Topswara.com -- "Serius Za, rapatnya sudah siap?? Ya sudahlah, kakak balik kanan saja!" kataku kepada teman kerjaku Velza yang berada di ujung telepon.
Badanku terasa lemas, seketika itu juga telepon aku tutup. "Heran, tidak seperti biasanya, rapat di sekolah secepat ini dan sudah usai," ketusku. Hati kecilku mulai berkecamuk, terasa hari Rabuku jadi kelabu.
"Pak, rapatnya ternyata sudah siap. Saya turun disini saja." Kataku kepada sopir yang sedang fokus melaju di jalan Kayutanam-Padang sekitar 2 km dari Air Terjun Lembah Anai yang berada tepat di pinggir jalan raya.
Harusnya hari ini, aku dirumah saja. Setumpuk pekerjaan yang sudah lama tertunda, rasa menyesak pikiran. Agenda untuk perhalaqahan sudah tersusun rapi, diantara padatnya kesibukan perkerjaan dinas dan rumah tangga.
Sehingga dipertengahan Ramadhan aktivitas ibadah yang aku lakukan belum sesuai target. Waktu berjalan begitu cepat. Bagai anak panah yang lepas dari busurnya, sedangkan batas usia tidak seorang pun yang tau.
"Huff.” Aku pun menarik nafas panjang. Sedih rasanya waktu yang sedikit ini terbuang, sesalku lagi.
Lalu aku pun menyeberang dan berdiri di pojok sebuah kedai yang masih belum terbuka. Berlindung dari pancaran panas matahari yang mulai menyengat ke kulit. Sambil menunggu bus untuk kembali pulang. "Ah…, sepertinya aku nggak dianggap berdiri disini," celetukku kesal.
Sudah beberapa bus yang lewat tidak ada yang mau berhenti, padahal aku sudah melambaikan tangan. Aku pun menyerah. Lalu, ku lihat satu lagi android yang tersimpan dikantong tas. Sengaja tidak aku buka setelah di cas semalam sebagai persediaan nge-zoom siang nanti.
"Ya, Allah ..." Bisikku dalam hati. Sebuah pesan masuk di WhatsApp kubaca, ternyata pesan tersebut dari wakil kepala sekolah yang mengingatkan rapat hari ini jadwalnya dimajukan. Biasanya jadwal rapat selalu menjelang siang. Hari juga masih menunjukkan pukul 09.35 WIB.
Lalu, iseng-iseng sambil menunggu bus datang, kuhitung sudah berapa lama waktu yang kuhabiskan untuk menempuh perjalanan yang cukup jauh menuju tempatku mengajar. Sambil menerawang dan menggerakkan jemari, rasa tidak mampu ku menghitungnya. Ku buka kalkulator yang terdapat di android dan mulai menghitungnya.
“Untuk berangkat aku butuh waktu 1,5 jam, lalu pulang 2 jam. Jadi sehari habis waktu diperjalanan 3,5 jam. Dikalikan seminggu 21 jam, sebulan 84 jam, setahun 1.008 jam, tambah sisa masa dinas kira-kira 20 tahun lagi jadi 20.160 jam. Jadi kalau dihitung lagi jadi 840 hari atau 2 tahun lebih, astagfirullah.”
Perih rasanya, hidup bagai buah simalakama. Ingin rasanya melepaskan diri dari tugas ASN, tapi disisi lain aku sangat mencintai profesiku sebagai guru. Ini sungguh berat. Terasa dadaku menyesak sampai ke ulu hati. Ku tarik nafas panjang, perlahan kulepaskan lagi. Aku berusaha bersemangat sambil berdoa dalam hati.
"Ya Allah..ya Rabb… Mudahkan semua urusan hamba, lancarkan dan berikan keberkahan. Jadikan lelah ini menjadi penambah amalku nanti. Aamiin ”
Selang beberapa menit lalu sebuah bus berhenti, sesuai dengan keinginanku. Pastinya nyaman, bersih dan posisi tempat duduknya didekat jendela sebagai tempat favoritku.
Tidak seperti biasa kalau sudah naik bus, mataku bawaannya ingin tidur. Sebab rute jalan ke tempatku berkerja udaranya sangat sejuk. Pagi hari terasa dingin sampai ke tulang. Kadang embun begitu tebal terlihat seperti kabut yang enggan beranjak menyelimuti puncak gunung Merapi dan Singgalang.
Kemudian, ketika melewati jalan di Silaing sampai Anai Iland, setiap mata yang lewat disana dimanjakan dengan pemandangan hijau pepohonan di perbukitan yang memiliki kemiringan lebih dari 45 derejat serta keindahan air terjun yang sampai ke badan jalan.
Ini adalah nikmat Allah yang tiap hari ku rasakan tanpa bosan, serta nikmat sehat yang tiada duanya. Kadang ada yang suka bertanya, "kenapa kerjanya jauh? Ko gak pindah dekat rumah saja?" Lalu ku jawab, "kita itu beda nasip, beda penderitaan. Hidup sekali-kali dinikmati, karena masing-masing ada kekurangan dan kelebihannya," balasku.
Kadang, kalau aku sudah dijawab begitu, tidak ada lagi yang berani berkomentar.
Lalu tiba-tiba, aku pun teringat tugas feature ku yang deadline nanti malam.
Rencananya aku mau melanjutkan tulisan semalam. Tapi, mood ku berubah. Aku malah membuat tentang kisah perjalanan ku pagi ini. tak terasa ternyata aku sudah sampai di terminal bus Aur Kuning.
Tinggal nanti tugasnya sore aku kirimkan ke admin group WhatsApp Kelas Feature dan menunggu krisan dari para master.
"Moga saja tulisan feature perdanaku lolos. Takutnya nanti, dianggap malah cerpen atau diary anak sekolahan," bisik ku di dalam hati sambil senyum-senyum.
Oleh: Saptaningtyas
(Analis Mutiara Umat)
0 Komentar