Topswara.com -- Pahlawan atau tokoh adalah sebuah julukan yang disematkan kepada orang yang membela bangsa dan negara, mengusir penjajah atau seseorang yang membawa pengaruh besar terhadap kehidupan orang banyak. Hal tersebut membuat sosok mereka begitu diingat dan dikenang sepanjang masa. Karena jasa mereka yang membawa perubahan. Dari bangku Sekolah Dasar kita sudah dipahamkan tentang sejarah perjuangan para pahlawan atau tokoh-tokoh yang membawa perubahan. Para guru memahamkan hal itu dengan tujuan ingin membuat kita selalu ingat dan mengenang jasa para pahlawan. Memotivasi kita agar dalam menjalani hidup ini selalu berjuang demi kehidupan yang lebih baik, berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Saking pentingnya mengingat jasa seseorang yang membawa pengaruh besar terhadap kehidupan orang banyak, nama pahlawan tersebut biasanya akan dijadikan nama jalan atau nama bandar udara. Dengan tujuan terus dikenang walau pahlawan tersebut telah tiada. Seperti yang terdapat di sebagian besar bandar udara dan nama jalan yang ada di negeri ini.
Tetapi berbeda dengan berita yang baru-baru ini tersiar, dilansir dari CNN Indonesia, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan rencana penamaan salah satu ruas jalan di Ibu Kota dengan nama tokoh sekuler Turki, Mustafa Kemal Ataturk yang merupakan bagian dari kerjasama Indonesia dan Turki.
"Jadi Insya Allah ini adalah bagian dari kerjasama antara Indonesia dan pemerintah Turki," kata Riza di Jakarta, Minggu (17/10).
Riza belum bisa memastikan lokasi ruas jalan yang rencananya akan menggunakan nama presiden pertama Turki itu. Apakah di Menteng, Jakarta Pusat atau lokasi lain.
Sontak berita ini membuat heboh masyarakat. Pasalnya, bukan tokoh pahlawan berjasa yang dijadikan nama jalan tetapi justru sosok yang menorehkan segudang permasalahan dan kehancuran bagi peradaban Islam. Dahulu pada zaman Nabi Musa, raja Fir'aun lah yang berperilaku kejam terhadap rakyatnya, terkenal dengan pribadi yang begitu sombong dan menganggap dirinya Tuhan. Kemudian ia di azab oleh Allah dan namanya tersemat dalam Al-Qur'an sebagai pelajaran untuk umat manusia.
Namun, realitanya tidak semua orang mengambil pelajaran dari apa yang menimpa raja Mesir tersebut. Kejadian itu terulang kembali. Ketika Nabi Muhammad SAW dengan susah payah menegakkan syariat Islam. Mendakwahkan Islam di Mekah dengan tantangan dan rintangan yang begitu sulit hingga mempertaruhkan nyawanya.
Sampai pada akhirnya beliau hijrah dan berhasil mendirikan negara Islam di Madinah. Hingga beliau wafat pun negara Islam masih terus berjaya dan berkembang. Menjadikannya negara adidaya di muka bumi hingga menguasai wilayah 2/3 dunia. Sampai akhirnya pada masa kekhalifahan Abdul Hamid II khilafah Utsmaniyah runtuh. Tepatnya pada tanggal 3 Maret 1924 M di Istanbul Turki.
Hal tersebut tidak luput dari pihak Barat yang ingin menghancurkan Islam lewat Mustafa Kemal Attaturk. Sang pengkhianat yang menjadi presiden sekuler pertama setelah berhasil meruntuhkan Daulah Islam. Dia mengubah semua aturan Islam menjadi aturan sekuler, adzan diubah menggunakan bahasa Turki. Tidak diwajibkan lagi bagi muslimah untuk menutup aurat, diganti dengan pakaian Barat. Masjid Hagia Sophia dijadikan museum. Hukum dan sanksi di dalam Islam diubahnya menjadi hukum Barat.
Akibat dari keruntuhan Daulah Islam, kekejian dan kekejaman terjadi dimana-mana. Salah satunya Palestina yang saat ini masih saja dijajah oleh Yahudi Israel. Manusia mengalami kondisi yang begitu terpuruk dan sangat memprihatinkan. Pasalnya adanya penyiksaan yang tiada henti dan umat manusia hancur karena jauh dari aturan Islam, yang sampai saat ini masih dirasakan dan keadaannya semakin parah.
Kekacauan yang begitu mendalam ini, terjadi akibat aturan Islam yang seharusnya dijaga dan diemban oleh institusi khilafah. Namun malah dihancurkan, diganti dengan aturan yang membuat masyarakat menderita dan jauh dari perintah Allah SWT. Kekejaman yang sangat luar biasa, walaupun Mustafa Kemal Attaturk sudah lama mati tetapi aturan sekuler yang dibawanya telah diemban oleh semua negara termasuk Indonesia.
Mendengar berita itu sontak sebagian besar masyarakat yang mengerti sejarah menolak mentah-mentah rencana tersebut. Alasan utamanya adalah karena dia telah menghancurkan Daulah Islam. Lalu mengapa harus memilih nama tokoh yang jelas-jelas menghancurkan Islam untuk dijadikan nama jalan di negeri ini? Tentu, bagi Muslim yang paham, hal ini tidaklah mengherankan. Rencana penamaan jalan tersebut terjadi karena paham sekularisme yang dianut negeri ini.
Mustafa Kemal Atatturk merupakan tokoh sekuler, negeri ini pun menganut paham sekularisme. Maka jelas, hal itu merupakan suatu kewajaran bukan? Tokoh-tokoh sekuler akan giat memperkenalkan dan mendakwahkan ideologi yang mereka emban. Karena pada dasarnya, seseorang yang mengemban suatu ideologi akan berniat dan memiliki hasrat untuk mempengaruhi orang lain. Dalam hal ini tanpa melihat lagi apakah ideologi yang diembannya benar atau salah.
Sekularisme merupakan sistem kufur buatan manusia yang merusak. Kita bisa melihat sendiri dampak dari diterapkannya sistem ini. Bagaimana agama benar-benar dijauhkan dari kehidupan. Generasi kehilangan moral, kriminalitas terjadi dimana-mana, umat beragama terpecah belah bahkan dalam kalangan umat Islam itu sendiri. Tak heran jika semakin banyak masyarakat yang menginginkan sistem ini untuk segera dihilangkan.
Dalam negara kita Indonesia, Islam adalah agama terbesar yang dianut oleh rakyatnya. Seharusnya pahlawan yang dijadikan nama jalan adalah dia yang telah berjuang membela Islam, sang penakluk konstantinopel yakni Sultan Muhammad al-Fatih. Ketika namanya disematkan dalam sebuah bangunan atau jalan maka teringatlah perjuangan beliau, yang dengan susah payah bersama pasukannya menerobos benteng paling kokoh pada zamannya. Benteng yang berabad-abad tidak pernah ditembus oleh pasukan Islam manapun kecuali pasukan di bawah komandonya. Hingga pada akhirnya konstantinopel jatuh ke tangannya.
Berawal dari perkataan Rasulullah bahwa kota Konstantinopel merupakan kota yang paling kuat yang akan ditaklukan oleh seorang pemimpin dengan sebaik-baik pemimpin dan pasukan dengan sebaik-baik pasukan. Hal inilah yang menjadikan para pemimpin saat itu berusaha untuk menembus kota tersebut namun selalu gagal. Hingga berselang waktu yang cukup lama Sultan Muhammad al-Fatih lah yang mampu menaklukkannya. Pemimpin yang seperti itulah yang patut dikenang dan disematkan namanya dalam sebuah monumen atau jalan untuk selalu diingat jasa dan perjuangannya terhadap peradaban Islam.
Selama sistem kapitalis sekuler tetap diterapkan dalam negeri ini, maka kontroversi serupa akan terus terjadi. Akankah kita tetap berdiam diri atau berjuang untuk menganti sistem yang ada dengan sistem yang lebih baik?
Wallahu a'lam bishawab
Oleh: Andriani
(Sahabat Topswara)
0 Komentar