Topswara.com -- Permasalahan silih berganti menghampiri negeri yang subur dan kaya dengan hasil sumber daya alamnya. Sudah seharusnya seluruh rakyat negeri ini bisa menikmati kekayaan alamnya, pendidikan gratis, jaminan kesehatan yang memadai, bahkan tercukupi sandang, pangan, dan papan.
Namun sayang seribu sayang kekayaan itu justru tidak bisa dirasakan oleh rakyat karena berada dalam genggaman para kapital. Bahkan ketika kondisi terpuruk akibat pandemi, rakyat tetap harus berjuang sendiri. Ketika pemilik kebijakan menyerukan untuk tetap tinggal di rumah demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19, mereka harus tetap keluar demi sesuap nasi.
Kebijakan yang ada pun seolah enggan berpihak kepada rakyat. Ketika pandemi masih menghantui, pemerintah justru mengeluarkan kebijakan yang menjadi blunder.
Jika ditelisik lebih jauh, semua ini tidak lepas dari sistem yang diadopsi negeri ini. Sistem kapitalis yang menekankan pada untung rugi, sangat berpengaruh terhadap arah kebijakan yang diambil.
Masalah demi masalah timbul setiap mengeluarkan kebijakan, bukan menjadi solusi justru timbul masah baru. Mulai dari obat, vaksin, bahkan kebijakan PPKM. Seharusnya itu semakin emakin membuka mata kita bahwa semokrasi kapitalis tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah dengan tuntas.
Buruknya pelayanan kepada umat dalam bidang kesehatan saat ini adalah representasi dari bobroknya penerapan sistem batil yaitu sistem sekuler kapitalis. Sistem yang menuhankan materi ini, sejatinya tidak layak lagi dipertahankan. Sekalipun saat ini teknologi telah modern, nyatanya tidak ada sistem kesehatan yang mampu memberikan pelayanannya secara optimal, terlebih pada orang-orang golongan ekonomi bawah.
Berbeda dengan sistem Islam cukup simple tidak berkepanjangan seperti saat ini. Mengapa demikian? karena Islam punya sistem yang disebut dengan hukum syara’ yang berasal dari Al-Quran dan sunah, Ijmak sahabat dan qias. Hukum dalam Islam itu wajib dipatuhi karena akan menyelamatkan manusia tidak hanya dunia tapi hingga akhirat. Seperti pandemi saat ini cukup sebetulnya cukup sederhana penanganannya, karena setiap masalah yang timbul Islam sudah siapkan cara menyelesaikannya secara hakiki.
Dalam Islam ketika terjadi pandemi seperti saat ini nyawa umat lebih penting dari kebutuhan lain. Khalifah sebagai kepala negara akan mengambil kebijakan menutup wilayah yang terkena pandemi (lockdown), masyarakat dari daerah yang tidak terpapar dilarang mendekati wilayah yang terjangkit. Demikian juga warga dari wilayah pandemi dilarang keluar. Semua kebutuhan mereka dipenuhi oleh negara. Khalifah menyediakan rumah sakit telah memberikan jaminan dan ketenangan terhadap seluruh lapisan masyarakat. Para pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan diberi makanan dan obat-obatan secara gratis, bahkan setelah sembuh mereka dibekali kebutuhan pokok untuk memastikan pemulihan berjalan baik.
Wilayah yang aman tetap beraktivitas seperti biasa sehingga bisa menopang daerah yang terkena pandemi. Dengan metode seperti itu perekonomian akan tetap stabil, sementara pandemi bisa segera diatasi.
Hal ini terlihat seperti pada rumah sakit umum yang bernama Bimaristan al-Mansuri yang didirikan di Kairo pada tahun 1283. Rumah sakit tersebut mampu mengakomodasi 8000 pasien. Jumlah ini sangat besar pada masanya. Contoh lain yang terjadi di Kota Baghdad, kota tersebut memiliki 60 rumah sakit dan memiliki lebih dari 1000 dokter dengan pasien rawat inap maupun rawat jalan. Semua sanggup dibiayai negara sebab sumber fiskal dalam Islam berbasis baitul maal. Untuk pembiayaan layanan kesehatan, negara dapat mengambil dana pos kepemilikan umum baitul maal yang sumbernya diperoleh dari pengelolaan kekayaan alam.
Maka akan sangat mungkin jika pandemi saat ini ditangani oleh rumah sakit dengan sistem kesehatan di bawah naungan khilafah Islam. Dimana rumah sakit tetap aman menangani pasien Covid-19 sesuai prosedur kapasitas kesehatan. Karena penanganan seluruh pasien akan menjadi tanggung jawab negara secara keseluruhan.
Wallahu a'lam bishshawab.
Oleh: Marsitin Rusdi
(Praktisi Klinis )
0 Komentar