Topswara.com– Menyoal peran ibu di zaman sekarang, Pengamat Media ImuNe Cut Putri Cory, S.Sos. mengatakan, pertama, ibu ibarat buku yang tak akan pernah habis dibaca.
“Ada banyak sekali yang didapat dari ibu. Semangatnya, inspirasinya, pengorbanannya, maka ibu seperti buku yang tidak pernah habis dibaca. Banyak sekali ibrah atau hikmah yang mereka (anak) dapatkan,” tuturnya dalam acara Mengokohkan Jiwa Ibu Para Mujahid di kanal YouTube Institut Muslimah Negarawan, Jumat (7/5/2021).
Kedua, ibu adalah peta generasi. “Karena generasi itu imitatif dia akan menengok ibunya. Kalau tengok generasi, tengok ibunya. Apa yang disukai ibu akan disukai generasi, apa yang menjadi aktivitas ibu, biasanya juga aktivitas generasi. Kita harus sadar betul bahwa peta bagi generasi maka ini menjadi warning untuk kemudian memberikan petunjuk yang baik,” paparnya.
Ketiga, sifat dasar dari ibu adalah muara cinta dan kasih sayang.
“Ibu itu muara cinta dan kasih sayang. Kalau hari ini ada ibu-ibu yang kemudian kasar dengan anak-anak itu karena sistem ini mencabut fitrahnya. Jadi memang kalau kita bicara sifat dasar ibu sebagai muara cinta dan kasih sayang, tidak bisa juga kita melepas diri dari sistem terapan yang menjadi aturan yang dipakai untuk mengatur ibu-ibu,” terangnya.
Keempat, Ibu adalah pusat tsaqafah.
“Apa-apa tanya umi, umi ini apa? Umi itu apa? Umi kenapa ini begini, umi kenapa itu begitu. Tapi jangan malu kalau kita tidak tahu, jangan berhenti untuk mencari tahu. Ibu pusat tsaqafah harus senantiasa meng-upgrade diri, dia harus tau banyak hal. Misal dia bukan dokter tapi dia harus tahu ilmu kedokteran ala-ala rumah tangga, dia bukan geografer tapi dia bisa mengajari geografi untuk anak-anaknya, dia bukan geostrategis tapi dia bisa menjelaskan ilmu-ilmu geostrategis ilmu-ilmu geopolitik kepada anak-anaknya,” bebernya.
Kelima, ibu adalah motivator. “Bagaimana mungkin seorang anak bisa memiliki semangat dalam hidupnya punya kemampuan untuk bangkit dari segala sesuatu yang membuat dia down. Fungsi motivator seorang ibu itu luar biasa,” imbuhnya.
Keenam, ibu adalah pakar untuk masing-masing anaknya. “Maka kita tidak boleh menggeneralisir anak-anak kita dengan anak-anak orang lain. Kita itu pakar untuk anak-anak kita sendiri, anak orang lain dengan karakternya jadi beda karakter karena bisa jadi tumbuh dengan suasana iklim yang berbeda. Maka kita yang paling taju anak kita seperti apa kemudian untuk mengarahkannya supaya menjadi generasi penakluk,” tegasnya.
Ketujuh, ibu pendidik yang inspiratif. “Peran strategis ibu begitu luar biasa yakni pendidik yang inspiratif,” imbuhnya.
Kedelapan, ibu adalah benteng terakhir kaum Muslimin. “Jadi kaum Muslimin benteng utamanya adalah daulah (negara yang menerapkan syariat Allah). Sudah tidak ada sekarang, dan yang menjadi benteng terakhir kaum Muslimin adalah ibu. Bagaimana kemudian kalau ibu ini hancur maka generasinya akan hancur. Maka kalau mau tengok kualitas generasi, tengok bagaimana ibu,” tandasnya. [] Alfia Purwanti
0 Komentar