Topswara.com -- Jurnalis Joko Prasetyo menegaskan bahwa setiap Muslim wajib memiliki jiwa kepemimpinan.
“Setiap Muslim memang wajib memiliki jiwa kepemimpinan. Apa pun statusnya, profesinya, jiwa kepemimpinan itu tetap harus dimiliki. Jangan lupa, itu semua akan berakibat masuk surga atau nerakanya kelak di akhirat,” ujar Om Joy sapaan akrabnya kepada Topswara.com, Jumat (10/12/2021).
Ia mengutip sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang budak juga pemimpin atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya” (HR Imam Bukhari).
Mengembangkan Jiwa Pemimpin
Jika melihat seseorang mampu untuk menjadi seorang pemimpin namun dia merasa dirinya belum mampu maka, mengingatkan pada orang tersebut, suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, begitu dirinya sudah aqil baligh maka dirinya itu sudah menjadi pemimpin. Paling tidak menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri
“Artinya, dia harus memimpin keinginannya dan kebutuhannya sesuai dengan aturan Islam saja, enggak boleh aturan lain. Bila dirinya ingin mendapatkan ridha Allah SWT di dunia dan di akhirat masuk surga” imbuhnya.
Ia menegaskan hal itu bisa tercapai, orang tersebut harus belajar hukum Islam terkait segala perbuatan yang akan diperbuatnya sebelum dirinya melakukan perbuatan tersebut serta mempraktikkan hukum Islam tersebut dalam perbuatan ketika akan berbuat. Kemudian istiqamah dalam menjalankan sampai urusan selesai atau dirinya meninggal dunia.
“Tentu saja dia mau melakukan itu semua bila dia benar-benar paham bahwa hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Dengan kata lain, dalam memenuhi kebutuhan fisiknya dan keinginan nalurinya itu harus sesuai dengan hukum-hukum Islam. Karena dia itu asalnya tidak ada, ada di dunia ini karena diciptakan Allah SWT. Setelah kiamat, ada yang masuk surga dan ada pula yang masuk neraka. Itu semua tergantung amalnya di dunia apakah sesuai tidak dengan hukum Islam,” tegasnya.
Ia menambahkan, agar menyadari bahwa dirinya adalah seorang pemimpin maka harus ditanamkan akidah yang benar dan hukum yang benar yakni Islam. Sehingga dengan penuh kesadaran dia siap menjadi pemimpin alias mengurusi segala urusannya dengan aturan Islam saja.
“Sudah tidak kepikiran lagi mampu atau tidak mampu, karena tidak ada gunanya merasa tidak mampu kalau sudah aqil baligh itu. Tetap saja auto menjadi pemimpin dan auto dihisab Allah SWT kecuali orang tidur (termasuk orang pingsan) dan orang gila,” tambahnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Diangkatkan pena (tidak dibebani hukum) atas tiga (kelompok manusia), yaitu anak-anak hingga baligh, orang tidur hingga bangun, dan orang gila hingga sembuh" (HR Imam Ahmad, Imam Abu Dawud, dan Imam at-Tirmidzi).[]Wiji Lestari
0 Komentar