Topswara.com-- Siang itu langit begitu cerah, namun angin berhembus kencang. Dalam kondisi seperti ini biasanya jaringan di salah satu dusun bagian utara Desa Pakis Baru tidak stabil. Padahal siang ini calada agenda yang sangat penting, dan sayang untuk dilewatkan. Acara Tinta Intens ke-6 The Power of Journalist yang diadakan TintaSiyasi.com berlangsung di YouTube TintaSiyasi Channel, Ahad, 29 Agustus 2021.
Kondisi masih isolasi mandiri karena terpapar Covid-19 memang membuat gerak terbatas, apalagi lokasi isolasi berada di rumah almarhum eyang. Rumah yang terletak di tengah kebun, dikelilingi oleh pohon-pohon besar menyebabkan jaringan provider agak bermasalah. Andai bisa masuk ke room zoom kemungkinan terlempar sangat besar.
Sebelum azan zuhur berkumandang sudah mulai menyusun beberapa rencana supaya bisa mengikuti acara dengan lancar. Opsi pertama, menggabungkan beberapa provider, supaya jaringan kuat. Opsi kedua, memanjat pohon, sehingga posisi lebih tinggi sejajar tower dengan begitu jaringan akan stabil.
Tak ingin membuang waktu, akhirnya mulai menghubungi anak-anak yang bisa dimintai tolong agar mencarikan kartu baru untuk mem-back up data selama acara berlangsung. Qadarullah anak-anak sedang ada agenda semua. Maklum hari Ahad, jadi mereka memanfaatkan momen liburan untuk berburu ilmu.
Mau tidak mau harus memilih opsi kedua, memang agak ekstrim apalagi kondisi memakai jilbab pasti prosesnya tidak mudah. Namun, harus meyakinkan diri untuk tetap optimis semoga Allah memudahkan.
Selepas shalat zuhur mulai memilih pohon yang bisa dijadikan "markas" sementara, selama acara berlangsung. Akhirnya pilihan jatuh pada pohon kelengkeng yang tumbuh di lahan atas rumah. Pohon ini cocok untuk tempat duduk, karena pohonnya tidak terlalu tinggi, kurang lebih setinggi lima meteran, namun batang dan rantingnya banyak.
Ketika acara dimulai, mencoba bergabung di room zoom, sembari berharap semoga ada titik yang jaringannya kuat, sehingga tidak harus sampai memanjat. Namun sesuai prediksi awal beberapa kali terlempar, sempat bertahan di room tetapi tidak bisa mendengar apa-apa.
Mau tidak mau memang memanjat pohon alternatif terakhir. Dengan semangat empat lima, akhirnya mulai memanjat pohon dengan perlahan. Alhamdulillah menemukan dahan yang lengkung dan dikelilingi ranting jadi bisa untuk duduk sembari berpegangan. Sambil mencari posisi yang pas, sekalian mengirim pesan ke grup "Naik pohon dulu, Alhamdulillah sekarang jelas".
"Masyaallah, hati-hati jatuh," pesan Om Joy, pengasuh media TintaSiyasi.Com di grup WhatsApp Reporter Tinta Media Top.
"Kalau enggak bisa naik pohon, naik apa mbak?" tanya Dewi editor TintaSiyasi.com media mengirimkan pesan.
"Naik atap tidak mungkin, di sini paling mungkin ya pohon," balasku.
"Biasanya naik tower," sambung Munamah salah satu Koordinator Liputan di TintaSiyasi.Com.
"Isolasi adinda, belum dilepas ini, jadi muter di rumah tengah kebun saja," jawabku.
Setelah membalas pesan Munamah seketika pandangan mengarah ke atas. Deg, jantung berdetak kencang, asli langsung terkejut sehingga tidak berani bergerak. Ternyata di atas ada sarang lebah.
"Ya Allah, kenapa tidak lihat dari tadi," batinku.
Mau turun jelas kepalang tanggung, belum lagi kalau mereka merasa terusik pasti ngamuk. Mata ini seolah tak mau lepas dari posisi sarang itu berada, sembari terus berdoa.
"Ya Allah, tolong hamba, sesungguhnya lebah itu makhluk-Mu, tolong jinakkan ya Allah. Insyaallah hamba sedang tidak bermaksiat, hamba hanya ingin menuntut ilmu ya Allah, ingin bisa menambah pengetahuan tentang dunia jurnalistik ya Allah, semoga nanti hamba bisa menuliskan berita dan opini yang bisa mencerahkan umat ya Allah," doaku.
Sembari menyimak pembahasan dari Ustaz Farid Wadjdi, narasumber yang juga Pemimpin Redaksi Tabloid Media Umat. Bibir ini terus melafalkan doa, semoga pasukan lebah tidak terusik karena keberadaanku.
"Ternyata ada sarang lebah," kukirim pesan dan foto ke grup.
"Ini sambil berdoa semoga lebahnya jinak, ya Allah bisa bengep kalau mereka terusik," kataku di grup.
Jujur saya takut bergerak, pertama takut nyungsep, kedua takut pasukan lebah mengamuk.
"Ya Allah, semoga mbak Sri aman senantiasa dari gangguan lebah dan makhluk Allah lainnya. Aamiin," Om Joy pun membalas pesan di grup.
"Mba Sri bantu cari quotes" pesan mba Ika Mawarningtyas, Pemimpin Redaksi TintaSiyasi.com.
"Saya SS (skrinsut) wae deh," kukirimkan pesan kembali.
Berusaha menetralkan detak jantung sembari mencatat quote di note. Berusaha mengabaikan keberadaan pasukan lebah, menganggap mereka tidak ada. Semoga usaha ini bisa meredakan rasa takut yang menyapa.
Jujur lebah itu imut, namun aku selalu tidak tahan dengan sengatannya, bisa bengkak berhari-hari jika sampai tersengat.
Sungguh bertahan dua jam dalam kondisi tidak bergerak dan merasa was-was itu sangat tidak menyenangkan. Kaki kram, punggung panas karena bersandar di dahan tanpa bisa berganti posisi.
Namun, materi luar biasa yang dipaparkan narasumber ternyata bisa mengalahkan segala rasa tidak nyaman yang menyapa.
Menyimak materi sembari mencatat poin-poin penting, mengirimkan quote-quote yang sekiranya diperlukan oleh tim meme.
Angin mulai berhembus sepoi-sepoi tidak sekencang sebelum waktu zuhur tadi. Andai tidak ada pasukan lebah di atas, pasti ini akan menjadi momen yang menyenangkan bisa bersandar di dahan pohon sembari menikmati angin sepoi-sepoi dan menyimak pemaparan materi yang isinya daging semua.
Selain itu, bisa berpindah dari dahan yang satu ke dahan yang lain. Namun karena keberadaan salah satu makhluk Allah yang suka sekali dengan nektar dan suka menyengat, maka diam dan tetap berada di posisi awal adalah pilihan terbaik.
Alhamdulillah tak terasa dua jam terlewati, acara berjalan lancar, apalagi di pandu oleh host Lukman Indra Bayu yang pembawaannya kocak dan mampu menghidupkan suasana. Rasa ngantuk pasti akan berlari menjauh.
Perjuangan berlanjut, karena harus turun dengan hati-hati supaya tidak mengusik penghuni lama. Qadarullah, kaki kram, sehingga susah bergerak. Terpaksa harus meluruskan kedua kaki sejenak, supaya aliran darah lancar. Sembari mengedarkan pandangan, mencari sengaja jika pasukan lebah terusik dan mengamuk.
Pilihan jatuh pada daun Kaliandra, kalau bisa bergerak cepat dan memetiknya, itu bisa jadi senjata andalan untuk mengusir lebah dan melindungi kepala serta wajah.
Setelah merasakan kondisi kaki mulai membaik, perlahan mulai bergerak turun. "Ya Allah semoga mereka tidak bangun," gumamku dalam hati.
Sembari menahan nafas, dan meminimalisir gerakan, mulai beranjak dari "markas" sementara.
Begitu kaki menginjak tanah, berjingkat dengan segera, sandal pun akhirnya dijinjing tidak sempat memakai. Setelah agak jauh dari pohon segera berlari menuju rumah. Alhamdulillah pasukan lebah tidak mengamuk, bahkan tidak terusik. "Terimakasih atas pertolongan dan perlindungan-Mu ya Allah" gumamku.[] Sri Purwanti
0 Komentar