Topswara.com -- Dokter Ortopedi dr. Asa Ibrahim Zaenal Asikin, Sp.OT mengungkap, dampak buruk obesitas pada kesehatan dimulai dari kerusakan sendi secara progresif, resiko terkena diabetes (dan komplikasinya), hipertensi, stroke, dan penyakit jantung.
“Dampak obesitas yang pertama mengalami kerusakan sendi pada kaki (osteoarthritis), terutama pada sendi lutut,dan semakin tinggi BMI nya, semakin cepat pula kerusakan sendi lututnya,” tuturnya dalam laman twitter pribadinya @asaibrahim, Rabu (28/10/2020).
Ia mengatakan, gejala dari kondisi osteoarthritis (OA) yang pertama, adalah nyeri untuk digunakan jalan dan beraktivitas, nyeri jika ditekuk, kaku, bahkan pada tahap akhir sampai tidak bisa jalan lagi karena sangat nyeri dan otot melemah.
“Semakin obese, semakin cepat rusak, apalagi jika obese terjadi pada usia muda. Jika obesitas terjadi pada usia muda, akumulasi kerusakan sendi akibat beban yang berlebih akan jauh lebih cepat. Yang biasanya usia 60-70 baru rusak, sekarang banyak di usia 40-an lututnya sudah rusak, sulit jalan, ngapa-ngapain sakit, akhirnya males gerak yang berakibat tambah obese. Ibarat lingkaran setan,” terangnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, kedua, low back pain (LBP)/nyeri punggung bawah. “Lara boyoklah basa jawane, Gaes. Dari meta analisis (penelitian pada level yg paling tinggi) menemukan bhwa semakin tinggi BMI, smakin obese, akan berakibat episode LBP yang lebih sering,” paparnya.
Ia mengungkapkan, seperti pada sendi lutut, di tulang belakang terdapat berbagai macam sendi yang menghubungkan ruas ruang tulang belakang, sehingga semakin besar beban yang diterima, semakin cepat rusak, dan kerusakan pada sendi-sendi tersebut bisa mengakibatkan nyeri punggung sampai dengan saraf terjepit.
“Pada obesitas di usia muda, angka kejadian/episode serangan LBP meningkat secara signifikan. Dan menurut penelitian lain, LBP pada pekerja bisa sangat menurunkan produktivitas kerja. Ya gimana mau kerja, ke sana dikit sakit, ngangkat sakit, duduk lama sakit, rebahan terus deh, jadi ga produktif,” terangnya.
Jadi buat teman-teman semua, pesannya, dengan menghindari kondisi obesitas pada usia muda, kita bisa cenderung terhindar dari kondisi LBP yang mengurangi produktivitas. Dan jangka panjangnya (saat usia lanjut), bisa mengurangi resiko kerusakan sendi-sendi punggung dan saraf terjepit.
Ia pun memaparkan, ketiga, masalah dan penyakit pada pembuluh darah. “Kondisi obesitas akan meningkatkan risiko penyakit hipertensi, serangan jantung, gagal jantung, dan stroke. Nah loh, udah persis banget kayak akibat rokok kan?” ungkapnya.
Ia mengkonfirmasi bahwa kondisi obesitas juga menurunkan kesuburan baik pada pria dan wanita, menurunkan angka sperma, bisa menyebabkan impoten, pada wanita resiko penyakit kista ovarium yang menyebabkan sulit punya anak, serta risiko keguguran yang lebih tinggi.
“Kondisi obesitas juga menyebabkan dampak psikologis akibat banyaknya stigma dan peningkatan diskriminasi terkait dengan kondisi obesitasnya, terutama pada wanita, baik saat sekolah maupun kerja. Kondisi depresi juga meningkat, terutama (juga) pada wanita dan obesitas pada usia muda,” pungkasnya. [] Alfia Purwanti
0 Komentar