Topswara.com -- Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah terus berupaya mengintensifkan sejumlah program strategis guna mendukung target percepatan penanganan kemiskinan di wilayah setempat.
"Kami mengajak seluruh organisasi perangkat daerah untuk bersama-sama mengintensifkan program penanganan kemiskinan," kata Plh Bupati Banjarnegara Syamsudin. (Republika.co, 11/10/2021)
Di negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi ternyata masih banyak masyarakat miskin, khususnya di Banjarnegara. Kemiskinan ektrim yang terjadi di kota Banjarnegara ini merupakan potret yang sudah biasa terjadi di negara yang mengusung kapitalisme. Program bantuan baik biaya sekolah program sembako dan BLT nyatanya tidak berhasil. Masih banyak warga miskin yg belum terjamah dari program tersebut.
Perbaikan data bagi rumah tangga miskin yang gagas pemerintah diharapkan bisa menjadi solusi agar semua warga bisa mendapatkan bantuan. Baik berupa program sembako BLT desa, maupun dana pendidikan.
Namun, fakta di lapangan menunjukan bantuan yang diterima tidak tepat sasaran. Di era kapitalisme seperti sekarang ini rakyat semakin miskin sulit untuk mencukupi kebutuhan hidup, ditambah lagi dengan masa PPKM yang belum menentu kapan berakhirnya. Ibarat pepatah sudah jatuh tertimpa tangga bagi mereka yang memiliki anak yang bersekolah dengan biaya yang tinggi maka akan terasa bertambahnya beban mereka. Karena pemasukan minim sementara pengeluaran bertambah.
Kebutuhan yang kian membengkak menjadikan masyarakat kalap dalam menyelesaikan persoalan pangan. Sehingga memunculkan persoalan lainya yaitu pencurian dan kekerasan yang lainnya. Alasannya sederhana demi sesuap nasi, masyarakat miskin menggadaikan keimanan demi terpenuhinya kebutuhan untuk keluarganya. Inilah potret kapitalisme yang sejatinya adalah sistem yang rusak. Solusi yang diberikan oleh pemerintah nyatanya terbukti gagal dalam mengentaskan kemiskinan. Karena solusi yang diberikan hanya tambal sulam, tidak menyentuh ke akar masalah.
Islam, Mengentaskan Kemiskinan
Sejatinya kebutuhan manusia dimanapun berada baik Muslim maupun nonmuslim, pria maupun wanita sama. Meliputi kebutuhan akan sandang, pangan dan papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Oleh karena itu, kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan dasar tiap warga negara yang wajib dijamin oleh negara. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi indikator sejahtera atau tidaknya rakyat suatu negara.
Untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar ini Islam mempunyai mekanisme dan sistem yang diimplementasikan baik oleh individu, masyarakat maupun negara secara konsisten. Sehingga kemakmuran benar-benar dapat terwujud. Seluruh kebutuhan dasar setiap rakyat negara khilafah dijamin oleh Islam. Setiap orang dipastikan dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya.
Negara menetapkan mekanisme ekonomi maupun nonekonomi. Mekanisme ekonomi yang pertama, negara mewajibkan laki-laki baligh, berakal dan mampu untuk bekerja sehingga mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar untuk dirinya sendiri, dan juga untuk orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Akan tetapi jika sudah bekerja belum juga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya maka harus tetap berusaha dengan melipat gandakan usahanya hingga kebutuhan dasarnya terpenuhi. Bukan malah berputus asa dan menyerah berdiam diri.
Kedua, negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan kepada rakyatnya. Jika ia termasuk orang yang wajib bekerja dan mampu, bisa dengan memberi sebidang tanah pertanian untuk bertani bagi yang tidak mempunyai tanah. Negara bisa memberi modal pertanian bagi yang mempunyai tanah tetapi tidak mempunyai modal, atau bisa juga dengan memberi modal usaha bagi yang mempunyai kemampuan tetapi tidak mempunyai modal. Negara juga memberi pelatihan dan pembinaan sehingga bisa mengelola hartanya dengan benar sehingga mampu memenuhi kebutuhan dasarnya dan sekundernya dengan baik dan benar.
Ketiga, jika kebijakan 1dan 2 tidak berjalan maka negara bisa menempuh mekanisme nonekonomi. Khususnya bagi anak-anak terlantar dan orang cacat, orangtua renta dan perempuan yang tidak mempunyai keluarga. Maka negara akan mendorong orang-orang kaya yang dekat dengan mereka untuk membantu mereka melalui sedekah, zakat dan infak. Jika tidak ada maka negara akan memberi jaminan hidup secara rutin tiap bulan sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan dasar dan sekundernya.
Keempat, bagi tiap laki-laki baligh, berakal dan mampu bekerja tetapi tidak bekerja atau bekerja dengan malas-malasan, negara akan memberi sanksi ta'zir. Begitu juga bagi setiap orang yang berkewajiban menanggung keluarganya tetapi tidak melakukan tanggung jawabnya dengan baik dan benar maka negara akan menjatuhkan sanksi. Begitu juga ketika ada orang kaya yang berkewajiban untuk membantu tetangganya tetapi ia abai akan tanggung jawab tersebut, maka negara bisa memberi peringatan kepada mereka. Dan ketika negara lalai mengurus rakyatnya maka rakyat wajib untuk melakukan muhasabah terhadap penguasa.
Mekanisme ekonomi dan nonekonomi saja tentu belum cukup untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu Islam menetapkan sistem dan kebijakan ekonomi yang bisa memastikan terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan tersebut.
Sistem ekonomi ini tercermin pada tiga aspek, yaitu:
Pertama, kepemikikan, kepemilikan terdiri dari tiga macam, yaitu kepemilikan individu, umum dan negara. Masing-masing kepemilikan tersebut telah diatur dan ditetapkan oleh syariah.
Kedua, pemanfaatan kepemilikan baik dengan cara membelanjakan maupun mengembangkannya harus mengikuti hak yang melekat pada kepemilikan tersebut.
Ketiga, distribusi kekayaan di tengah-tengah masyarakat.
Distribusi kekayaan merupakan kunci dari masalah ekonomi. Jika distribusi mandeg maka menimbulkan masalah ekonomi, namun jika distribusi lancar hingga sampai ke individu-individu rakyat maka masalah ekonomi teratasi.
Tidak hanya itu saja, Islam juga melarang dengan tegas menimbun harta kekayaan berupa emas, perak dan mata uang. Tujuannya agar harta tersebut bisa berputar di tengah masyarakat dan bisa menggerakkan roda perekonomian.
Demikianlah cara khilafah mensejahterakan rakyatnya dengan lmekanisme ekonomi dan nonekonomi.
Wallahu a'lam bishawwab
Oleh: Ummu Alkeysh
(Sahabat Topswara)
0 Komentar