Topswara.com -- Menyikapi fenomena maraknya artis hijrah, Founder Cinta Qur'an Ustaz Fatih Karim memaparkan pentingnya penggerak perubahan.
“Inilah yang namanya penggerak perubahan. Ketika kita berubah, maka kita akan menggerakkan perubahan. Dan ini penting dalam hidup kita,” ujarnya dalam Road to Amazing Muharram 10 Bersama Ivanka Slank di kanal YouTube Cinta Qur'an TV, Sabtu (21/8/2021).
Ia juga mengatakan, perubahan yang sebatas individu adalah biasa. Namun, akan menjadi hebat bila perubahan individu diikuti dengan kemauan untuk mengubah orang lain. Sebagaimana Rasulullah SAW juga diutus untuk mengubah umat, sehingga terwujud rahmat untuk alam semesta.
“Kalau cuma perubahan dirinya aja, itu biasa. Nabi diutus untuk merubah dirinya atau untuk merubah umat? Merubah umat. Makanya dikatakan wamaa arsalnaaka illaa rahmatan lil aalamiin. Kami utus engkau (Muhammad) untuk mengubah alam semesta. Untuk menjadi rahmat untuk alam semesta,” ungkapnya.
Ia juga mengakui bahwa berubah (hijrah) itu sulit, tetapi bukan mustahil untuk dilakukan. Tantangannya sangat berat. Sehingga hijrah itu membutuhkan lingkungan, yakni berkumpul dengan orang-orang shalih.
“Ini yang disebut tombo ati itu lima perkara, salah satunya berkumpul dengan lingkungan-lingkungan yang shalih,” cetusnya.
Ustaz Fatih Karim juga mengatakan ada tiga catatan penting dalam perubahan hidup manusia. Pertama, bahwa kehidupan manusia dinilai oleh Allah dari kondisi akhirnya, apakah manusia itu meninggal dalam kondisi khusnul khatimah atau su’ul khatimah. Sehingga kita tidak dibolehkan mengklaim diri paling baik, paling shalih, atau paling alim. Sebab tidak ada seorang pun yang mengetahui secara pasti akhir hidupnya nanti seperti apa.
“Lihat hadis Nabi SAW, innamal a’maalu bikhawaatiim. Sesungguhnya segala sesuatu itu dilihat dari akhirnya,” tuturnya.
Kedua, meskipun akhir hidup adalah penentu, namun tidak ada yang tahu kapan kehidupan kita akan berakhir. Karena mati tidak pandang umur, tidak pandang sehat, kaya, atau pun miskin.
“Karena mati itu tidak pandang umur, tidak pandang sehat. Yang sehat mati, yang kaya pasti mati, yang miskin juga mati. Karena mati itu, likulli ummatin ajal[un]. Setiap orang ada ajalnya, ada batasnya. La ta’khiruuna saa-ah, laa tastaqdimuun (tidak bisa ditunda ataupun dipercepat, -red),” ujarnya.
Ketiga, istiqamah sampai akhir.
“Yang ketiga, catatan kita di malam yang penuh berkah ini, bagaimana caranya agar kita bisa istiqamah sampai ke akhirnya,” tuturnya.
Ia juga mencontohkan bagaimana kisah hijrahnya Sayyidina Umar bin Khattab, yang ketika sebelum masuk Islam, Umar dikenal sebagai seorang preman di pasar Ukaz. Umar juga berencana ingin membunuh Baginda Nabi SAW. Namun Ketika wafat, jenazah Umar bin Khattab dimakamkan di samping makam Rasulullah SAW.
“Orang yang makamnya di samping makam Nabi, mungkin nggak orangnya orang sembarangan? Istri Nabi aja enggak. Istri Nabi itu makamnya di makam Baqi, makam para shahabat. Tapi ada di sebelah Nabi, itu adalah makam orang yang berencana membunuh Nabi. Dan pedangnya tidak pernah kering dari darah umat Islam. Umar bin Khattab,” pungkasnya. [] Nurwati
0 Komentar