Topswara.com -- Setiap orang memiliki kecenderungan mencari sosok yang bisa dijadikan idola bagi dirinya. Setidaknya bisa mewakili perasaan, pendapat, keinginan dan cita-citanya. Sang idola juga akan menjadi inspirator bagi orang yang mengidolakannya. Bila kita memperhatikan secara cermat pertumbuhan anak, anak peniru yang ulung. Dia belajar dari apa yang dia lihat dan dia dengar. Menginjak usia remaja, sosok idola tak hanya di dikagumi, juga akan ditiru gaya, penampilan, bahkan perilakunya. Mereka bisa meniru dan bertindak seolah-olah memilki kehebatan seperti apa yang dimiliki tokoh yang mereka kagumi. Bahkan tunduk dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh sang idola.
Mengidolakan sosok tertentu dalam kehidupan adalah sesuatu yang lumrah. Baik sosok di dunia nyata seperti orang tua, guru, ulama, artis hingga sosok fiktif seperti tokoh-tokoh cerita film dan cerita fiksi. Idola pertama anak biasanya adalah figur terdekat, orang tua atau pengasuhnya. Bertambah usia anak, tokoh idola pun mulai bergeser ke figur yang berada di luar keluarga. Di antaranya tokoh-tokoh fiktif semisal superhero.
Bagi seorang anak, idola berperan penting dalam tumbuh kembangnya.
Memiliki idola dapat mendorong anak berkembang secara positif. Jika sang idola misalnya, adalah sosok yang suka menolong. Anak yang mengidolakannya dapat terdorong untuk melakukan perilaku serupa. Masalahnya, tidak semua sosok idola adalah sosok yang ideal. Bagi mereka yang berada di usia remaja, pemilihan idola sering tidak menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang adaptif secara sosial maupun nilai-nilai agama.
Banyak remaja yang mengidolakan tokoh-tokoh yang di mata masyarakat justru merupakan tokoh yang pandangan dan perilakunya dianggap negatif. Misalnya saja pecandu narkoba, pelaku tindak kriminal, mereka yang sering berbuat maksiat dan sebagainya. Ini tentu akan berpotensi mempengaruhi para remaja tersebut untuk berperilaku secara tidak adaptif pula.
Temani Anak Memilih Idolanya
Supaya anak kita bisa meneladani sang idola secara benar, penting bagi orang tua untuk memilihkan atau mengarahkan anak agar bisa mengidolakan tokoh yang memang benar-benar pantas diidolakan. Tokoh ini bisa dijadikan rujukan dalam kebaikan atau menginspirasi kebaikan. Harus diingat, selain bisa memberi dorongan positif tokoh idola juga bisa memberi dorongan negatif. Tokoh-tokoh khayal kepahlawanan dalam film-film yang disukai anak anak hampir semuanya berbau kekerasan. Disinyalir tayangan-tayangan seperti ini berpengaruh terhadap perilaku anak. Berbagai penelitian mengatakan, bahwa cerita-cerita dan tayangan kekerasan mendorong anak yang tidak memiliki kecenderungan bersifat anarkis untuk mencoba dan menirunya, juga dapat menambah kenakalan pada anak yang memiliki kecenderungan sikap anarkis. Kecenderungan anak yang sering terpapar film yang mengandung unsur tindakan anarkis untuk bertindak “nakal” menjadi lebih tinggi daripada anak yang tidak menontonnya.
Siapa idola yang dipilih anak, orang tua perlu memberikan pertimbangan-pertimbangan yang dirasa baik untuk anak. Mau tidaknya anak mendengarkan pertimbangan-pertimbangan yang diberikan orang tua bergantung pada sejauh mana hubungan orang tua dengan anak-anaknya. Dengan perkembangan teknologi saat ini, orangtua dapat menampilkan berbagai sosok yang layak dijadikan idola yang dianggap baik. Yang paling penting dalam penggunaan media, apapun bentuknya, adalah membicarakan isi dan pesan yang disampaikan dari media-media. Misalnya setelah menonton sebuah film mengenai perjuangan seorang tokoh, orang tua dapat berbicara mengenai pentingnya menjadi sosok yang pantang menyerah meskipun sering gagal. Seperti kisah tokoh yang diceritakan dalam film yang ditonton.
Orang tua kadang perlu mengajak anak melihat bagaimana konsekuensi sikap dan perilaku sosok-sosok yang hendak dipilih menjadi idola. Agar anak tidak hanya melihat apa yang tampak dari luarnya saja, tetapi juga latar belakang dan siapa sejatinya tokoh yang diidolakan. Misalnya saja, orang tua dapat menunjukkan bahwa ada tokoh yang tampak sukses dan berhasil dalam karir misalnya, tetapi merupakan kewajiban-kewajibannya sebagai Muslim, atau mengabaikan keluarganya. Tentu ini tak pantas untuk diidolakan. Hal ini akan mendorong anak untuk lebih melihat kedalaman dalam memilih idola dibandingkan hanya sekadar penampakan, penampilan dari luar saja.
Keberadaan idola bisa menjadi motivator bagi anak. Tugas orang tua untuk “memancing” anak mencari kelebihan yang dimiliki sang idola. Jelaslah peran orang tua dalam memberikan arahan yang layak menjadi idola kepada anak sangat penting. Sang idola akan mempengaruhi arah dan cita-citanya.
Rasul dan Para Sahabat Sebagai Idola
Siapa yang menjadi idola anak sangat bergantung pada promosi lingkungan yang diterima anak. Dalam hal ini orang tua dan media memiliki peran yang sangat penting karena dari situlah anak biasanya mengenal Idolanya. Oleh karena itu, di samping meminimalkan pengaruh buruk media, orang tua juga harus sejak dini mengenalkan tokoh-tokoh sangat layak diidolakan seperti Rasulullah SAW, para sahabat dan pejuang Islam.
Bertambahnya usia, anak akan mampu belajar menentukan pilihannya lewat temuannya sendiri, seperti membaca, melihat atau mendengar. Seorang anak dapat mengidolakan Rasulullah SAW dari membaca buku. Apalagi jika diperkuat dengan seringnya mendengar paparan kehidupan Rasulullah SAW melalui cerita orang tua atau guru. Kepada anak harus dikenalkan Rasulullah SAW, para sahabat dan pejuang Islam lainnya. Merekalah yang harus menjadi Inspirasi dan idola anak-anak Islam yang sesungguhnya.
Sejak lama sudah menjadi magnet kuat bagi manusia yang cinta kebenaran. Rasulullah SAW adalah salah satu daya tariknya. Para sahabat menjadikan beliau guru, sahabat sekaligus panutan dalam kehidupannya. Allah SWT menegaskan dengan sangat jelas dalam firman-Nya: “Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Rasulullah SAW telah menginspirasi banyak manusia. Islam yang beliau bawa mampu menjadi sumber keberanian dan motivasi dalam hidup. Karena itu maka banyak dari pengikut Rasulullah SAW yang layak dan pantas kita jadikan idola dalam kehidupan kita. Rasulullah SAW bersabda: “Didiklah anak-anak kalian pada tiga perkara: mencintai nabi kalian, mencintai Ahlul Baitnya dan membaca Al-Qur'an. Sebab orang-orang yang memelihara Al-Qur'an itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya beserta para nabi-Nya dan orang-orang yang suci." (HR. Ath Thabrani)
Belajar dari Generasi Awal
Para sahabat dan ulama salaf sangat suka menceritakan sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW terhadap anak-anak mereka, dengan diselingi materi pelajaran Al-Qur'an. Pemahaman terhadap sejarah kehidupan Nabi SAW diyakini akan memberikan pengaruh kepada pendidikan dan perkembangan jiwa anak. Pemahaman yang baik terhadap kepribadian Nabi SAW akan menumbuhkan rasa cinta anak terhadap pribadi beliau. Kecintaan kepada Rasulullah SAW merupakan wujud kesaksian yang kedua, setelah kepada Allah SWT.
Ada beberapa cerita kepahlawanan yang bisa kita kenalkan kepada anak. Antara lain adalah Khalid bin Walid. Beliau adalah mantan panglima perang kafir Quraisy ketika memukul mundur pasukan kaum Muslim di Perang Uhud. Ternyata kemudian ia terpesona dengan Islam. Islam lalu mengubah dirinya dari sosok yang jahat menjadi baik di jalan kebenaran Islam.
Ada Usamah bin Zaid, seorang pemuda, putra dari Zaid bin haritsah (anak angkat Rasulullah SAW). Pada usianya yang baru 18 tahun sanggup menjadi jenderal tentara pasukan Rasulullah SAW. Ia berjaya menaklukkan tentara Romawi. Ketika itu, diantara yang dipimpin adalah para sahabat senior seperti Abu Bakar Siddiq, Umar dan sebagainya. Usamah bin Zaid adalah seorang pemberani. Ahlaknya sungguh mulia. Lemah lembut. Pada siang hari bagaikan singa yang berjuang. Pada malam hari menangis di hadapan Tuhannya.
Ada pula Muhammad al-Fatih. Pada usianya yang masih 21 tahun berhasil memimpin pasukan menaklukkan kota Konstantinopel . Kemenangan ini seolah sebagai pembuktian dari ucapan Rasulullah SAW 600 tahun sebelumnya. “Pasti akan ditaklukan Konstantinopel. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang menaklukkan Konstantinopel dan sebaik-baik pasukan adalah pasukan itu”.
Ada lagi Thariq Bin Ziyad. Seorang pahlawan Islam yang menaklukkan daratan Spanyol. Dengan keyakinannya pada pertolongan Allah dan semangat jihad yang membara, ia membakar kapal-kapal yang telah membawa pasukannya dari daratan Afrika agar mereka tidak punya pikiran untuk melarikan diri. Ia berkata, “Wahai pasukanku, di belakang kita lautan. Tiada jalan lagi untuk lari. Di hadapan kita kemenangan atau syahid menanti.
Masih banyak sosok lain dalam sejarah peradaban Islam yang pantas untuk dijadikan teladan dan idola. Dengan mengenalkan sosok, kehidupan dan perjuangan mereka pada anak-anak, insya Allah mereka akan menjadi idolanya. Suatu saat, cepat atau lambat, anak-anak kita juga akan berusaha seperti mereka. Inilah sosok idola yang sebenarnya, bahkan boleh dibilang superhero sejati, karena semua itu adalah sosok yang nyata. Bukan rekaan atau khayalan.
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Kita di akhirat akan berada bersama orang yang kita cintai.” Wallahu a’lam[]
Oleh: Zulia Ilmawati, S.Psi.
(Pengasuh Rubrik Konsultasi Tabloid Media Umat)
Sumber : Majalah Al Wa'ie edisi Februari
0 Komentar