Topswara.com -- Hanya mengejar kekuasaan. Inilah kata yang pas bagi sistem politik saat ini. Tidak sedikit orang berlomba-lomba untuk bisa duduk di kursi kekuasaan dan menjabat di pemerintahan.
Wow, tidak tanggung-tanggung. Di tingkat desa saja, dijumpai dua tiga kali mencalonkan diri sebagai kepala desa, walaupun sering gagal dan tidak terpilih tidak juga kapok mencalonkan diri.
Dalam demokrasi, hal ini adalah pemandangan yang sudah biasa, ketika orang memiliki modal pasti bisa berbuat apa pun, termasuk menjabat di kursi pemerintahan. Gaji lancar tunjangan besar, siapa yang tidak ngiler?
Wajar jika ada usulan dari partai tertentu menginginkan jabatan presiden tiga periode. Karena ganti untung biaya pemilu yang memakan anggaran cukup besar, akan tetapi yang terpilih juga itu-itu saja.
Uang rakyat dihambur-hamburkan demi menyurgakan para oligark. Mereka bebas melenggang mengeruk kekayaan negeri ini dengan kebijakan yang menguntungkan mereka.
Lagi-lagi, ketika para penguasa sidang dan mewakili suara rakyat, justru yang terdengar adalah suara hati kaum oligark. Para oligark yang pastinya berjasa bagi penguasa berdasi, suara rakyat akan ditutup rapat-rapat. Keberhasilan meriayah umat atau mengurusi rakyat jauh dari tujuan mereka.
Dengan demikian, demokrasi yang saat ini menuju pada wajah oligarki, bukanlah sistem ideal yang peduli dan mampu menyejahterakan rakyat.
Keduanya tentu berbeda dengan sistem Islam. Terlebih, Islam hadir memiliki misi memberikan rahmat bagi seluruh alam. Sebagaimana firman Allah SWT,
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia.” (QS Al Anbiya: 107)
Ya, hanya sistem Islam yang mampu menyejahterakan rakyat. Politik Islam akan benar-benar mengurusi rakyat, seperti kebutuhan pokok warga negara dalam bidang pendidikan, kesehatan, layanan umum, serta keadilan bagi warga negara daulah (negara Islam). Dalam pemilihan pemimpin pun tidak menghabiskan dana yang fantastis.
Pun kukum Islam telah terbukti menyejahterakan umat. Ingat peristiwa penolakan pembagian zakat oleh warga daulah ketika dipimpin Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Mereka benar-benar tidak menginginkan zakat dikarenakan memang sudah dicukupkan rizkinya oleh Allah.
Saat itu tidak mungkin diterapkan sistem pemerintahan kapitalisme sekuler yang menyengsarakan seperti saat ini. Pastilah hukum Islam yang diterapkan, sehingga Allah melimpahkan keberkahan dan Allah buka pintu rezeki dari dalam dan atas bumi. Jangankan manusia, hewan pun merasa aman dari musuhnya.
Tanggungjawab negara melindungi warga negara, tanpa membebani rakyat yang berlebihan seperti pajak yang mencekik. Untuk itu, sudah sepantasnya kita sebagai hamba Allah, hamba yang beriman menginginkan suasana kondisi yang menyejahterakan kaum Muslim maupun non-Muslim.
Jangan sampai Allah murka dan menurunkan azab karena tidak mengambil hukum-hukumnya. Kelak Allah akan meminta pertanggungjawaban bagi siapa saja yang mengabaikan bahkan mencemooh hukum Islam, terlebih meninggalkannya.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS Al-A’râf [7]: 96)
Dengan dituntun hukum Allah, jika diterapkan akan ada jaminan rahmatan lil 'alamin, rahmat bagi seluruh alam dan kaum Muslimin seluruhnya di belahan dunia ini.Maka buanglah keraguan dan statement buruk yang mendistorsikan hukum Islam.
Marilah kita pelajari dan amalkan apa yang diajarkan Nabi SAW kepada kita, sehingga terwujudlah Islam sebagai agama sekaligus ideologi bagi kaum Muslim. pun kehidupan Islam kembali, sehingga akan terwujud kesejahteraan dan keadilan untuk umat manusia seperti yang Allah janjikan dalam kitab suci Al-Qur'an.
Oleh: Munamah
(Analis Mutiara Umat)
0 Komentar