Topswara.com -- Tahun 2021 rupanya menjadi tahun yang membahagiakan bagi Wakil Menteri (Wamen). Pasalnya presiden Jokowi mentapkan pemberian uang penghargaan atau bonus kepada Wakil menteri apabila berhenti atau telah berakhir masa jabatannya. Ketentuan tersebut rupanya telah tertuang dalam Pasal 8 Perpres 77/2021 dimana hasil pengubahan atas Perpres Nomer 60 Tahun 2012 tentang Wakil Menteri (Wamen). Adapun bonus yang akan diterima oleh eks wakil menteri untuk satu priode yaitu sebesar Rp580.454.000. (Tagar.id, 30/8/2021).
Bonus yang diberikan tersebut sejatinya melukai hati rakyat. Di tengah karut-marutnya menangani pandemi yang berimbas pada kesulitan yang dirasakan rakyat untuk bertahan hidup. Sejatinya pemerintah sedang mengeluarkan regulasi yang menjamin wakil menteri mendapatkan kompensasi. Namun tidak menjamin kebutuhan rakyat selama pemerintah memberlakukan aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Angka yang terbilang fantastis tersebut tentu mempertontonkan kepada mayarakat bahwa telah terjadi hilangnya sanse of cricis. Bonus yang diberikan tentu bukan angka yang sedikit, padahal negara tercinta ini sedang berjuang melawan pandemi yang tak kunjung usai. Belum lagi ekonomi Indonesia mengalami resesi dari Tahun 2020 lalu. Tentu hal tersebut menjadi tanda tanya besar, di saat pandemi tak kunjung usai, ekonomi yang masih mengalami resesi. Namun pemerintah justru mengeluarkan perpres terkait pemberian bonus untuk eks wakil menteri.
Hal ini juga tentu menguatkan pandangan publik bahwa sejatinya jabatan hanya bagian dari politik balas budi dan politik kekuasaan. Pun kekuasaan saat ini memang sesuatu yang sangat menjanjikan banyak hal.
Dalam sistem Demokrasi yang mengemban kapitalisme hal tersebut menjadi sesuatu yang wajar. Politik dalam sistem ini terbilang berbiaya tinggi, lantaran biayanya cukup tinggi maka mereka hanya akan memfasilitasi pihak-pihak yang berkepentingan dengan mereka.
Sehingga satu sama lain saling menguntungkan kedua belah pihak. Begitupun aturan yang dibuat tidak peduli apakah merugikan rakyat atau tidak. Dalam meraih jabatan juga tidak pandang apakah dengan cara haram ataukah halal. Yang penting mendudiki kursi kekuasaan.
Adapun dalam Islam sejatinya kepemimpinan adalah amanah yang siap untuk dipertanggung jawabkan. Sehingga mereka yang diberi amanah untuk memimpin harus benar-benar menjalankannya dengan sebaik dan semaksimal mungkin. Ma’qil Bin Yasar ra. Berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga atasnya.” (Muttafaqalaih)
Sungguh kepemimpinan atau kekuasaan merupakan sesuatu amanah yang berat. Untuk itu dalam Islam menjadi pemimpin menjadi hal yang tidak didambakan banyak orang. Karena sejatinya mereka harus memastikan diterapkannya syariat Islam serta menjaga dan mengurusi rakyatnya dengan sebaik mungkin.
Jangan sampai rakyat yang dipimpin justru menderita dan mengalami kelaparan. Mereka juga harus membersamakan rakyat baik dalam kondisi sulit maupun lapang. Begitu juga dalam pengeluaran dana dari kas negara harus dikeluarkan untuk kepentingan rakyat, bukan dipergunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Kepemimpinan tersebut dapat kita temukan dalam diri Rasulullah dan para khalifah rasyidah terdahulu, merekalah model terbaik dalam memimpin peradaban. Mereka justru merasa khawatir dan takut apabila selama memimpin ternyata tidak amanah dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Begitu juga dengan kehidupan mereka, senantiasa hidup dalam kesederhanaan jauh sekali dari kemewahan.
Sungguh berbeda dengan pemimpin-pemimpin dalam sistem saat ini. Para pemimpin hidup penuh dengan kemewahan dan fasilitas-fasilitas lainnya, sangat jauh dari kesederhanaan. Tentu kita semua menginginkan dan mendambakan kehidupan yang sejahtera, untuk itu tidakkah kita menginginkan kepemimpina seperti Rasulullah SAW dan para khalifah rasyidah terdahulu?
Pemimpin-pemimpin seperti mereka tentu tidak akan lahir dari sistem yang berasaskan materi. Namun mereka akan dicetak dari sistem yang berasalkan dari sang pencipta Allah SWT yaitu sistem Islam. Karena hanya Islamlah yang mampu melahirkan pemimpin yang amanah dalam menjalakan tugasnya.
Selain itu hanya dalam sistem Islam pula rakyat akan diurus dengan sebaik mungkin. Penerapan Islam juga akan membawa rahmat bagi seluruh alam. Sebagaimana firman Alllah :
“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik dari pada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS Al-Ma’idah : 50)
Juga Allah Firman :
“Tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi alam semesta.” (TQS Al-Anbiya : 107)
Dimana Rasulullah SAW diberikan wahyu berupa Al-Qur’an, sehingga kebaikanlah yang terkandung dalam ajaran-ajarannya.
Wallahu a’lam bishawwab
Oleh: Ratna Sari
(Mahasiswi Bengkulu)
0 Komentar