Topswara.com-- Merespons ide childfree yang baru-baru ini ramai diperbincangkan di ruang publik, Inspirator Orang Tua Hebat Dini Sumaryanti mengatakan, tentu Islam memandang ide tersebut sesat dan menyesatkan.
"Tentu dalam Islam memandang, ide ini (childfree) sesat dan menyesatkan. Tidak sesuai dengan tujuan penciptaan naluri meneruskan keturunan, hanya untuk kepuasan nafsu seks semata," tuturnya kepada Topswara.com, Selasa (24/8/2021).
Dalam Islam pernikahan bukan hanya sekedar pengikat cinta, legalisasi pemenuhan kebutuhan seksual, tapi juga ladang melakukan amal salih. Semua aktivitas dalam biduk pernikahan bernilai pahala. Lelahnya ayah bunda mengasuh dan mendidik anak, termasuk semua biaya yang keluar, adalah investasi untuk di akhirat.
Menurutnya, pasangan suami istri Muslim meyakini bahwa setiap makhluk hidup, termasuk anak-anak, ada jaminan rezeki dari Allah SWT.
"Biaya hidup tak semata dipikul dari gaji hasil kerja. Pasangan Muslim meyakini setiap kesusahan dan keringat yang menetes saat mengasuh anak, akan ada pahala dan ridha Allah SWT. Begitu pula setiap rupiah yang dibelanjakan sang ayah untuk beli susu, popok, bedak, sabun, juga biaya sekolah anak, adalah infak terbaik di jalan Allah SWT," jelasnya.
Ia merasa kasihan dengan orang-orang yang menganut ide childfree. "Kasihan, orang yang menganut ide childfree ini, dengan berbagai alasannya hanya berpikir untuk mengejar kebahagiaan jangka pendek," katanya.
Menurutnya, pemikiran ini dalam jangka panjang akan memiliki dampak yang negatif, dari sisi individu maupun masyarakat.
"Dari sisi individu karena dia membuat pilihan yang tidak sesuai dengan nalurinya. Setiap manusia memiliki potensi dasar yang Allah install bersamaan dengan penciptaan manusia," ujarnya.
Menurutnya, potensi dasar ini adalah kebutuhan jasmani juga naluri-naluri (gharizah). Di antaranya gharizah nau' (untuk melestarikan keturunan dan menyalurkan rasa kasih sayang).
"Naluri meneruskan keturunan ini jika muncul tentunya menutut untuk dipenuhi. Jika tidak akan menimbulkan keresahan pada tingkat ringan dan strees di level berikutnya," jelasnya.
Menurutnya, ada juga yang menyalurkan ke tempat lain, menyanyangi hewan peliharaan, jika merasa repot memelihara robot bayi atau anak seperti yang saat ini berkembang di Jepang.
"Akan muncul bahaya yang mengintai karena bergesernya tujuan penciptaan naluri meneruskan keturunan menjadi sekedar penyaluran perasaan cinta dan pemuasan kebutuhan seksual," tegasnya.
Menurutnya, aborsi akan legal jika terlanjur hamil, namun tak ingin punya anak. "Perceraian meningkat karena tak ada anak penguat pada pasangan, konflik kecil sudah mampu menghancurkan mahligai rumah tangga," katanya.
Dari sisi masyarakat, ia menjelaskan, piramida masyarakat akan terbalik, tentu kita tahu jika piramida sudah terbalik produktifitas dalam masyarakat pun rendah. "Jika penurunan populasi itu sudah terjadi. Sampai-sampai beberapa negara memberikan hadiah pada setiap kelahiran, misalnya," jelasnya.
Sejak 2013, ia mengungkapkan, setiap bayi yang baru lahir di Lestijärvi, salah satu kota terkecil di Finlandia, 'bernilai' €10.000 atau setara Rp155,5 juta. "Angka itu muncul setelah para pejabat pemerintah Lestijärvi memutuskan untuk melawan penurunan angka kelahiran dan populasi yang terus menyusut di kota tersebut, yang hanya satu anak yang dilahirkan pada tahun sebelumnya," bebernya.
Menurutnya, pemerintah setempat memperkenalkan insentif yang disebut 'bonus bayi'. Ia menambahkan, melalui skema itu, setiap penduduk yang melahirkan akan berhak mendapat €10.000, dibayar dalam kurun 10 tahun.
Akibatnya, sejak kebijakan itu dibuat, hampir 60 anak lahir di Lestijärvi. "Dibandingkan dengan tujuh tahun sebelumnya di mana hanya 38 anak lahir, bayi-bayi baru ini merupakan pendorong besar bagi kota berpenduduk kurang dari 800 orang ini," tuntasnya. [] Sri Astuti
0 Komentar