Topswara.com– Menanggapi pentingnya persiapan pernikahan bagi laki-laki, Pengasuh Bengkel Pasutri Tasqif Ustaz Iwan Januar mengatakan, pertama, laki-laki adalah pemimpin, artinya dia sebagai penguasa, pendidik.
“Harus memiliki skill leadership, tapi begitu menikah laki-laki menjadi CEO, menjadi seorang direktur, menjadi seorang mentor bagi istri dan anak-anaknya maka menjadi suami ini tidak main-main,” tuturnya dalam acara Rumahku Surgaku "Bersiap Menjadi Imam Terbaik bersama Ustaz Iwan Januar" di kanal YouTube Amazing People, Senin (27/9/2021).
Kedua, laki-laki adalah ra’in, penggembala, pemelihara, pengatur di tengah keluarganya dan bertanggung jawab atas apa yang digembalakan.
“Ketiga, para lelaki harus memiliki persiapan untuk menikah, karena kamu semua akan menjadi seorang ayah. Dan Ayah itu bukan cuma main dengan anak tetapi juga harus menjadi mentor, menjadi pendidik, coach untuk anak-anaknya, motivator,” imbuhnya.
Selanjutnya ia mengatakan, oleh karenanya harus selektif mencari calon istri. Rasulullah SAW bersabda, "Pilihlah tempat untuk menyemai benihmu, nikahilah orang-orang yang se-kufu, dan nikahkanlah kepada mereka." (HR. Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi)
“Bukan sekadar menikah tetapi pilih, bahkan di riwayat lain 'Perempuan itu dikawini atas empat perkara, yaitu: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, atau karena agamanya. Akan tetapi, pilihlah berdasarkan agamanya agar dirimu selamat.' (HR. Bukhari dan Muslim),” paparnya.
Ia menganjurkan, jangan berpikiran mencari istri yang cantik ibarat kata ‘kita bini baru dibina.’
“Jangan lupa kita menikah untuk membangun rumah tangga, membangun sebuah team work. Kita berumah tangga bukan untuk 5 tahun, 10 tahun tetapi life time bahkan sampai akhirat. Kalau hanya mencari istri dilihat secara fisik saja itu tidak gampang membentuk dan membina karakter orang yang sudah dewasa karena dia sudah memiliki memori, dia telah memiliki perspektif dalam hidup, sudah memiliki sudut pandang dalam hidup,” terangnya.
Keempat, mempersiapkan mental menjadi sosok pembelajar. “Rumah tangga itu enggak statis, rumah tangga dinamis akan muncul masalah-masalah baru di mana kita sebagai pasangan suami istri harus siap adaptasi dengan masalah itu dan siap mencari solusi terhadap masalah itu. Ketika awal menikah nanti keadaannya beda ketika nanti sudah enam bulan. Satu tahun ketika belum memiliki anak keadaannya beda ketika sudah memiliki anak,” jelasnya.
Kelima, luruskan niat. Menikah bukan hanya untuk senang-senang tetapi menikah untuk menjalankan amal ibadah untuk mendapatkan pahala di sisi Allah SWT. “Karena untuk menjalankan amal shalih dan amal ibadah maka luruskan niat,” pungkasnya. [] Alfia Purwanti
0 Komentar