Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Cinta dan Benci karena Allah (Bagian Empat)


Topswara.com -- Ath-Thabrâni telah mengeluarkan hadis melalui isnad yang hasan, dengan para perawi yang terpercaya, dari Zaid bin Tsabit bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Allah tidak akan berhenti memenuhi kebutuhan seorang hamba selama ia berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya."

Disunahkan menemui orang yang dicintai dengan menampakkan perkara yang disukainya untuk menggembirakannya. Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh ath-Thabrâni dalam kitab ash-Shâgir dengan isnad hasan dari Anas, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang menemui saudaranya yang Muslim dengan menampakkan perkara yang disukainya karena ingin membahagiakannya, maka Allah akan memberikan kebahagiaan kepadanya di hari kiamat.

Begitu juga disunahkan seorang Muslim menemui saudaranya dengan wajah yang berseri-seri. Hal ini didasarkan pada hadis yang telah diriwayatkan Imam Muslim dari Abû Dzar, ia berkata Rasulullah SAW bersabda:

"Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun, walau sekadar bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri-seri."

Hadis riwayat Ahmad dan at-Tirmidzi, ia berkata hadis ini hasan shahih dari Jabir bin Abdillah, ia berkata Rasulullah SAW bersabda:

"Setiap kebaikan adalah shadaqah. Dan termasuk kebaikan adalah jika engkau bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri-seri dan jika engkau menuangkan air dari ember timbamu pada bejana saudaramu."

Hadis yang telah diriwayatkan oleh Ahmad, Abû Dawud, at-Tirmidzi, dan an-Nasâi dengan isnad hasan, diriwayatkan pula oleh Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya dengan lafaz miliknya, ia berkata, "...Abû Jara al-Hajimi telah menceritakan kepadaku, ia berkata, 'Aku mendatangi Rasulullah SAW dan aku berkata, 'Ya Rasulullah, sesungguhnya kami adalah suatu kaum dari penduduk pedalaman. Ajarkanlah kepada kami sesuatu yang dengannya Allah akan memberi manfaat kepada kami!' maka Rasulullah SAW bersabda,

'Janganlah engkau menyepelekan kebaikan sedikit pun meski sekadar menuangkan air dari ember timbamu ke bejana orang yang meminta air, dan meski sekadar berbicara dengan saudaramu dengan wajah yang berseri-seri. Janganlah mengulurkan kain sarungmu karena hal itu termasuk kesombongan dan tidak disukai Allah. Apabila ada seseorang mencaci makimu dengan perkara yang ada pada dirimu, maka janganlah membalas dengan mencaci makinya dengan perkara yang ada pada dirinya. Karena pahalanya bagimu dan bencananya bagi orang yang mengatakannya."

Disunahkan seorang Muslim memberikan hadiah kepada saudaranya, berdasarkan hadis Abû Hurairah yang dikeluarkan oleh al-Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad, Abû Ya’la dalam Musnad-nya, an-Nasâi dalam al-Kuna, dan Ibnu Abdil Bar dalam kitab at-Tamhîd. al-Iraqi berkata, “Hadis ini sanadnya baik.” Ibnu Hajar berkata dalam kitab al-Talkhish al-Habir, “Sanadnya hasan”, ia berkata Rasulullah SAW bersabda,

"Kalian harus saling memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai."

Orang yang diberi hadiah disunahkan menerima hadiah yang diberi saudaranya dan membalasnya. Dasarnya adalah hadis ‘Aisyah riwayat al-Bukhâri, ia berkata,

"Rasulullah SAW pernah menerima hadiah dan membalasnya."

Juga berdasarkan hadis Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abû Dawud, an-Nasâi, ia berkata Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa yang meminta perlindungan karena Allah, maka lindungilah ia. Dan barangsiapa meminta kepada kalian atas nama Allah, maka berilah ia. Dan barangsiapa meminta keamanan karena Allah, maka berikanlah keamanan kepadanya. Barangsiapa yang memberikan kebaikan kepada kalian, maka balaslah dengan yang setimpal. Apabila kalian tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, maka berdoalah untuknya, hingga kalian mengetahui bahwa kalian telah membalasnya dengan sepadan."

Hadiah ini adalah hadiah di antara orang-orang yang bersaudara. Tidak ada kaitannya dengan hadiah dari rakyat kepada penguasa. Karena hadiah kepada penguasa diharamkan sebagaimana halnya suap-menyuap. Termasuk memberikan balasan hadiah yang setimpal adalah jika seorang Muslim mengatakan kepada saudaranya, "Jazakallah Khairan," artinya semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. At-Tirmidzi meriwayatkan dari Usamah bin Zaid, semoga Allah meridhai keduanya, dikatakan hadis ini hasan shahih. Rasulullah SAW bersabda,

"Barangsiapa diberi kebaikan kemudian ia berkata kepada orang yang memberi kebaikan, 'Jazakallah khairan' (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka dia sungguh telah memberikan pujian yang sangat baik."

Pujian adalah bersyukur, yaitu membalas suatu kebaikan yang diberikan orang lain. Khususnya bagi orang yang tidak bisa melakukan apapun kecuali memberikan pujian. Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya, dari Jabir, dari Nabi SAW, beliau bersabda,

"Barangsiapa diberi suatu kebaikan tapi ia tidak bisa memberikan kebaikan untuk membalasnya kecuali dengan pujian, maka berarti ia telah bersyukur (berterima kasih kepadanya). Barangsiapa yang menyembunyikan kebaikan (pujian)-nya untuk membalas kebaikan orang lain, maka ia telah mengingkari kebaikannya. Barangsiapa yang menghiasi dirinya dengan kebatilan, maka ia seperti orang yang memakai pakaian palsu."

Ditulis kembali oleh: Achmad Mu'it

Disadur dari buku: Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah, Jakarta, Cetakan ke-5, April 2008
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar