Topswara.com -- Membahas manfaat Neuro Linguistic Programming (NLP) dalam dakwah, Co-Founder The Art of Dakwah (AOD) Ustaz Abdullah Ramli mengatakan bahwa NLP adalah salah satu tool (alat, red) untuk memprogram otak.
“Kalau di dakwah, karena temanya adalah NLP for Dakwah, ini juga adalah salah satu tool bagaimana kita bisa memprogram otak orang lain,” tuturnya dalam Dakwah Kajian Online Majelis Gaul NLP Practioner for? di kanal YouTube Majelis Gaul, Selasa (1/6/2021).
Ia menjelaskan bahwa NLP adalah salah satu bagian dari ilmu komunikasi yang mengedepankan cara menyusun kata-kata untuk memprogram otak. Ia menambahkan, dalam ilmu otak ada dua cara untuk men-setting otak. Pertama, hipnosis, memprogram otak melalui pikiran bawah sadar. Kedua, NLP yakni memengaruhi orang lain dalam keadaan sadar.
"Ini salah satu bagian dari ilmu komunikasi yang dia itu lebih mengedepankan bagaimana kita menyusun kata-kata yang diprogram untuk otak kita, Neuro Linguistic Programming, seperti itu,” jelasnya.
Ustaz Ramli juga menambahkan, NLP adalah tool dan sifatnya netral, tidak terpengaruh oleh akidah atau ideologi tertentu. Selain itu, NLP juga bisa digunakan untuk kebaikan ataupun keburukan. Sehingga NLP juga bisa digunakan untuk menyesatkan orang lain.
"Nah, karena ini tool, maka banyak banget orang-orang yang menjadikan tool ini menjadi alat penyesat orang lain," tambahnya.
Ia mengatakan, dalam kehidupannya, umat Islam mempunyai Allah dan Al-Qur'an yang menjadi solusi atas setiap persoalan. Artinya setiap permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan, bisa merujuk pada Al-Qur'an, selesai. Sehingga jika seorang Muslim ingin mendapatkan kebahagiaan hakiki, maka cukup kembali kepada Allah, taat kepada Allah, membaca dan memahami Al-Qur'an, serta memahami Islam.
“Jadi framenya itu adalah kalau kita Muslim, kalau hidup kita mau bahagia, maka cukup kembali kepada Allah, taat kepada Allah, buka Al-Qur'an, pahami Al-Qur'an, pahami Islam, itu adalah kebahagiaan. Itu kebahagiaan berdasarkan Islam. Dan itu adalah kebahagiaan hakiki,” katanya.
Ia memaparkan bahwa hakikat manusia adalah mencari kebahagiaan dalam hidupnya. Hanya saja bagi orang kafir atau non-Muslim, yang mereka tidak pernah mengenal dan mempelajari Islam dan Al-Qur'an, mereka harus melakukan penelitian untuk menemukan kebahagiaan. Dan NLP practioner ini ditemukan sebagai tool untuk mencari kebahagiaan.
“Cuma sayangnya, orang-orang yang tidak pernah mengenal Islam, itu mereka menemukan kebahagiaan, itu banyak cara yang mereka lakukan termasuk salah satunya ditemukanlah bagaimana caranya the NLP practioner ini. Ini adalah satu tool untuk menemukan kebahagiaan,” paparnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa salah satu ciri khas manusia adalah naluri untuk menyucikan sesuatu (gharizah tadayyun), yaitu naluri untuk menyembah sesuatu. Naluri yang menunjukkan manusia membutuhkan adanya Tuhan. Sifat gharizah tadayyun ini membutuhkan pemenuhan. Namun jika tidak dipenuhi tidak akan menyebabkan kematian secara langsung.
Lebih lanjut, katanya, proses pemenuhan gharizah tadayyun dalam Islam telah diselesaikan melalui perjalanan akal dalam menemukan Sang Pencipta (Thariqul Iman). Setelah itu akal akan membimbing bahwa Islam telah mengatur manusia dengan aturan tertentu. Bahwa Tuhan yang benar hanyalah Allah SWT. Sehingga seorang Muslim bisa beribadah dengan benar dan mendapatkan ladzatur ruhiyah (kelezatan ruhiyah, kebahagiaan). Bahwa binatang yang boleh dimakan hanyalah binatang yang halal yang disembelih dengan menyebut lafaz basmalah. Juga, cara menyalurkan gharizah nau’ (naluri untuk melestarikan jenis) yang benar hanyalah dengan menikah.
“Maka akal kita akan membimbing bahwa Islam telah mengatur, bahwa Tuhan yang benar adalah Allah SWT. Nah, itulah yang akan mem-framing diri kita kalau mau makan binatang, binatang itu harus disembelih dengan (mengucap) lafaz basmalah. Kalau menyalurkan gharizah nau, maka caranya dengan menikah,” ungkapnya.
Ia menuturkan, NLP akan memperkuat akal dalam memahami Islam dan Al-Qur'an. Sehingga orang-orang yang belajar NLP terkait bahasa Al-Qur'an, mereka akan lebih cepat beriman. Tak lain, karena Islam adalah agama yang paling masuk akal.
“Makanya, harusnya orang-orang yang belajar NLP itu ketika mereka belajar terkait bahasa Al-Qur'an, mereka akan lebih cepat berimannya. Kenapa? Karena agama yang paling masuk akal adalah Islam, Al-Qur'an,” tutupnya.[] Nurwati
0 Komentar