Topswara.com -- Sam Swift (15), mualaf remaja asal Amerika berpesan kepada para pemuda Islam agar jangan sekadar mengikuti arus kehidupan. Tetapi harus menjadi seorang pemuda Muslim yang sadar secara pribadi, mandiri, dan tidak sekadar jadi Muslim yang ikut-ikutan.
“Pesan saya untuk para pemuda Islam adalah jangan hanya sekadar mengikuti arus kehidupan. Dalami dan pelajari Islam sebagai bagian dalam hidup kalian. Jangan sekadar mengatakan Muslim hanya karena orang tua kalian. Pemuda Islam harus menjadi Muslim yang mandiri dan sadar secara pribadi dan bukan hanya sekadar ikut-ikutan,” pesannya dalam wawancara singkat yang dilakukan bersama Dr. Sabeel Ahmad bertajuk Remaja Amerika Berumur 15 Tahun Mantap Jadi Muallaf di kanal YouTube Ape Astronaut, Sabtu (13/11/2021).
Sam juga mengingatkan bagi pemuda Islam yang telah diberkahi dan dilahirkan sebagai Muslim, agar jangan menyia-nyiakan hal itu. Hal tersebut menurutnya adalah modal untuk sukses menjadi seorang Muslim karena mendapat dukungan dari orang tua yang Muslim juga. Serta harus senantiasa mendalami dan terus membaca tentang Islam.
“Bagi sebagian yang telah terlahir dan diberkahi sebagai Muslim, kalian punya hal luar biasa yang dibutuhkan untuk sukses. Karena orang tua kalian akan mendukung kalian sejak lahir sebagai Muslim. Jadi, jangan sia-siakan hal itu. Harus mendalami dan membaca tentang Islam dan itu akan mendekatkan kita kepada Allah SWT,” lanjut dia.
Saat ditanya alasan Sam Swift memeluk Islam di usianya yang masih muda itu, Sam menceritakan secara singkat bahwa dirinya sangat mengagumi kedisiplinan ajaran Islam dan semua hal yang membuatnya memutuskan untuk menjadi seorang mualaf, termasuk cara berserah diri kepada Allah SWT.
”Saya punya teman, namanya Ali. Saat saya mengajukan pertanyaan, dia menjawab dengan sangat bagus. Dan yang saya kagumi, daya tarik atau salah satu faktor utamanya adalah kedisplinan dalam ajaran Islam. Tapi sebenarnya saya mengagumi semua aspek yang membawa saya pada Islam, seperti rasa hormat, dan tentu saja cara berserah diri kepada Allah SWT” ujarnya.
Sam mengakui, sebelum memeluk Islam, ia sangat sering mengejek temannya Ali dan agamanya. Bersikap layaknya berandalan kepada Ali walaupun ia menuturkan tidak sungguh-sungguh benci. Sam mengejek Ali dengan kata-kata semacam sebutan bom, dan karpet terbang.
Terlahir dari keluarga Kristen, namun Sam mengatakan bahwa dia sendiri tidak percaya konsep trinitas. Karena katanya, orang tuanya juga bukan penganut Kristen yang taat. Hanya semacam agnostik. Bahkan orang tuanya sendiri pun menurut pengakuannya tidaklah membenarkan berita-berita miring tentang Islam yang disampaikan oleh media.
“Orang tua saya selalu menanganggapinya dengan santai. Dan orang tua saya sangat toleran tentang hal itu. Sebenarnya mereka juga tidak taat dalam beragama. Mereka dibesarkan Kristen tetapi saya rasa mereka semacam agnostik. Jadi mereka mendukung saja dan masya allah untuk keputusan yang saya ambil itu,” ungkapnya.
Namun demikian, ia menyatakan bahwa kedua orang tuanya juga belum bersedia jika Sam hendak berniat mengajak mereka memeluk Islam. Walaupun Sam mengakui keinginannya agar kedua orang tuanya ikut menjadikan Islam sebagai bagian dari hidup mereka. Karena ia sangat berharap bisa bersama orangtuanya hingga ke surga.
Siswa yang bersekolah di Trinity High School, Amerika itu menuturkan bahwa ia awalnya belajar Islam secara daring di samping banyak bertanya kepada temannya Ali. Katanya, sudah didasari dari seringnya ia mendengar pemberitaan media yang buruk terhadap Islam sejak kelas enam sekolah dasar.
“ Saya membaca tentang Islam secara daring. Saat saya duduk di kelas enam, saat itu, dan tentu saja, masih terjadi saat ini. Media selalu menjelek-jelekkan Islam. Selalu menghubungkan Islam dengan terorisme, terorisme, terorisme,“ katanya.
Saat ditanya oleh Dr. Sabeer Ahmad sebagai pewawancara tentang pilihannya memeluk Islam apakah ada yang memaksa, Sam menjawab tidak ada yang memaksanya seorang pun. Dan ia mengatakan bahwa Islam megajarkannya banyak hal baik yang ia harapkan kelak membuat kedua orang tuanya bisa menerima Islam jika ia menunjukkan ajaran Islam yang baik.
Sebagai mantan pemeluk Kristen, Sam Swift juga tidak lupa menyampaikan pesan untuk para pemuda non-Muslim agar tidak menerima mentah-mentah bahkan tidak percaya media mainstream terkait pemberitaan tentang Islam. Jika para pemuda non-Muslim ingin mengetahui kebenaran, hendaknya mempelajari Islam.
“Kepada pemuda non-Muslim saya berpesan, jangan percaya pada media mainstream. Karena para reporter itu bukanlah cendekiawan Islam, bukan ulama. Jadi, saya sarankan kepada mereka jika benar-benar ingin menemukan kebenaran, maka pelajarilah Islam. Jangan menelan mentah-mentah apa yang dikatakan oleh media,” pungkasnya menutup wawancara. [] M. Siregar
0 Komentar