan pandemi,” kata Tedros.

Pemerintah Indonesia sendiri melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan telah mendeteksi pasien Omicron pertama di Indonesia, varian tersebut diketahui menginfeksi seorang petugas kebersihan di RS Wisma Atlet, (CNN Indonesia, 16/12/2021).

Merespon penyebaran Covid-19 Varian Omicron yang berlangsung dengan cepat, WHO meminta negara-negara melakukan vaksinasi secepat mungkin dan menjaga langkah-langkah untuk melindungi masyarakat dari infeksi Covid-19. WHO khawatir Omicron jadi penyebab munculnya wabah pandemi gelombang ketiga karena tidak memadainya informasi dan penanganannya.

Lagi-lagi ini menjadi bukti kesekian kalinya atas kegagalan sistem kapitalis dalam menangani pandemi. Sudah lazim diketahui bahwa sistem kapitalisme yang diterapkan negeri ini menempatkan kepentingan ekonomi di atas segalanya. Hingga tak peduli situasinya sedang terjangkit wabah atau tidak. Karena itu, sampai hari ini penguasa negeri terus menggenjot perekonomian negeri dan membiarkan rakyat beraktivitas seperti biasa. Hanya dengan Imbauan menjaga protokol kesehatan selama beraktivitas.

Maka dalam kondisi seperti ini tak menutup kemungkinan varian baru dan gelombang baru pandemi Covid-19 terus menghantui dunia. Makin beragam varian Covid-19 dan makin sulit mengendalikannya. Karenanya, ini menjadi bukti kegagalan rezim global untuk segera menghentikan potensi penularan Covid-19.  

Menjelang tahun ketiga pandemi diakui atau tidak, tetap bertahannya pandemi Covid-19 di Indonesia tidak lepas dari karut-marut penanganan penularan virus Covid-19 sejak awal. Hal itu terlihat dari berbagai pernyataan para menteri sejak awal yang cenderung menganggap enteng adanya virus Covid-19 ini. Oleh karena itu, kegagalan-kegagalan di awal penanganan pandemi tidak pernah menjadi pelajaran yang berharga bagi pemerintah, sehingga memunculkan kasus baru.

Jika saja pada awal virus muncul ditangani dengan serius, maka kita tidak akan kewalahan mengatasi laju penyebarannya seperti sekarang ini. Kesalahan fatal dalam menangani wabah adalah saat pemerintah tidak menutup pintu masuk dan keluarnya orang ke negara-negara lain. Semua itu demi perekonomian negara, hingga mengabaikan keselamatan rakyat.

Dalam sistem saat ini, negeri kita didominasi kebijakan sekuler kapitalistik yang masih tarik ulur antara lockdown atau kepentingan ekonomi. WNA dan TKA pun masih leluasa bermigrasi ke sini. Malah mereka sengaja diundang “atas nama pariwisata yang kolaps selama pandemi. Akibatnya, lockdown pun setengah hati. Bagaimana mungkin pandemi bisa teratasi dengan efektif? 

Berbeda dengan konsep lockdown yang dilakukan oleh negara  yang menerapkan sistem Islam. Negara tidak berorientasi ekonomi, melainkan fokus pada aspek kesehatan dan penyelamatan jiwa rakyatnya. 

Oleh karena itu, dunia membutuhkan sistem alternatif yang mampu menghentikan pandemi. Sistem ini harus sahih dan mampu menangani masalah-masalah yang di hadapi umat. 

Sebagaimana dengan sistem pemerintahan Islam yang institusinya menerapkan Islam kaffah. Dalam sistem Islam, Al-Qur’an dan sunah yang menjadi sebagai landasan setiap kebijakan.

Sistem Islam Menangani Wabah

Penanggulangan wabah dalam sistem pemerintahan Islam ditopang oleh dua tujuan pokok, yakni: Pertama, menjamin terpeliharanya kehidupan normal di luar areal terjangkiti wabah. Kedua, memutus rantai penularan secara efektif yakni secepatnya, sehingga tiap orang tercegah dari bahaya infeksi dan keadaan yang mengantarkan pada kematian.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka berikut beberapa hal yang akan dilakukan sang  pemimpin dalam sistem Islam:

Pertama, penguncian area wabah (Lockdown syar’i). Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat, maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu, maka janganlah keluar darinya, (HR Muslim). 

Artinya tidak boleh seorang pun yang berada di area terjangkit wabah keluar darinya juga tidak boleh seorang pun yang berada di luar wabah memasukinya. Prinsip ini sangat efektif untuk pemutusan rantai penularan wabah karena dapat menutup rapat celah penularan. 

Kedua, isolasi bagi yang sakit.
Rasulullah SAW menegaskan yang artinya: “Sekali-kali janganlah orang yang berpenyakit menular mendekati yang sakit”. (HR. Imam Bukhari).

Hal ini di implementasikan antara lain dengan testing masif yang cepat dengan hasil akurat pada setiap orang yang berada di area wabah. Sebab mereka semua berpotensi terinfeksi dan berisiko sebagai penular. Selanjutnya yang positif terinfeksi harus segera diisolasi dan diobati hingga benar-benar sembuh. Deteksi dan tracing contact dilakukan untuk keberhasilan testing masif.

Ketiga, pengobatan segera hingga sembuh bagi setiap orang yang terinfeksi meski tanpa gejala. Hal ini karena setiap penyakit dapat disembuhkan sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obat dan diadakannya bagi tiap-tiap penyakit obatnya maka berobatlah kamu, tetapi janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Imam Bukhari). 

Di samping itu kesehatan adalah kebutuhan pokok publik yang dijamin negara sehingga masyarakat dapat mengakses fasilitas kesehatan tanpa biaya.

Keempat, melakukan penelitian.
Negara akan membiayai berbagai penelitian terkait pengobatan yang efektif dan efisien baik itu berupa vaksin, obat-obatan atau sejumlah upaya mitigasi untuk menangani pandemi. Semua ini akan ditanggung negara. Karenanya, pelaksanaan keempat ini akan menutup rapat penyebaran virus. 

Namun pelaksanaan semua ini hanya akan terwujud dalam sistem kehidupan Islam. Karena didukung oleh sepenuhnya oleh sistem kesehatan Islam yakni khilafah islamiyah.

Rasul SAW Bersabda: "Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman. Semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya) dan ini hanya ada pada seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur. Itu adalah kebaikan bagi dirinya. Jika dia ditimpa kesusahan, dia bersabar. Itu adalah kebaikan bagi dirinya.” (HR Muslim).

Wallahu a'lam bisshawab


Oleh: Nahmawati, S.IP.
(Pemerhati Kebijakan Publik)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar