Topswara.com -- Bahagia merupakan keadaan atau perasaan senang dan tenteram alias bebas dari segala yang menyusahkan hati. Perasaan senang atau tenteram itu juga muncul lantaran pemahamannya.
Orang yang materialistik, tentu akan merasa senang bila mendapatkan harta yang diinginkannya tanpa peduli halal atau haram cara pemperoleh atau membelanjakannya. Sedangkan Muslim yang bertakwa tentu saja akan resah dan tidak senang bila harta diperoleh dan atau dibelanjakan dengan cara yang haram.
Bila materilistik jadi pemahamannya tentu saja yang muncul hanyalah kebahagiaan yang semu karena kebahagiaan di dunia belum tentu lama, di akhirat pasti sengsara.
Sedangkan bila iman serta halal-haram sebagai patokannya, pastilah akan diraih kebahagiaan yang sejati baik di dunia ini dan pastinya di akhirat nanti. Berikut beberapa kiat yang dapat dilakukan agar kita dapat meraih kebahagiaan sejati.
Pertama, ikhlas. Ikhlas itu tidak menyekutukan Allah dengan yang lain dan berbuat semata-mata karena Allah SWT saja.
Contoh seorang lelaki mencari nafkah. Ikhlas itu bila seorang lelaki bekerja bukan semata-mata mencari nafkah untuk keluarga, tetapi mencari nafkah untuk keluarga lantaran sadar itu merupakan kewajiban dari Allah SWT. Insya Allah, ketika menghadapi cobaan dalam mencari nafkah, seberat apa pun itu, akan tetap bahagia karena merasa yang dilakukannya sudah benar yakni menjalankan perintah Allah SWT.
Kedua, sesuai dengan hukum Islam. Keikhlasan hanyalah omong kosong bila perbuatan kita tidak sesuai dengan hukum Islam. Karena setiap perbuatan manusia itu tak lepas dari hukum Islam yang lima yakni wajib, sunah, mubah, makruh dan haram. Maka dalam setiap berbuat, pastikan dulu kita tahu hukumnya.
Contoh: jadi pegawai bank. Bagaimana hukumnya dalam Islam? Islam mengharamkan riba (termasuk bunga bank), mengharamkan yang meminjamkan, dipinjami, mencatat dan saksi. Jadi meski gajinya besar, jangan ragu untuk langsung menolaknya. Karena itu tidak sesuai dengan hukum Islam. Dan kita pastilah bahagia bila kita mengingat bahwa kita telah mengamankan akhirat kita dari api neraka lantaran terlibat riba.
Ketiga, perbanyak menimba ilmu Islam. Agar poin kedua dapat dilakukan dengan baik dan benar mau tidak mau kita harus belajar ilmu-ilmu Islam tentang hukum perbuatan dan tata caranya. Sehingga terbayang jelas mana saja perbuatan yang dibolehkan dan mana saja perbuatan yang dilarang.
Selain mendapatkan pahala karena melaksanakan kewajiban menimba ilmu, dalam berbuat pun jadi penuh kepastian, tidak ragu lagi dalam melangkah. Tentu saja itu akan berbuah kebahagiaan juga.[]
Oleh: Joko Prasetyo (Jurnalis)
Dimuat pada rubrik Tips newsletter Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) Edisi 89 (Maret-April 2019).
0 Komentar