Topswara.com-- Ilmuwan Muslim Bidang Biologi Molekuler dan Inspirator Hijrah Nasional Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Ph.D. menuturkan, ia bertahan dalam hijrah karena doa orang tua dan memiliki teman-teman pilihan.
“Pertama, doa dari orangtua. Kedua, wasilah berupa teman-teman pilihan,” ujar Pak Ahmad, sapaan akrabnya dalam acara Live Streaming: Hijrah Bareng-Bareng yang diselenggarakan Komunitas Pecinta Hijrah, Rabu (11/08/2021).
Selama tujuh belas tahun di Amerika Serikat yang dikenal sebagai jantungnya liberalisme, Pak Ahmad mengungkapkan dua hal itu yang membuat bisa bertahan dari gempuran liberalisasi.
Pak Ahmad menjelaskan, ada dua teman yang menjadi wasilah menjaganya. “Pertama, teman dari Maghrib yang berpesan pentingnya ke masjid, ‘Bahwa orang yang mendapatkan naungan kelak di akhirat adalah orang yang rajin ke masjid’,” tuturnya mengingat pesan sahabatnya.
“Kedua, Mas Karebet yang dulu pernah memberikan buku berjudul Jalan Menuju Keimanan. Buku itu sangat logis. Amerika itu yang namanya intelektual, pertarungan intelektualnya luar biasa. Jadi kita tidak bertarung fisik, tapi di sini di antara dua telinga,”
Selama ia menjadi seorang ilmuwan, ia meyakini, agama adalah bekal akhirat. “Antara profesi keilmuan dan agama yang diyakini, agama ini adalah bekal saya untuk akhirat,” tuturnya.
Pak Ahmad menyatakan, harus paham bagaimana mendudukkan ilmu. “Jangan sampai kita seakan dikotomi. Kalau dikotomi itu enggak akan nyaman, perspektif yang split itu,” ujarnya.
“Agama itu sebagai pribadi. Islam itu enggak akan hilang dari bumi, tapi tidak ada yang akan menjamin Islam masih ada di tempatnya Ahmad Utomo,” tegasnya.
Ia mengatakan, harus benar-benar diingat saat mau pindah ke mana pun untuk mempertanyakan apakah tempat yang baru tersebut akan mengakomodasinya untuk mampu menjaga agama Islam. “Ke mana pun di dunia ini, pilih tempat di mana itu akan bagus buat agamamu,” ungkapnya mengingat pesan seorang sahabatnya.
“Apakah ada ruang di situ agama saya bisa berkembang. Saya tidak harus memilih agama saya atau profesi,” pungkasnya.[] Reni Tri Yuli Setiawati
0 Komentar