Topswara.com -- Firman Allah SWT:
(لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِی رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةࣱ لِّمَن كَانَ یَرۡجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلۡیَوۡمَ ٱلۡـَٔاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِیرࣰا)
[Surat Al-Ahzab 21]
”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (Qs. Al Ahzab [33|: 21)
Sungguh baginda Rasul SAW, adalah beliau satu-satunya manusia yang layak jadi qudwah (panutan) dalam berbagai aspek kehidupan.
Imam Al Qurthubi menyebutkan dalam Tafsir beliau Al Jaami’ li ahkamil Qur’an bahwa; terkadang Nabi SAW juga mendapatkan luka di kaki nya, goresan di wajahnya, perut kosong.
Bahkan, saat Hamzah bin Abdul Muthalib, paman beliau wafat, terbunuh saat berjihad, beliau tetap sabar dan bersahaja, tetap bersyukur dan menerima apa pun keadaannya. Siapakah yang lebih baik memberikan teladan melebihi Nabi SAW?
Sebagai seorang pemimpin, beliau adalah panutan, suri tauladan yang paling terdepan dalam persoalan menahan penderitaan, saat keadaan memang mengharuskan demikian.
Dan seperti inilah seharusnya seorang pemimpin. Terdepan dalam persoalan-persoalan yang menghimpit rakyatnya, bukan justru hanya terdepan dalam persoalan kemewahan dan keduniawian.
وَعَنْ أَنَسِ ابن مَالِكٍ عَنْ أَبِي طَلْحَةَ قَالَ: شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْجُوعَ وَرَفَعْنَا [عَنْ بُطُونِنَا] عَنْ حَجَرٍ، فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ حَجَرَيْنِ.
Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan, dari AbuThalhah, menyebutkan: "Kami pernah mengadu kepada Nabi SAW tentang kelaparan yang kami rasakan, lalu kami membuka baju kami dan memperlihatkan kepada beliau perut kami masing-masing yang diganjal oleh se-bongkah batu, kemudian (dengan tersenyum) Nabi SAW membuka baju beliau, dan kami melihat ada “dua bongkah batu” yang mengganjal perutnya." (HR. At-Tirmidzi dalam pembahasan tentang Zuhud, Bab: Hadits tentang Kehidupan Para Sahabat Nabi SAW (4/5 85, hadits no. 2371)
Artinya, beliau SAW adalah sosok yang terdepan merasakan penderitaan, saat para shahabat menderita kelaparan. Jika para shahabat lapar dan perutnya diganjal dengan sebongkah batu? Namun baginda Rasulullah saw dengan “dua bongkah batu”.
Sungguh inilah rahasia kehebatan seorang pemimpin. “Pemimpian yang benar-benar menjadikan Rasulullah SAW sebagai qudwah, dia akan terdepan saat rakyatnya dalam kesulitan, dan di belakang saat rakyatnya dalam kemakmuran”.
Beliau SAW adalah sosok pemimpin yang dalam keadaan sesulit apa pun, tetap yang beliau pikirkan adalah umatnya.
Suatu ketika saat Perang Uhud. Beliau Habiballah terluka. Gigi graham beliau patah, bibir beliau sobek, dahi dan keningnya yang mulia juga bercucuran darah.
Malah Baginda Rasulullah tak henti menadahi tetesan darah itu dan mengusapkan ke dadanya agar tidak menetes ke tanah meskipun dalam keadaan yang genting.
Setelah perang mereda seorang Sahabat memberanikan diri bertanya perihal perilaku beliau tersebut;
Dengan lemah lembut Baginda Rasulullah pun menjawab;
"Aku mendengar apa yang tidak kalian dengar."
"Malaikat penjaga gunung berkata, kalau ada setetes darahku menyentuh bumi, maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menurunkan azab dari langit kepada mereka yang memerangiku."
Mendengar jawapan itu para Sahabat kembali bertanya;
"Mengapa engkau tidak mendoakan para musuh Allah itu supaya celaka?"
Baginda Rasulullah kembali menjawab;
"Sungguh aku tidak diutus untuk melaknat, tetapi berdakwah dan menyebarkan rahmat kepada sekalian alam."
Sungguh luar biasa kasih sayang beliau kepada umatnya, walaupun beliau tidak bertemu umatnya satu persatu namun tinggi sekali keperdulian beliau kepada keselamatan umatnya termasuk kita yg hidup di akhir zaman ini.
Ya Rabb, sungguh kami saat ini sangat merindukan sosok pemimpin seperti Rasulu-Mu, Muhammad SAW.
Kondisinya kian membuncah saat melihat realitas yang ada, pemimpin yang benar-benar mencontoh baginda Rasulullah saw sudah sangat-sangat langka.[]
Oleh: Guru Luthfi Hidayat
(Pengasuh Majelis Baitul Qur'an Tapin)
0 Komentar