Topswara.com -- Pemimpin ibarat penggembala. Ia akan berusaha melindungi gembalaannya. Melindungi dari terkaman hewan buas. Karenanya sifat tanggung jawab dan penyayang harus melekat kuat dalam jiwanya.
Lalu, apa yang terjadi dengan tragedi seorang balita berusia tiga tahun ditemukan dalam kondisi lemas di samping jenazah neneknya yang telah membusuk di salah satu rumah di Jalan Gambir Anom 2, RT 06/06, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara , pada Kamis (30/9/2021).
Balita berjenis kelamin laki-laki tersebut, diduga sejak tiga hari terakhir tidak makan, setelah sang nenek yakni, Olly Jehosuna Tampi (64), meninggal dunia. Penemuan bocah tersebut beserta jasad sang neneknya ini diketahui setelah warga curiga mencium aroma busuk dari dalam rumah tersebut. (SindoNews.com, 30/9/2021)
Fakta di atas cukup menampar naluri siapapun yang punya hati. Bagaimana tidak, seorang nenek yang berusia 64 tahun dan sudah lama tinggal berdua dengan cucunya sejak kecil, yang sekarang berusia tiga tahun, ditemukan meninggal setelah tiga hari. Dengan posisi sang cucu dalam kondisi lemas penuh kotoran.
Ini bukan fiksi, ini fakta yang terjadi saat ini, di negeri ini. Negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi. Kenapa bisa terjadi peristiwa tersebut?
Bagaimana peran optimal dari penguasa sangat dipertanyakan. Memang di negara yang berkiblat pada kapitalisme, kita tidak bisa berharap lebih untuk bisa bertanggung jawab atas rakyatnya.
Jangankan untuk menjamin rakyatnya dalam kondisi sehat dan sejahtera. Sekedar untuk etika bernaluri untuk memprioritaskan kebutuhan dasar rakyat di musim pandemi sungguh sulit ditemukan.
Justru yang ramai dan menyibukkan penguasa, yaitu program pemindahan ibukota. Seberapa urgen pemindahan ibukota, dan berapa dana yang digunakan untuk program tersebut, dibandingkan dengan kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan rakyat?
Begitupun kepedulian negara serasa garing. Bahkan kondisi ini juga berdampak pada kepedulian di tengah rakyat. Tengok saja kebiasaan individual pun kian nyata. Inilah efek dari kapitalisme yang mengagungkan kebebasan dan kepentingan individu.
Islam Solusi Paripurna
Islam sebagai sebuah sistem yang sempurna dan paripurna, telah menyiapkan agar rakyat dan pemimpin saling cinta dan sayang. Saling mendoakan di antara mereka. Bahkan, penguasa akan memastikan rakyatnya bagaimana kondisi rakyatnya di lapangan.
Tengok saja kisah Umar bin Khattab saat sidak di malam hari memastikan rakyatnya apakah benar-benar dalam kondisi baik-baik saja. Hingga ia berhenti di salah satu rumah rakyatnya yang anak-anaknya menangis karena kelaparan, sedang ibunya tidak memiliki bahan makanan sehingga harus menanak batu untuk menghibur anak-anaknya.
Melihat kondisi itu, Umar langsung gemetar karena takut pada Allah bercampur iba dan bersalah. Segera di panggulnya bahan makanan ke rumah orang tersebut, memasaknya serta memberikan beberapa uang untuk mereka. Semua dilakukan tanpa diketahui oleh rakyatnya, siapa sosoknya.
Inilah gambaran pemimpin penyayang dan bertanggung jawab. Pemimpin yang mampu mengambil ibrah dari sifat asma'ul husna ,
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ
"Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,"
(QS. Al-Fatihah: 3)
Pemimpin yang kuat keimanannya, memiliki rasa takut yang amat besar pada Rabb-Nya. Pemimpin seperti ini tidak butuh tepuk tangan dan sanjungan dari rakyatnya. Rida Allah sudah cukup untuknya. Demikian yang kita lihat dari Rasulullah maupun para khalifah.
Pemimpin dengan karakter Istimewa tersebut lahir dari sistem yang istimewa. Sistem yang menggembleng dirinya untuk tanggung jawab dalam amanah. Teguh dalam menjalankan syariah. Itulah pemimpin yang hidup dalam sistem Islam (khilafah).
Karenanya, satu-satunya langkah untuk mewujudkan pemimpin dan sistem istimewa tersebut hanya dengan dakwah ideologis sesuai manhaj Rasulullah. Hingga terwujud janji Allah dalam QS. An-Nuur 55
وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ
"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik."
Wallahu a'lam bishawwab
Oleh: Yuyun Rumiwati
(Sahabat Topswara)
0 Komentar