Topswara.com -- Pada saat seseorang melakukan perbuatan tanpa petunjuk, maka, mereka melakukannya tanpa standar yang jelas dalam kehidupan ini. sehingga mereka mengira bahwa perbuatan yang buruk mereka anggap baik dan begitu sebaliknya. Sebagaimana memahami arti dari sebuah label syariah tanpa mengetahui aktivitas yang dilakukan di dalamnya.
Pada Peringatan Hari Santri Nasional dan Peluncuran Logo Baru Masyarakat Ekonomi Syariah yang digelar di Istana Negara oleh Presiden Jokowi. Mengharapkan Indonesia menjadi pusat gravitasi ekonomi syariah dunia.
Dari data The State Of Global Islamic Economy Indicator Report didapatkan bahwa pertumbuhan ekonomi syariah RI mengalami perkembangan yang cukup baik dari tahun-ketahun. Indonesia berada diperingkat sepuluh pada tahun 2018 dan peringkat kelima pada tahun 2019. Pencapaian tersebut mengalami kenaikan diperingkat keempat pada tahun 2020. (kompas.com, 22/10/2021)
Dikatakan oleh Jokowi bahwa perkembangan Ekonomi Syariah merupakan peran penting dari Masyarakat Ekonomi Syariah. Ia juga menginginkan adanya wirausahawan baru yang banyak berasal dari kalangan santri dan lulusan pondok bukan sebagai pencari kerja, akan tetapi menciptakan kerja bagi banyak orang.
Maka, ia mengatakan adanya pendidikan di pesantren, madrasah dan perguruan tinggi Islam sangat strategis untuk mencetak lulusan yang inovatif dan mampu bersaing di pasar kerja. Namun pada hakikatnya, pembiayaan yang besar mengharuskan pemerintah siap mendukung dengan memberikan bantuan dari berbagai program, di antaranya program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar), Kredit Usaha Rakyat (KUR) sampai Bank Wakaf Mikro.
Dari sini pemerintah menginginkan Indonesia ini menjadi pusat ekonomi syariah dengan melihat banyaknya kaum muslim sebagai potensi untuk menjalankan roda perekonomian secara syariah. Mereka hanya melihat syariah sebagai keuntungan belaka tanpa mengetahui bagaimana seharusnya ketika syariah itu dijalankan. Syariah diambil hanya dalam kondisi ketika mendapatkan keuntungan, tetapi ketika tidak ada keuntungan di dalamnya maka syariah ditinggalkan.
Inilah wajah sistem kapitalisme yang lahir dari asas manfaat menjadi standar ideologinya dan cara pandangnya hanya untuk mencari keuntungan. Ketika keinginan pada sisi ekonomi menjadikannya syariah, akan tetapi disisi lain yang berhubungan dengan politik, hukum, sosial dan lainnya tidak menginginkan syariah diterapkan.
Islam bukanlah agama yang bisa dipilih-pilih aturannya, ketika suka akan dipakai tetapi ketika tidak suka maka akan dicampakkan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an: “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya, ia musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al-Baqarah [2]: 208)
Dengan banyaknya jumlah penduduk muslim di negara ini, besar kemungkinan syariah Islam bisa diterapkan termasuk ekonomi Islam dengan adanya dorongan keimanan. Dengan begitu negara ini akan menjadi kiblat dunia.
Dari sini jelas bahwa syariah harus diterapkan secara sempurna pada seluruh aspek dan dijalankan dengan mengikuti apa yang dicontohkan Rasulullah Saw. atas perintah Allah Swt. dan ini tidak akan bisa terterapkan di bumi tanpa adanya kekuasaan (khilafah) yang akan menjaganya.
Wallahualam bissawab.
Oleh: Umi Jamilah
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar