Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Transformasi Teknologi Robot AI Menggusur PNS, Tingkatkan Efektivitas Birokrasi?


Topswara.com -- Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi kehidupan menuju perubahan. Secara fundamental dapat mengubah cara kita hidup, bekerja, ketepatan, kecepatan, efesiensi dan kualitas produksi sebagai pembeda dari era sebelumnya. Saat ini yang paling fenomenal adalah munculnya terobosan-terobosan teknologi seperti robotik yang berkaitan dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelegence).

Seperti mimpi Presiden Joko Widodo ingin memajukan negeri dengan mempercepat pelayanan birokrasi. Ungkapan ini disampaikan oleh Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Hukum dan Kerja Sama Badan Kepegawaian Negara (BKN) Satya Pratama. Maka pemerintah akan lebih banyak menggunakan teknologi digital dalam memberikan pelayanan kepada publik. Atas dasar itu jumlah PNS akan dikurangi secara bertahap dan digantikan dengan robot (detikfinance.com, 28/11/2021).

Disisi lain Mantan Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti mengomentari wacana ini. Berdasarkan data Per Agustus 2021, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak 9,1 juta orang. Penyebabnya karena jumlah PNS akan dikurangi sehingga formasi yang dibutuhkan semakin menyusut. Tidak menutup kemungkinan permasalahan negeri ini makin bertambah pula (Indozone.id, 28/11/2021).

Fakta tersebut menunjukkan bahwa pencapaian fisik dan kemajuan teknologi belum tentu dapat memajukan negeri. Justru kebijakan yang bersandarkan pada tren dan modernisasi ini malah memperparah keadaan dan menimbulkan masalah baru. 

Selain itu menimbulkan keresahan dan menyebabkan rakyat terguncang karena sulitnya memperoleh pekerjaan. Diperkirakan kriminalitas dan kejahatan semakin bermunculan demi memenuhi kebutuhan perut. Akibatnya kesejahteraan rakyat jauh dari harapan.

Jika ditinjau dari sistem kapitalisme bahwa salah satu pendorong dalam meningkatkan daya saing adalah bagaimana peran inovasi IPTEK untuk menggerakan efektifitas perekonomian. Pemerintahan dijalankan dengan orientasi materi atau keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi. 

Artinya penggunaan teknologi robot AI tidak hanya efektivitas birokrasi yang dicapai melainkan juga penghematan anggaran. Dengan begitu banyaknya jabatan yang digantikan teknologi. Berarti negara tidak perlu mengeluarkan gaji bagi PNS. 

Meskipun teknologi saat ini membuat pekerjaan manusia lebih mudah. Namun di sisi lain menghilangkan sebagian pekerjaan yang telah ada. Karena pada dasarnya robot dirancang bukan untuk menggantikan peran manusia ataupun menyaingi kecerdasannya. Mengganti tenaga manusia dengan robot memang terlihat modern, karena mengikuti tren global. Namun dampaknya sangat merugikan masyarakat. Terutama golongan menengah ke bawah.

Kemajuan negara seharusnya mengukur ketercapaian tujuan negara dalam menyejahterakan rakyat bukan malah menambah masalah baru. Yaitu angka pengangguran meningkat. Padahal kesejahteraan jauh lebih dibutuhkan dibandingkan dengan kemajuan yang merugikan. Inilah tanggung jawab negara untuk merealisasikannya.

Bandingkan dengan Islam yang mengatur negara dalam memajukan bangsa. Terbukti memberikan kesejahteraan, ketenangan dan stabilitas dalam segala bidang. Bukti nyata ini telah tertulis di era keemasan peradaban Islam. Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting untuk membangun peradaban yang kuat dan tangguh. Sebagaimana halnya dahulu para khalifah mendorong kaum Muslim untuk menciptakan teknologi dan membuat karya ilmiah guna mengembangkan dan memanfaatkan SDA yang ada. 

Jadi, Islam tidak pernah melarang kemajuan IPTEK. Tetapi justru Islam selalu terdepan sejak 13 abad yang lalu. Seperti Al-Khawarizmi ahli matematika, Ibnu Firnas konseptor pesawat terbang, Jabir bin Haiyan bapak kimia, dan Al-Jazari yang dijuluki "Bapak Robot" karena menciptakan mesin robot. Insinyur Muslim Al-Jazari menciptakan mesin robot berbentuk perahu yang terapung di danau. Pada intinya mereka para ilmuan Muslim mengerahkan segenap upaya dan berkarya untuk umat.

Ini menandakan bahwa masa khilafah, IPTEK akan membawa kemaslahatan bagi kehidupan seluruh umat manusia. Khilafah akan melahirkan peradaban baru yang membebaskan dunia dari keserakahan kaum kapitalis. Islam mempunyai rambu-rambu agar penggunaan teknologi tetap berbasis keimanan. Islam pun terus tampil sebagai ideologi dalam mengelolanya dengan baik dan benar.

Perkembangan IPTEK yang pesat memang harus selalu beriringan dengan mempelajari ilmu agama. Keduanya harus berjalan bersama. Sehingga manusia yang menciptakan dan menggunakan teknologi bisa tetap menjadi manusia yang taat kepada Allah. Tentunya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dan juga bertakwa.

Sebagaimana Allah berfirman: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (TQS. Al-Mujadalah [58]: 11).

Dalam artian jika teknologi robot AI tidak menyerupai makhluk bernyawa ciptaan Allah maka diperbolehkan. Selama hanya dipergunakan sebatas membantu menghasilkan produk yang lebih baik. Namun jika produk hasil IPTEK merupakan karya yang menyerupai manusia atau hewan. Maka menggunakannya termasuk kemaksiatan dan hukumnya haram.

Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat patung-patung” (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu sudah saatnya kembali menerapkan Islam kaffah dalam sendi kehidupan. Tak terkecuali dalam konsep ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai alat untuk mengerem kerusakan yang akan ditimbulkan. Sekaligus terwujudnya kebangkitan umat. Sehingga kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dimanfaatkan sesuai syariat dan berjalan selaras demi kemaslahatan umat.

Wallahu a'lam bishawab

Oleh: Yeni Purnamasari, S.T.
(Muslimah Peduli Generasi)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar