Topswara.com -- Sistem kapitalis kental dengan aturan buatan manusia. Sistem yang lebih mengedepankan kemajuan bidang ekonomi. Sistem ini memiliki azas manfaat, sehingga segala sesuatunya selalu dinilai dari untung dan rugi.
Sesuai fakta di Indonesia saat ini sebagai pelaku sistem kapitalis. Negeri ini bermimpi dapat maju sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya naik dalam kondisi wabah. Padahal pandemi yang terjadi membawa dampak luar biasa terhadap pengaruh pertumbuhan ekonomi.
Untuk menuju negara maju maka ada ukuran peningkatan perekonomian, karena mereka berfikir sektor ekonomi menengah yang mereka tumpu, faktanya kelas menengah ke bawahlah yang bisa mendongkrak ekonomi.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan untuk bisa lepas dari jebakan negara pendapatan kelas menengah (middle income trap), pertumbuhan ekonomi Indonesia harus bisa mencapai 6 persen pada 2022 mendatang. Bila itu bisa dicapai, ia yakin Indonesia bisa naik kelas menjadi negara maju pada 2045.
"Pemulihan ekonomi pasca Covid-19, kami berharap kalau kita bisa based pada 2022 dengan tingkat pertumbuhan 6 persen, maka trajectory (tren pertumbuhan ekonomi) yang panjang tadi (tanpa krisis) bisa kembali lagi pada 2029, "Ujarnya.
Sungguh ironis, seharusnya fokus negara adalah menyelesaikan oandmei secepatnya, sehingga semua lini kehidupan akan ikut membaik. Naum ternyata mereka justru sibuk memperbaiki ekonomi bahkan dengan menambahkan utang ribawi.
Jika kita lihat upaya penyelamatan ekonomi tersebut bukan untuk rakyat, namun untuk para kapital. Di tengah pandemi yang tak kunjung usai, kehidupan masyarakat karut marut bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun mereka kesulitan. Namun ternyata negara justu melakukan blunder dsngan menambah utang. Keputusan yang akan semakin mengokohkan cengkraman asing terhadap negeri ini.
Jika kita renungkan, ada banyak hal yang perlu dipelajari tentang hijrahnya Rasulullah SAW Sehingga semangat bulan Muharram bukan sekadar menilai perubahan pada nilai ekonomi atau diri sendiri saja. Namun bagaimana memaknai hijrah yang sesungguhnya termasuk yang berkaitan dengan penanganan pandemi.
Sebagaimana kita tahu, kebijakan untuk menangani pandemi di negeri ini terkesan tambal sulam. Hal itu terjadi karena sistem kapitalis yang diadopsi negeri ini selalu melihat segala sesuatu berdasarkan untung dan rugi. Sehingga ketika menangani pandemi masalah ekonomi selalu menjadi prioritas.
Berbeda dengan Islam, khalifah selaku pengayom umat, akan mengambil kebijakan tepat. Penutupan wilayah secara total supaya pandemi tidak meluas, cara ini terbukti efektif sehingga pandemi segera diatasi.
Jika kita berharap pandemi segera berlalu, sudah semestinya segera hijrah meninggalkan sistem yang telah terbukti gagal menyelesaikan pandemi. Beralih ke sistem Islam yang terbukti mampu menjadi solusi. Sehingga Indonesia bisa menjadi negeri yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur.
Wallahu a’lam bisshawab
Oleh: Marsitin Rusdi
( Praktisi Klinis )
0 Komentar