Topswara.com -- Apapun alasannya jika nama Mustafa Kemal Attaturk yang rencananya akan menggantikan salah satu ruas jalan di DKI disematkan, tentunya seluruh kaum Muslim angkat bicara dan menentang rencana tersebut. Berbagai kecaman dan kemarahan pun menyeruak. Sejumlah tokoh pun memprotes rencana penamaan jalan Attaturk.
Salah satu tokoh yang menentang adalah Ketua DPW PKS DKI Khoirudin. Ia mengatakan pemberian jalan tersebut lebih baik dibatalkan karena sangat merugikan dan menyakiti hati kaum Muslim. Pemerintah lebih baik mengkaji ulang kembali jejak rekam sejarah Attaturk kerap merugikan kaum Muslim dan peradaban manusia.
Sebenarnya, kemarahan kaum Muslim terhadap Mustafa Kemal Attaturk belum juga reda hingga saat ini. Pasalnya dia merupakan tokoh sekuler Turki yang menumbangkan dan membubarkan kejayaan Islam pada 3 Maret 1924 yakni Kekhilafahan Ustmani di Turki dan diganti menjadi Republik Turki. Ia pun malah dipuja sebagai pendiri Republik Turki modern (Bapak Turki) sebagai bapak pembaharu Islam.
Attaturk memang dikenal sebagai tokoh sekuler pertama di Turki yang telah menghancurkan Kekhailafahan Islam. Hingga saat ini, darinya telah melahirkan pemikiran sekularisme, pluralisme dan masih banyak isme lainnya yang merusak kaum Muslim. Dengan pemikiran sesatnya, dia mengacak-acak ajaran Islam sesuai dengan yang dia inginkan yakni Islam sekuler (memisahkan agama dari kehidupan).
Dari aturan sekuler itu banyak aturan Allah yakni syariat Islam yang diabaikan hingga dilanggar. Contohnya, dia yang membuat kebijakan mengubah Masjid Hagia Sophia menjadi museum, mengganti azan berbahasa Arab dengan bahasa lokal, melarang jilbab dipakai di sekolah dan di kantor-kantor pemerintahan.
Dengan adanya penentangan dari berbagai tokoh dan masyarakat, diharapkan pemerintah mau mendengarkan aspirasi dari masyarakat agar tidak menggunakan nama Mustafa kemal Attaturk sebagai pengganti Kebon Sirih, dipicu oleh sosok Attaturk yang fenomenal dan banyak menyakiti kaum Muslim baik di tanah air maupun di Turki sendiri. Sebagian Kemalis Attaturk menganggapnya pahlawan Republik Turki, namun sebagian lagi terutama kaum Muslim menyebutnya tokoh antagonis yang penuh dengan intrik berbagai tipu daya menghalalkan segala cara menghancurkan Khilafah Islam di Turki Ustmani. Maka, usulan penamaan Jalan Attaturk di ruas jalan DKI sangat menyakiti hati, terutama kaum Muslimin.
Jika mau menggugurkan nama Attaturk sebagai nama Kebon Sirih pengganti ruas jalan di DKI, pemerintah sudah mengambil langkah arif untuk tidak menyakiti kaum Muslim. Jika pun mau masih banyak nama tokoh di Turki, yang lebih pantas disematkan untuk nama jalan dan tentunya lebih membanggakan. Misalnya, Sultan Al-Fatih, di usianya yang masih muda 21 tahun, ia mampu menaklukkan Konstantinopel 1453. Tentunya kaum Muslim tak akan marah, malah senang ketika melihat nama jalannya akan teringat dengan sosok yang sang penakluk Konstatinopel.[]
Oleh: Naning Dharmawijaya, Amd.,
(Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok)
0 Komentar