Topswara.com -- Baru-baru ini kembali kita dikejutkan dengan video viralnya komedian Mc Dhanny atau Danny Jaya wardhana ketika sedang manggung. Dia mengatakan, "Sorry-sorry, baru minum bir, minum bir di Roots mah halal, lebih halal dari sabu dan thank you banget untuk cewek yang berkerudung di sini tapi lu asyik banget, kita ketemu di neraka," demikian kata Mc Dhanny.
Tak sampai di situ, masih di atas panggung ia menghina seorang ulama tersohor dengan menyebut "F*** Habib Rizi3q Shihab," sambil tertawa lepas dan terus berjoget. (CNNIndonesia, 17/10/2021).
Astaghfirullahal'adzim, sungguh prihatin dan sangat menyesakkan dada. Tidak hanya Mc Dhanny saja, ada yang lain juga seperti Coki Pardede, Uus, Tretan Muslim dll. Ketika manggung, mereka menjadikan agama sebagai bahan candaan dan tertawaan. Juga para politikus, pejabat, kalangan intelektual seperti Sukmawati, Ahok, Abu Janda, Ade Armando dll. Walaupun mereka menghina agama, mereka lolos dari jerat hukum.
Belakangan McDanny meminta maaf kepada kaum Muslim dan kepada HRS, setelah ada protes dari kaum Muslim.
Kenapa Penghinaan Terhadap Ulama dan Ajaran Islam Terus Terjadi?
Penghinaan terhadap Islam, ulama dan kaum Muslim terjadi karena mereka berpedoman pada sekularisme liberalis. Masyarakat sekuler tidak menjadikan agama sebagai pedoman hidup.
Liberalisme yang menjunjung tinggi kebebasan, dengan mengatasnamakan seni, telah mendorong mereka untuk mengekspresikan diri berbicara dan berperilaku bebas. Mengolok-olok agama misalnya menjadi hal biasa, setelah ada yang protes pelakunya baru sadar dan minta maaf. Sayangnya kaum Muslim belum semuanya sadar bahwa paham kebebasan yang dianut barat itu berbahaya. Justru malah penghina agama semakin tumbuh subur di negara yang mayoritas penduduknya Muslim.
Hal ini dikarenakan proses hukum yang tidak menjerakan. Bahkan banyak yang lolos dari jerat hukum. Sebagai kaum Muslim sudah seharusnya tidak boleh tinggal diam ketika agama dilecehkan.
Para ulama berpendapat bahwa menghina agama adalah kekufuran yang membawa kepada kekafiran. Pendapat ini merujuk kepada Al-Qur'an surat at-Taubah ayat 65-66 yang artinya: "Jika kamu tanyakan kepada mereka niscaya mereka menjawab 'sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja. Katakanlah 'mengapa kepada Allah dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak perlu kalian mencari-cari alasan karena kalian telah kafir setelah beriman."
Islam melarang dengan tegas mengolok-olok agama dalam kondisi serius maupun bercanda. Hukuman bagi mereka adalah dibunuh. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Hukuman bagi penghina Allah Ta'ala jika ia Muslim maka wajib dibunuh menurut ijma' sahabat, karena perbuatannya menjadikannya lebih buruk dari orang kafir asli." (Ibnu Taimiyah. Sharimu Al Maslul 226).
Ketika hukuman mati diberlakukan bagi para pencela agama Islam, maka tidak akan ada lagi yang berani melakukan hal yang serupa. Namun sayang hal itu tidak mungkin terwujud di sistem yang mengadopsi paham sekularisme liberalis seperti saat ini. Mereka berlindung di balik jargon hak asasi manusia dan hukum positif yang tidak mampu menyelesaikan permasalahan penistaan agama.
Hal ini berbeda dengam sistem Islam (khilafah) yang mampu menyelesaikan segala permasalahan hidup termasuk terhadap penista agama. Dengan penerapan hukum yang berat dan tegas serta tidak tebang pilih terhadap pelaku kejahatan, maka Islam mampu memberi efek jera dan mencegah orang lain untuk melakukan kejahatan serupa. Hal ini sudah terbukti selama berabad-abad lamanya dalam sejarah kekhilafahan Islam.
Masihkah berharap pada sistem sekuler yang telah terbukti gagal memberi kenyamanan dan keadilan bagi rakyat?
Wallahu a'lam bishawab
Oleh: Sri Mulyati
(Sahabat Topswara)
0 Komentar