Topswara.com -- Berbagai propaganda sesat kaum liberal semakin menjadi. Kini mereka hendak menghancurkan tatanan keluarga muslim dan perempuan melalui ide Childfree.
Gagasan Childfree menjadi ramai diperbincangkan setelah seorang influencer mengumumkan dirinya memilih untuk childfree. Adapun yang dimaksud childfree merupakan sebuah keputusan yang diambil secara sadar dan memilih untuk tidak memiliki anak, baik anak kandung maupun anak hasil adopsi. Mereka memilih hidup tanpa anak diluar alasan medis, meskipun organ reproduksi mereka berfungsi dengan baik.
Jika dibedah secara bahasa penggunaan istilah childfree. Child artinya anak, dan free artinya bebas. Artinya para pengusung ide childfree memiliki persepsi bahwa memiliki anak adalah sebuah 'penjajahan'. Oleh karena itu mereka membutuhkan 'freedom' alias kebebasan. Sebab penggunaan kata 'free' selalu digunakan untuk menandakan seseorang terbebas dari sesuatu.
Isu yang digaungkan oleh konsep childfree bukanlah keadaan dimana seseorang tidak mampu memiliki anak, melainkan adanya keputusan untuk tidak memiliki anak dengan anggapan anak adalah belenggu bahkan penjahat yang mengganggu dan mengambil hak kebebasan mereka. Sehingga digunakan istilah childfree tersebut.
Awal munculnya konsep pikir childfree di Indonesia diusung oleh para aktivis feminisme yang kemudian diikuti oleh banyak influencer. Ketika sebuah ide sudah disuarakan oleh influencer dan dinarasikan sedemikian rupa, maka lambat laun konsep pikir tersebut dengan cepat tersebar luas di publik bahkan meniscayakan banyak yang mengikutinya.
Alasan klasik bagi para pengusung childfree atas keputusannya ialah karena faktor finansial. Mereka menghitung berapa banyak anggaran yang harus mereka keluarkan untuk membiayai semua keperluan anak. Mereka juga beranggapan bahwa memiliki anak berarti ikut andil dalam menambah beban populasi bumi. Bumi yang sudah overloaded sehingga banyak kerusakan, banyak pengangguran, dan banyak kriminalitas.
Bahkan lebih parah, ada pula yang secara terang-terangan alasan untuk childfree karena tidak suka anak-anak. Tidak mau direpotkan dengan urusan anak dengan semua tetek bengeknya. Sungguh miris!
Fenomena seperti ini memang niscaya jika berada dalam sistem kapitalis yang berasaskan sekularisme. Perspektif agama tidak dijadikan tolok ukur dalam mengadopsi sebuah pola pikir maupun pola hidup. Entah bertentangan dan menyalahi naluri, asal menyokong karir duniawi tetap akan diikuti.
Mereka melihat sebatas fakta yang terpampang di depan mata tanpa menggunakan kacamata keimanan dalam diri mereka. Padahal jelas ini malah akan membawa banyak kemudharatan dalam kehidupan.
Dalam sistem kapitalis sekuler, salah satu ciri yang mendominasi yaitu adanya kebebasan pribadi. Implikasinya, negara pun tak berhak untuk mengatur keputusan pribadi warganya. Hal ini dianggap sebagai HAM dengan jargon kebebasan bertingkah laku.
Padahal bila kita melihat dengan seksama, childfree bisa berdampak kepada demografi suatu negara. Semakin banyak pasangan yang memutuskan childfree, semakin sedikit generasi yang akan lahir. Sehingga terjadinya stagnansi pertumbuhan ekonomi dan kualitas sumber daya manusia.
Berbeda dengan pandangan Islam. Sebagai agama yang sempurna dan paripurna, Islam telah memberikan solusi atas segala problematika yang dihadapi oleh manusia. Dalam Islam, selain untuk menciptakan rasa sakinah, mawaddah, wa rahmah, menikah bertujuan untuk melestarikan keturunan.
Allah telah ciptakan potensi hidup pada manusia berupa akal, naluri, dan hajatul 'udhawiyah (kebutuhan jasmani), itulah fitrah pada manusia. Termasuk salah satu naluri, yaitu naluri nau’ (naluri untuk melanjutkan keturunan) merupakan salah satu bagian dari potensi yang diciptakan Allah bagi diri manusia.
Oleh karena itu, konsep pikir childfree adalah pola pikir yang keliru bahkan menyalahi naluri penciptaan manusia yang telah diberikan oleh Allah. Terkait hal ini, Allah SWT telah berfirman:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.” (TQS Ar-Rum [30] : 20).
Ini artinya tidak diperbolehkan bagi seorang Muslim untuk memilih childfree. Jika gaung childfree semakin besar dengan alasan ketakutan finansial, ketidaksiapan mental, hingga penyakit keturunan, maka solusinya bukan pada childfree tapi dicari akar masalahnya.
Sementara itu, Islam juga memotivasi umatnya agar menjadikan anak-anak mereka sebagai aset dunia dan akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.: “Apabila manusia itu meninggal dunia, terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh yang berdoa baginya.” (HR Muslim).
Rasulullah SAW juga bersabda dalam hadis yang lain: “Nikahilah wanita yang pengasih dan punya banyak keturunan karena aku sangat berbangga karena sebab kalian dengan banyaknya pengikutku.” (HR Abu Daud dan An-Nasa’i)
Pada akhirnya, semua berpulang pada dasar dan tujuan pernikahan itu sendiri. Orang-orang yang menikah karena dorongan keimanan dan bertujuan mendapatkan ridla Allah, akan bergembira dengan kehadiran anak.
Mereka akan bekerja keras mendidik anak dengan kesadaran penuh bahwa semua ikhtiar dan pengorbanan itu adalah bentuk amal shaleh sebagai investasi akhiratnya kelak. Mereka juga tidak khawatir perkara rezeki, karena mereka yakin bahwa Allah akan mengaruniakan rezeki untuk keluarganya.
Sebagaimana firman Allah SWT:
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan sberiman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (TQS An-Nahl [16]: 97)
Wallahu a'lam bish-shawwab
Oleh: Mesi Tri Jayanti, S. H.
(Freelance Writer)
0 Komentar