Topswara.com-- Pasangan yang memilih jalan child free atau bebas dari anak dinilai Pengamat Sosial Politik Iwan Januar tak akan bisa merasakan kebahagiaan, betapa luar biasanya mencium bayi di pagi hari.
“Mencium bayi di pagi hari sambil menghirup aroma mulutnya itu suatu kebahagiaan yang incredible,” tuturnya kepada Topswara.com, Selasa (3/8/2021).
Iwan mengatakan, meskipun punya anak itu pilihan, namun setiap orang tentu ada pertimbangan mengapa ingin punya anak, atau tidak punya anak. “Secara naluriah sebenarnya setiap orang senang dengan kehadiran anak. Lucu, menggemaskan, dan jadi teman jalan-jalan atau bercerita yang asyik,” ujarnya.
Maraknya pasangan child free, menurutnya, karena punya anak membawa konsekuensi. “Pengasuhan dan pendidikan tentu saja ada cost-nya. Apalagi hidup di era kapitalisme yakni berlaku no free lunch, biaya untuk anak-anak itu bisa amat high cost! Negara tidak mau ambil peduli dengan kondisi anak-anak. Lapangan bermain digusur jadi mall, perkantoran, atau apalah yang beri profit dan pajak. Kesehatan harus berbayar, pendidikan berbayar, dan tak ada jaminan hidup untuk warga meski mereka dipaksa bayar pajak,” ungkapnya.
“Di sisi lain, bisa jadi ada pasangan yang tidak mau direpotkan dengan kehadiran anak. Mereka ingin fokus pada aktivitas masing-masing, keberduaan, dan happy berdua. Ada juga yang merasa tak sanggup memikul tanggung jawab moral andai punya anak. Khawatir tidak bisa membahagiakan mereka, gagal jadi orangtua, tidak fokus membagi waktu antara pekerjaan dengan anak,” tambahnya.
Namun, Iwan mengatakan, bagi kaum Muslimin, pernikahan bukan hanya sekadar pengikat cinta, tapi juga amal shalih. “Jatuh bangunnya suami-istri dalam world of marriage bernilai pahala. Lelahnya ayah bunda mengasuh dan mendidik anak, termasuk segenap biaya yang keluar, adalah investasi untuk di akhirat,” pungkasnya. [] Achmad Mu’it
0 Komentar