Topswara.com -- Nasi, dalam bahasa Arab disebut dengan kata ruzzun (ّرز), dan dalam bahasa Inggris disebut dengan kata rice.
Nasi sendiri merupakan makanan pokok khas masyarakat Nusantara khususnya masyarakat Jawa dan Melayu, serta masyarakat Asia Tenggara dan sebagian masyarakat Asia, dan lain-lain.
Nasi asalnya dari beras yang dimasak di dapur, dan beras asalnya dari padi yang ditanam oleh petani di sawah.
Dan padi asalnya diciptakan oleh Allah SWT Tuhan kita Sang Maha Pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan.
Jenis nasi ada banyak ragam varietasnya, berdasarkan jenis beras atau padi yang ditanam oleh petani di sawah tersebut.
Secara garis besar dari segi bentuk dan rasa, ada 3 jenis nasi berdasarkan jenis beras dan padinya tersebut. Serta dipengaruhi pula oleh cara memasaknya.
Yaitu: nasi yang keras, nasi yang lembek, dan nasi yang pulen (empuk/lunak).
Bila diminta memilih, tentu kita semua akan lebih memilih nasi yang pulen, daripada nasi yang keras dan lembek tersebut. Kenapa demikian ?!
Karena, nasi yang pulen itu lebih istimewa, lembut dan sangat enak rasanya, serta lebih nyaman di lidah atau dimakan, dikunyah dan ditelan. Juga tentunya pun nyaman di lambung dan di sistem pencernaan kita.
Nasi pulen sendiri berasal dari beras yang mengandung kadar amilosa 20-25 persen. Nasinya tidak keras, agak lengket, terasa berair dan tetap lunak setelah dingin. Kualitas mutunya terjamin dan istimewa. Serta sangat disukai atau digandrungi oleh banyak orang.
Sedangkan, nasi yang keras dan lembek itu kurang istimewa dan rasanya biasa saja, dan juga kurang nyaman di lidah atau dimakan, dikunyah dan ditelan. Juga kurang nyaman di lambung dan juga di sistem pencernaan kita. Serta kurang disukai oleh banyak orang.
Nah, hati (qalbun [قلب]) manusia itu pun seperti halnya nasi tersebut. Ada 3 jenis hati, yaitu: hati yang keras, hati yang lembek, dan hati yang pulen.
Hati yang keras itu susah sekali menerima kebenaran, nasihat dan ilmu. Kalau dinasihati keras kepalanya minta ampun, dan seringkali mantul alias menolak keras dan tidak masuk ke hati.
Serta kalau pun masuk hanya numpang lewat saja, masuk telinga kanan namun langsung keluar dari telinga kiri. Dan juga seringkali mengajak ribut dan mengajak berantem saja.
Sedangkan, hati yang lembek itu mudah cengeng, mudah galau, frustasi, depresi dan mudah putus asa dari rahmat Allah, ketika diuji cobaan hidup, dan sering pula su'udzhan (buruk sangka) kepada Allah.
Hati yang keras seperti nasi yang keras dan hati yang lembek seperti nasi yang lembek, itu banyak tidak disukai oleh orang, atau seringkali dibenci oleh banyak orang.
Sebaliknya, hati yang pulen itu gampang menerima kebenaran, nasihat dan ilmu dari siapa pun. Dan sangat lembut serta tunduk bila disebut nama Allah, Rasul-Nya serta Syariah-Nya.
Serta kuat dan tegar serta kokoh, dan senantiasa tidak berputus asa dari rahmat Allah, ketika diuji cobaan hidup. Dan selalu husnudzhan (baik sangka) kepada Allah SWT.
Hati yang pulen seperti nasi yang pulen itu, tentunya sangat banyak disukai oleh orang atau dicintai oleh banyak orang.
Namun, Allah-lah yang Maha Membolak-balikkan hati manusia. Karena Allah Yang Maha Kuasa, dan Maha Pemberi Hidayah serta Taufiq dan Inayah.
Kita hanya berikhtiyar, dan juga menjalani ketaatan dalam menjalankan kewajiban dari Allah, dan semua hukum-hukum Allah atau Syariah-Nya serta hukum sebab-akibat-Nya.
Dan tentunya pula, tidak lupa kita senantiasa bersandar dan bertawakkal kepada Allah saja, sekaligus juga kita tetap harus selalu senantiasa berdoa kepada-Nya saja:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي الْأَمْرِ، وَأَسْأَلُكَ عَزِيمَةَ الرُّشْدِ
“Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu keteguhan hati di dalam urusan (agama) ini dan kemauan yang kuat dalam mengikuti kebenaran.” (HR. Imam Thabrani).
اللَّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
"Ya Allah, Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku atas agama-Mu." (HR. Ahmad).
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
“Ya Tuhan kami, janganlah engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk kepada kami.” (HR. Tirmidzi).
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami menyimpang kepada kesesatan, setelah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, karena sesungguhnya Engkau Maha Pemberi (Karunia)." (QS. Ali Imran: 08)
آمين يا رب العالمين...!!!
Wallahu a'lam bish shawab. []
Oleh: Zakariya al-Bantany
Pendakwah
0 Komentar