Topswara.com -- Rencana pemberian nama jalan di daerah Menteng Jakarta, dengan nama Tokoh Turki, Mustafa Kemal Ataturk, banyak mendatangkan pertentangan di tengah-tengah masyarakat dari berbagai macam kalangan.
Seperti yang kita ketahui bersama, Kemal Ataturk terkenal sebagai tokoh Sekuler yang sangat dibenci karena pemikirannya yang sangat anti Islam dan diktator. Karena pemikirannya, melalui tangan "Mustafa Kemal Ataturk" pada tahun 1342 H ( 1924 M ), sistem khilafah yang menjadi kebanggaan dan kedigdayaan umat Islam selama berabad-abad menjadi runtuh.
Mustafa Kemal adalah yang mengubah sistem pemerintahan khilafah di Turki menjadi demokrasi. Dia mendapat julukan Bapak sekulerisme. Dan sebagai tokoh anti Islam, Kemal Ataturk tidak bersahabat dengan umat Islam Indonesia, karena sikapnya yang anti khilafah. Terlebih masyarakat Muslim Indonesia saat ini, sudah tidak rendah lagi akan kesadaran soal politiknya, alias tidak buta politik lagi.
Dan masyarakat Muslim Indonesia sudah mengetahui siapa sebenarnya sosok tokoh sekuler Turki ini, yang tentunya umat Muslim Indonesia sangat mengecam sekulerisasi Mustafa Kemal Ataturk. Yaitu, agama dipisahkan dari negara, negara pun secara penuh ikut menentukan hukum-hukum agama, hukum jadi sekuler.
Mustafa Kemal Ataturk adalah "The Sick man Europe". Yaitu, dia benar-benar menggalakkan industri minuman keras karena dia adalah seorang peminum berat, terkenal dengan kediktatorannya karena membungkam oposisi, azan diganti bahasa Turki, menutup madrasah-madrasah, berpakaian Islam dilarang, budaya Islam dihabisi, ajaran Islam diacak-acak, bahkan bahasa Arab pun dilarang.
Jadi banyak hal kelakuan Mustafa Kemal Ataturk yang bertentangan dengan ketentuan yang ada dalam Al-Qur'an dan Sunnah.
Karena hal-hal semacam inilah nama jalan Mustafa Kemal Ataturk akan banyak ditentang oleh masyarakat muslim Indonesia. Karena akan sangat menyakitkan perasaan umat muslim Indonesia. Terlebih Mustafa Kemal Ataturk tidak berjasa apa-apa bagi negara Republik Indonesia, bahkan masyarakat muslim Indonesia.
Lebih berharga Sultan Muhammad Al-Fatih ketimbang Kemal Ataturk. Ditambah lagi Mustafa Kemal Ataturk memiliki sifat diktator yang tidak disukai oleh masyarakat muslim Indonesia.
Menurut berita yang dilansir CNN Indonesia, Wagub DKI Ahmad Riza Patria membeberkan alasan pemberian nama jalan Kemal Ataturk menjadi nama jalan di DKI, hal ini sebagai bentuk kerjasama Indonesia dan Turki.
"Jadi kerjasama ini insyaallah bagian dari kerjasama antara Indonesia dan Pemerintah Turki," kata Riza di Jakarta, Minggu (17/10 ).
Dan Wagub DKI Riza pun berjanji akan mengumumkan dalam waktu dekat mengenai lokasi nama jalan yang rencananya bernama Kemal Ataturk tersebut, walaupun belum bisa memastikan apakah lokasinya di Menteng, Jakarta Pusat, atau di lokasi lain di Jakarta.
"Nanti akan kami sampaikan," ucap Riza. Dan dari berita yang dilansir CNN Indonesia, menurut Riza, nama jalan tersebut diberikan karena merupakan keinginan kedua negara. Yang mana sebelumnya menteri luar negeri RI Retno Marsudi melakukan kunjungan bilateral ke Turki pada 12 Oktober 2021, yaitu dalam konferensi pers nya Retno menyatakan Pemerintah Turki telah memberikan nama Jalan Ahmet Soekarno," ucapnya.
Bahkan Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, menurut berita yang dilansir eramuslim.com, meminta usulan rencana mengubah salah satu nama jalan di Menteng agar dikaji ulang.
"Usulan tokoh sekuler Turki Kemal Pasha Ataturk untuk jadi nama jalan di Jakarta, hendaknya dikaji ulang", ujarnya lewat akun Twitter pribadinya, Sabtu ( 16/10).
Menurutnya, pemberian nama jalan dengan menggunakan nama pendiri bangsa, Soekarno di luar negeri memang baik. Hanya saja tidak lantas mewajibkan Indonesia memakai nama pendiri bangsa tersebut untuk menjadi nama jalan di tanah air.
Dan contoh yang bisa diterapkan dalam kasus ini, yaitu nama jalan Soekarno di Maroko. Yang mana hingga saat ini tidak ada jalan yang bernama Raja Maroko di Jakarta.
Hal ini artinya pemerintah harus berperilaku seperti Maroko, yaitu disana ada jalan Soekarno, tapi tanpa minta nama jalan Raja Maroko di Jakarta.
Bahkan wakil ketua MUI (Majlis Ulama Indonesia), Anwar Abbas, sebagaimana yang dilansir CNN Indonesia, sangat menolak rencana pemerintah mengganti nama salah satu jalan di Jakarta dengan tokoh sekuler sekaligus pendiri Turki modern Mustafa Kemal Ataturk.
"Jadi Mustafa Kemal Ataturk ini adalah seorang tokoh yang kalau dilihat dari fatwa MUI adalah orang yang pemikirannya sesat dan menyesatkan",kata Abbas dalam keterangan resminya, Minggu ( 17/10).
Yang mana Mustafa Kemal Ataturk ingin menjadikan Turki menjadi negara maju, tapi dengan menjauhkan rakyatnya dari ajaran agama Islam.
Bahkan MUI sendiri pernah mengeluarkan fatwa tentang pluralisme, sekulerisme dan liberalisme agama pada tahun 2015 lalu. Yang mana inti dari fatwa ini menyatakan bahwa Pluralisme, sekulerisme dan liberalisme agama adalah faham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Pertanyaannya, apakah layak Mustafa Kemal Ataturk dijadikan nama jalan di salah satu jalan di Jakarta? Sementara nama-nama pahlawan kita lebih banyak dan lebih layak daripada Mustafa Kemal Ataturk.
Ditambah lagi banyak nama-nama pahlawan bangsa yang belum semuanya diabadikan menjadi nama-nama jalan. Yang tentunya nama-nama pahlawan bangsa tersebut lebih layak daripada Mustafa Kemal.
Dan apakah hal ini sebagai bentuk kerjasama dan bentuk pertukaran penghormatan dan penghargaan atas dua negara antara Indonesia dan Turki?
Yang mana nama Soekarno dijadikan nama jalan di depan KBRI Ankara dengan nama "Ahmed Soekarno". Kalau memang hal ini sebagai bentuk penghormatan, penghargaan dan bentuk kerjasama antara kedua negara untuk menjaga hubungan baik, kenapa pemerintah harus memaksakan diri untuk menggunakan nama Kemal Ataturk sebagai nama jalan. Karena hal ini memicu spekulasi liar di publik sehingga publik bertanya-tanya motif dibalik pemberian nama jalan tersebut.
Kalau hal ini sebagai bentuk pertukaran penghormatan dan penghargaan kedua negara, kenapa tidak sebaiknya menggunakan nama jalan Fatih Sultan Mehmed II.
Yang mana Fatih Sultan Mehmed II adalah Sang Penakluk dan penguasa Utsmani ke 7 yang berkuasa pada 1444 hingga 1446 dan 1451 hingga 1481. Dan Fatih Sultan Mehmed II sangat terkenal karena berhasil menaklukkan Konstantinopel pada 29 Mei 1453.
Apa pun alasan yang diutarakan pemerintah, Mustafa Kemal Ataturk tidak pantas jadi nama jalan di negeri mayoritas Muslim Indonesia. Rencana ini harus ditolak dan pemerintah harus menggagalkan rencana ini, karena akan melukai umat Islam. Di tangan Ataturk perisai umat Islam, khilafah diruntuhkan. Oleh karena itu, tak pantas Ataturk jadi nama jalan.[]
Oleh: Yanti Muslim
Aktivis Muslimah Bogor
0 Komentar